Monday, April 05, 2021

Black Wave






Judul                     :   Black Wave:  
Saudi Arabia, Iran, and the Forty Year Rivalry that Unraveled Culture, Religion, and Collective Memory in the Middle East
Pengarang            :   Kim Ghattas
Penerbit               :     Henry Holt and Company, NY
Tebal                     :   377 halaman
Tahun                    :   2020


Generasi masa kini mungkin tidak tahu bahwa negara-negara yang kini dikenal sebagai negara Islam dulunya adalah negara yang tergolong sekuler, termasuk Indonesia. Empat puluh tahun yang lalu, penerapan agama Islam di Arab Saudi, Iran, Irak, Lebanon, Mesir, Syria, Pakistan dan Afganistan tidaklah seperti saat ini, dengan penerapan syariah secara ketat dan  tingkat keamanan yang rendah karena maraknya terorisme berdasar agama. 

Memahami apa yang terjadi selama empat puluh tahun terakhir di wilayah Timur Tengah sangat penting, karena apa yang terjadi disana mempengaruhi wilayah sekitarnya, terutama negara-negara dengan penduduk beragama sama, seperti Sudan, Somalia, Indonesia, Malaysia, bahkan wilayah Asean. Hal ini disebabkan rivalitas yang terjadi di Timur Tengah disebarkan ke seluruh dunia.

Menurut penulis buku ini, kemunduran yang membawa kegelapan pada  negara-negara mayoritas muslim dapat ditelusuri dari dua peristiwa pada tahun 1979, yaitu revolusi Iran dan pemberontakan Juhayman di masjid Mekkah.

Revolusi Iran adalah ironi, karena munculnya diupayakan oleh kaum kiri Iran yang tinggal di Lebanon, negara Arab paling sekuler serta kebaikan Prancis sebagai  negara bebas, yang memungkinkan Khomeini menetap disana, memberi konferensi pers untuk disiarkan ke seluruh dunia,  untuk kemudian kembali ke Iran dibantu kaum kiri dan muslim modernis, yang berencana  menggunakan Khomeini untuk menarik rakyat namun dalam kenyataannya kemudian malah mereka disingkirkan oleh Khomeini dan mullah garis keras lainnya yang memiliki agenda sendiri, yaitu mendirikan negara Islam berdasarkan syariah. Selanjutnya keberhasilan revolusi Iran memunculkan ambisi dari penguasa yang baru untuk menyebarkan aliran Syiah ke seluruh dunia, sebagai tandingan dari Wahabi Arab Saudi, yang dipandang sebelah mata oleh kaum Syiah.

Sementara itu pemberontakan Juhayman di Mekkah sebagai protes atas modernisasi yang dilakukan Arab Saudi membuat negara tersebut menghentikan pembaruan yang baru dimulai, dengan kembali ke ajaran lama, yaitu menyingkirkan perempuan dari publik, segregasi gender lebih ketat, dan seterusnya. Tekanan ulama Wahabi yang menuntut penerapan syariah secara ketat mendominai kerajaan. Selanjutnya munculnya revolusi Iran mengakibatkan Arab Saudi berusaha menahan laju pengaruh Syiah dengan menyebarluaskan aliran Wahabi ke negara-negara Islam lainnya. Persaingan kedua aliran inilah yang menghancurkan negara-negara berpenduduk mayoritas muslim.

Perselisihan kedua aliran ini pertama muncul di Syria, dengan adanya serangan  kapten Sunni terhadap kadet beraliran Alawites (Shia). Presiden Assad yang berafiliasi dengan Shia, menghancurkan Muslim Broterhood, yang gagal memperoleh bantuan dari Khomeini.

Sementara itu di Irak, Saddam dengan partai Baath yang sekuler mmenindas Shia yang menjadi mayoritas, di lain pihak al-Muwahidoun yang beraliran seperti Wahabi berkembang di bawah tanah. Kemudian Saddam memerangi Iran tidak lama setelah kunjungan ke Arab Saudi pada 1980.


Mesir
Kondisi di Mesir mungkin mirip dengan di Indonesia. Sebagai upaya menghapuskan pengaruh presiden sebelumnya yaitu Nasser, Anwar Sadat mengizinkan kelompok islamis melakukan aktivitas dan mengikuti pemilihan ketua mahasiswa. Setelah disusupi Muslim Broterhood selama bertahun-tahun, kampus-kampus Mesir semakin Islami dengan dikuasainya kepemimpinan mahasiswa oleh kelompok Islamis Gama'a, yang lebih radikal. Seperti di Indonesia, mereka mendekati dan membantu para mahasiswa baru khususnya dari kelas bawah dan menengah bawah, terutama dari fakultas teknik dan kedokteran dan membina mereka menjadi kader-kader untuk menjadikan hukum Islam sebagai satu-satunya kebenaran. Masyarakat Mesir yang semakin konservatif dalam beragama ini membuat kebijakan Sadat melakukan modernisasi - yang dibaca sebagai westernisasi - dan perjanjian perdamaian dengan Israel tidak mendapat dukungan rakyatnya. Puncaknya adalah penembakan terhadap Sadat pada tahun 1981 oleh pengikut Gama'a. Meskipun banyak yang menginginkan revolusi seperti di iran, namun hal itu tidak bisa terjadi di Mesir, karena institusi resmi yang mewadahi ulama yaitu Al Azhar berada dalam kontrol pemerintah. Namun pembunuhan ini menandai perubahan situasi di Mesir, karena mencerminkan tingginya dukungan terhadap Islam garis keras, yang sejak saat itu pengaruhnya makin menguasai negara tersebut, meskipun saat itu hanya sedikit orang yang yang menyadarinya.  Di kemudian hari banyak aktivis Gama'a yang setelah keluar dari penjara meneruskan perjuangannya, antara lain Ayman al-Zawahiri yang kelak menjadi tangan kanan Bin Laden.

Saudi terus berupaya menanamkan pengaruhnya di Mesir, dan pada 2017 diketahui bahwa  setiap mesjid menerima dana dari Saudi. Sebagai akibatnya, kondisi Mesir semakin seperti di Saudi: kehidupan sosial dan budaya berpusat pada ritual agama, pelecehan dan kekerasan terhadap perempuan semakin lumrah.


Pakistan
Sementara itu di Pakistan terjadi kudeta oleh Zia ul Haq, yang mengangkat diri menjadi presiden pada 1978, dan menyebur dirinya 'soldier of Islam'. Pakistan yang berdiri pada 1947 dari pemisahan dengan India, didirikan oleh Muhamad Ali Jinnah, seorang Shia sekuler dan seperti Indonesia, konsep negara Pakistan adalah sekuler, memperlakukan semua agama sama dan bersifat terbuka. Namun dalam perkembangannya kemudian, pemimpin yang lemah sering menggunakan agama untuk menarik dukungan guna  mempertahankan kedudukannya, antara lain Bhutto melarang alkohol dan mengganti hari libur menjadi Jumat. Sebagaimana di tempat-tempat lainnya, pemberian kesempatan sedikit saja segera dimanfaatkan oleh Islamis militan yang bekerja selama puluhan tahun, di Pakistan hal ini dimotori oleh Mawdudi, pendiri Jamaat-e Islami, yang bercita-cita menjadikan Pakistan negara Islam dengan jalan Islamisasi masyarakat dari bawah. Selanjutnya penerapan syariah mendapat kesempatan setelah Zia menjadi presiden, yang mengangkat Mawdudi sebagai penasehat. Zia juga meminta bantuan Arab Saudi, yang mengirimkan Dawalibi untuk menuliskan hukum bagi Pakistan yang kini menjadi negara berdasarkan syariah Islam. Hal yang dilakukan Arab Saudi merupakan upaya untuk menyaingi Iran, dengan menancapkan aliran Sunni Wahabi ke Pakistan setelah sukses di Mesir. Di masa-masa selanjutnya dengan persetujuan Zia, Saudi membangun ratusan madrasah dan seminari agama di sepanjang perbatasan Pakistan Afghanistan, yang pengajarannya berupa indoktrinasi untuk perang atau Islamisasi negara. Sekolah ini menghasilkan pendiri Taliban, dan dukungan Saudi kepada pejuang Arab untuk Afghan menjadi awal mula Al Qaeda.

Lebanon
Negara Arab paling modern dan sekuler, Lebanon terpecah menjadi Lebanon Kristen dan islam pada 1982. Masuknya tentara Israel ke Lebanon memberi kesempatan pada Shia Iran untuk masuk ke kota Baalbek yang multi etnis dan agama, dan seketika mengubahnya menjadi serupa kota di Iran: perempuan wajib berhijab, bahkan dibayar untuk mengenakannya, alkohol, musik dan perayaan pernikahan dilarang, kegiatan agama dan upacara Shia digelar. Mereka merekrut kaum Shia Lebanon dari kota-kota miskin untuk menjadi tentara di Lembah Beqaa dengan dakwah agama dari klerik Iran. Inilah asal mula Hezbollah, Partai Tuhan, yang bermaksud mendirikan negara islam di Lebanon. Kondisi di Lebanon merupakan yang diharapkan Iran untuk menyebarkan revolusinya. Dari Lembah Beqaa, Hezbollah meluas ke selatan beirut, selatan Lebanon, dan daerah kumuh Beirut.
Hezbollah adalah yang pertama menggunakan bom bunuh diri untuk menyerang musuhnya. idenya berasal dari Mughniyeh, eks anggota tentara elit Arafat (Pemimpin Palestina). Bom bunuh diri pertama dilakukan seorang Shia di Lebanon pada November 1982 dan April 1983 untuk menyerang tentara Israel dan Kedubes AS di Beirut. pada 1984 pembagian Beirut semakin jelas, sebelah barat menjadi wilayah Islam atau Hezbollah. Semula penduduk Beirut yang sekuler tidak peduli, namun Hezbollah semakin menunjukkan dominasinya. mereka meledakkan bar-bar dan cafe yang menjual minuman keras, menyerang perempuan tidak berhijab, dan seterusnya. Beirut yang sekuler dan modern hancur, menjadi kota kaum Islamis yang memuja martirdom dengan bom-bom bunuh dirinya.

Afghanistan
Arab Saudi merupakann satu dari tiga negara yang mengakui pemerintahan Taliban di Afghanistan pada 1996, selain memberi dukungan dengan pelatihan dan dana.  Saudi memberikan bantuan melalui 300 charity pribadi yang menyalurkan dana sebesar USD 6 miliar ke seluruh dunia untuk menyebarkan ideologi Wahabi.

Irak
Pada 1990, Irak yang diembargo mengalami masa sulit setelah berakhirnya perang Teluk, dengan  kesulitan pangan, memburuknya infrastruktur dan fasilitas kesehatan, mendorong banyak pengungsian. Mereka yang tinggal dan mengalami kesulitan hidup mencari pelarian pada agama, dan Saddam mencoba tampak lebih religius. Di sekolah pelajaran agama diwajibkan, Quran dicetak massal dan mesjid-mesjid dibangun. Sementara itu Arab Saudi mencoba memanfaatkan kesempatan tersebut dengan menyebarkan ajaran Salafi Wahabi, yang kemudian menyusupi personel militer. Di lain pihak, Iran tidak ingin melihat Irak menjadi negara Sunni Salafi, sehingga mereka menyerang mesjid-mesjid di Iran dengan bom bunuh diri. Perang antara Sunni dan Shia terus berlanjut hingga setelah kejatuhan Saddam. Arab Saudi membantu Sunni Irak memerangi Shia dengan meledakkan mesjid-mesjid mereka, dan puncaknya di Karbala, pusat Shia terbesar di Irak, yang pernah diserang Wahabi pada 1801. Serangan ini diarahkan oleh Zarqawi, seorang Yordania yang memerangi kafir Amerika, dengan dukungan Syria. Banyak tentara  Irak yang telah menganut Salafi tidak ingin negaranya dikuasai Shia setelah jatuhnya Saddam pada 2003, dan melihat kesempatan untuk mendirikan negara Islam Sunni. Peledakan mesjid di Karbala memicu peledakan mesjid-mesjid Sunni dan perang saudara bersifat sektarian antara Sunni dan Shia, yang masing-masing mendapat intervensi dari Saudi dan Iran.

Syria
Kediktatoran Assad menimbulkan pemberontakan, salah satu yang paling sukses adalah Jabhat al-Nusra, teman Zarqawi dan Bahgdadi. Ia membawa misi Zarqawi untuk menanamkan basis kekuatan di Syria. Untuk mengatasi hal tersebut, Assad menggunakan Hezbollah. Al Busra menerapkan hukum sharia di Raqqa, mengundang milisi dari Irak, dan menghabisi para pemimpin pemberontak lainnya, dan akhirnya pada 2013 Baghdadi mendirikan Islamic State in Iraq and Syria (ISI). Pada Maret 2014 ISI meledakkan pos Iran di Raqqa, yang menyulut kemarahan kaum Shia Iran dan Hezbollah. Sunni di wilayah Teluk mengumpulkan dana untuk melawan Iran dan Assad, sedangkan Iran mengumpulkan pejuang dari Shia Pakistan dan Afghanistan ke Irak dan Syria. Baghdadi menyerang kota--kota di Irak, dari Samarra hingga Mosul, sambil menghancurkan peninggalan-peniggalan bersejarah yang tak ternilai. ISIS adalah bentuk murni dari Wahabi, hasil didikan Saudi.

Sebagaimana halnya Indonesia pada 1970-1980an, negara-negara yang diuraikan dalam buku ini dulunya relatif sekuler: para perempuan bebas berpakaian bahkan rok mini, tidak ada pemisahan gender di tempat umum, perempuan bebas mengikuti pendidikan tinggi, bekerja di ruang publik, dan dilindungi dari kekerasan atau pelecehan, seni musik, sastra, tari, dan arsitektur dapat diekspresikan secara bebas, bahkan alkohol nukan sesuatu yang sangat tabu. Namun sejalan dengan meningkatnya ketaatan pada agama, dalam hal ini Salafi Wahabi, nilai perempuan dilihat dari pakaiannya, kemudian disingkirkan dari ruang publik, tidak terlindungi dari kekerasan, seni dibatasi sebelum akhirnya dilarang, tradisi dianggap bid'ah dan dihancurkan. Kehidupan sosial dan budaya yang wajar digantikan dengan kehidupan agama yang berisi ritual serta pemahaman dangkal dan literal kitab suci yang hanya berkisar halal haram serta intoleransi dan kebencian yang meningkat terhadap yang berbeda, bahkan terhadap Shia atau Ahmadiyah. 
Tidakkah kita telah melihat hal-hal ini semakin sering dan biasa dalam masyaraka kita? Tidakkah sebagian besar  masyarakat tidak merasa khawatir dan biasa-biasa saja bahkan mungkin merasa senang karena kehidupan semakin Islami? Namun itulah yang terjadi pada negara-negara Timur Tengah yang telah mengalami kehancuran dan diuraikan dalam buku ini! Mereka baru menyadarinya ketika semua telah terlambat!

Kim Ghattas menulis buku ini dengan sangat menarik, karena selalu disertai kisah individu-individu yang mengalami masa-masa perubahan dari kondisi negara-negara tersebut ketika masih normal atau relatif sekuler ke masa sesudahnya dimana hukum sharia telah menjerat dengan kuat, sehingga pembaca mendapat gambaran jelas bagaimana fundamentalisme Islam atau Wahabisme (dan pemerintahan Shia oleh ulama di Iran) tidak saja menghancurkan kehidupan sosial budaya seluruh negara yang didominasinya namun juga kehidupan pribadi para penduduknya. Semua itu dilakukan oleh militan Salafi Wahabi selama beberapa dekade dengan kucuran dana miliaran dolar dari Saudi, dan seringkali masyarakat tidak menyadari atau menganggap remeh perubahan yang terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakatnya yang telah disusupi ideologi ini karena bertopeng agama.

Buku ini sangatlah bagus karena darinya masyarakat Indonesia bisa belajar banyak. Hal-hal yang terjadi pada negara-negara yang diuraikan penulis saat ini sedang terjadi di Indonesia. Mungkin ada yang masih ingat kasus pemaksaan hijab pada murid-murid perempuan di sekolah negeri baru-baru ini? Pengusiran, pembakaran dan pembunuhan terhadap penganut Ahmadiyah? Bom bunuh diri di gereja? Perebutan mesjid oleh penganut Salafi? Berhenti jadi musisi setelah hijrah? Pelarangan atau penyerangan terhadap tradisi lokal - tradisi larungan ke laut, pementasan kesenian? Dan coba cek mesjid di sekitar anda. Bahkan mesjid baru di dekat rumah saya yang dibangun paksa (karena sebenarnya lokasinya untuk taman) ternyata setengahnya didanai Saudi! Masih banyak tanda-tanda yang bisa kita lihat apabila kita cukup waspada terhadap bahaya aliran ini. Sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari hal ini bahkan menyambutnya dengan suka cita. Mereka tidak menyadari bahwa apabila hal tersebut dibiarkan kita tidak akan mampu lagi mengatasinya, sebagaimana negara-negara di atas.

Buku ini perlu diterjemahkan dan diberi pengantar yang mengingatkan masyarakat Indonesia akan bahaya ajaran Salafi Wahabi serta dana dari Saudi. Mungkin sudah agak terlambat karena kampus-kampus dan saudara serta teman-teman kita sudah banyak yang menganut aliran ini serta membuang budayanya sendiri, namun tidak ada salahnya kita berusaha.     

Buku bisa diperoleh di Periplus dengan harga Rp284 ribu.

Sunday, November 01, 2020

Islamisme Ala Kaum Muda Kampus


Judul        :  Islamisme Ala Kaum Muda Kampus -
                    Dinamika Aktivisme Mahasiswa Islam di UGM dan UI   Pengarang:  Mohammad Zaki Arrobi
Penerbit    :  Gadjah Mada Univ Press
Tebal        :  166 hal
Tahun       :  2020






Judul         :  Strategi Marketing Ideologi Islam Transnasional - 
                    Melacak Akar Pergerakan Mahasiswa Generasi Y 
                    dan Z di Yogya                           
Pengarang:  Muhammad Ridho Agung
Penerbit    :  UIN Sunan Kalijaga
Tebal        :  254 hal
Tahun       :  2019, April

Sebuah survey oleh Varkey Foundation pada tahun 2017 terhadap generasi Z global menyebutkan, bahwa generasi Z Indonesia menduduki peringkat teratas (98%) dalam komitmen terhadap agama sebagai salah satu faktor penting kebahagiaan. Sementara itu tempat berikut diduduki oleh Nigeria (86%) dan Turki (71%), sedangkan Jepang (9%) menduduki tempat terendah disusul oleh Prancis (18%), Jerman (21%), dan Inggris serta Korsel (25%), dan AS menduduki peringkat ke delapan (54%).
Generasi Y atau millenial (kelahiran 1980-1994) dan Z (kelahiran 1995-2015) merupakan generasi yang menjadi mahasiswa setelah masa reformasi, dimana pengaruh Islam radikal semakin kuat mencengkeram kampus-kampus Indonesia setelah runtuhnya rezim Orde Baru.

Kedua buku yang ditulis oleh Zaki dan Ridho ini merupakan hasil penelitian atas penyebaran Islam garis keras yaitu aliran Wahabi (Salafi), Tarbiyah (Ikhwanul Muslimin), dan HTI (dilarang tahun 2017) di kampus-kampus, khususnya UGM, UI dan UIN sejak awal tahun 1980-an sampai dengan 2017, yang selama ini tampaknya diabaikan oleh Pemerintah, sehingga kampus-kampus sekuler tersebut dibiarkan  menjadi tempat persemaian Islam garis keras tanpa terkendali bahkan hingga ke para pengajarnya.  
Ketiga aliran Islam di atas berbeda-beda caranya, namun semuanya memiliki tujuan tunggal, yaitu mendirikan Daulah Islamiyah atau negara Islam di Indonesia, dan anti Pancasila.Salafi Wahabi berkiblat pada penerapan Islam seperti di Saudi dan anti Pancasila secara diam-diam, Tarbiyah menyusun kekuatan melalui partai PKS, dan HTI secara terang-terangan menyatakan anti Pancasila dan berniat mendirikan khilafah.

Sebagai pengantar, Islamisme ala Kaum Muda Kampus membahas sejarah gerakan mahasiswa sejak tahun 1920, yang dibagi dalam empat periode, yaitu antara 1920-1965, 1966-1973, 1974-1980, 1980-1990, dan setelah 1990, yaitu masa gerakan keagamaan mulai mengarah ke politik.
Menurut Zaki, meningkatnya gerakan keagamaan pada tahun 1980-an merupakan kompensasi dari ditindasnya gerakan mahasiswa oleh rezim Orde Baru melalui normalisasi kehidupan kampus (NKK BKK) dan dikooptasinya beragam organisasi kemahasiswaan Islam seperti HMI, GMNI, GMII dan sejenisnya oleh KNPI. Selanjutnya pada tahun 1980-an, gerakan Islamisme mendapat kesempatan karena Orde Baru tidak menghabisi semua kekuatan politik Islam dan melakukan sekularisasi umat Islam, tetapi mendukung Islam yang bersifat spiritualistik dan moralistis (hal 33). Hal ini dimanfaatkan oleh gerakan dakwah kaum Islamis untuk menyusupi kampus dengan bertamengkan dakwah untuk kesalehan individu melalui gerakan Tarbiyah ala Ikhwanul Muslimin. Setelah reformasi, mereka mendirikan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) pada Maret 1998 dan PKS pada Agustus 1998. Selanjutnya setelah runtuhnya Orde Baru gerakan mahasiswa Islam lama ditinggalkan karena kurang mampu merumuskan arah gerakan yang baru sehinggal posisi mereka segera diambilaih oleh gerakan mahasiswa Islam radikal.
 
Zaki menguraikan secara rinci kegiatan dan politik yang dilakukan oleh organisasi mahasiswa Islamis (Tarbiyah, Wahabi Salafi dan HTI) terhadap organisasi mahasiswa Islam lainnya. dalam merebut pengikut dan menanamkan pengaruh pada para mahasiswa UGM dan UI. Mereka menanamkan pengaruh melalui organisasi intra kampus (Lembaga Dakwah Kampus/LDK dan Tarbiyah) yang berada di bawah KAMMI dan melalui organisasi ekstra kampus, antara lain melalui kegiatan kajian agama secara intensif dalam kelompok-kelompok kecil untuk menanamkan doktrin, perekrutan kader, serta kajian-kajian umum. KAMMI merupakan organisasi untuk menyiapkan kader PKS di masa depan. Selanjutnya terdapat Forum Silahturami Mahasiswa Muslim (Foramil) yang didirikan Tarbiyah untuk menandingi KAMMI. Sementara itu di UI aktivis Tarbiyah menangani isu Palestina, hijab, dan RUU produk halal, HTI membahas politik Islam, hijab, anti Barat dan pembentukan khilafah, sedang Wahabi Salafi di UGM maupun UI mengajukan pemurnian Islam, akidah, anti Syiah dan Ahmadiyah. Organisasi yang mereka dirikan diarahkan sedemikan rupa untuk merebut kursi ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), sehingga sejak tahun 1998 sampai dengan 2013 semua ketua BEM di UGM berasal dari mereka. Dengan menguasai kampus mereka lebih mudah menyusupkan ideologi Islami dalam kegiatan-kegiatan kampus seperti penerimaan mahasiswa baru, yang digunakan untuk merekrut kader, memaksakan kegiatan agama yang bersifat wajib kepada semua mahasiswa, dan seterusnya. 
Berbeda dari organisasi Islam lama, sIfat dari organisasi mahasiswa Islamis ialah kecenderungan untuk berdakwah secara aktif mendesakkan keislaman mereka kepada kelompok muslim yang lain, dengan Tarbiyah sebagai Islamis yang dominan di UGM maupun UI.   

Kesuksesan gerakan Islamisme menguasai kampus menurut Ridho dapat dijelaskan melalui teori pemasaran, yang menyatakan bahwa strategi pemasaran dapat dilakukan melalui marketing mix, yang terdiri dari product, price, place, promotion, people, physical evidence, dan process.  Hal ini juga menjelaskan mengapa organisasi mahasiswa lokal lama seperti HMI, GMNI, bahkan NU dan Muhammadiyah maupun organisasi lokal lainnya sulit bersaing dengan mereka, karena tidak didukung sumber daya yang cukup untuk pemasaran. 
Namun demikian Islamisme tidak begitu menarik bagi mahasiswa yang pernah belajar di pesantren atau dari universitas Islam seperti UIN, karena mereka telah memahami Islam yang berbeda, yang lebih toleran dan sesuai dengan budaya lokal, sedangkan mahasiswa yang berasal dari sekolah umum dan belajar teknis di UGM atau UI sangat tertarik belajar agama namun tidak memiliki cukup pemahaman sebelumnya sehingga mudah diindoktrinasi oleh kaum Islamis.

Produk
Produk yang ditawarkan kaum Islamis ialah Islam aliran Wahabi Salafi, Tarbiyah, dan HTI. Aliran ini mudah dipahami khususnya oleh mahasiswa jurusan Teknik, karena cenderung bersifat hitam putih dan tegas. Gambetta dan Hertog dalam buku Para Perancang Jihad menjelaskan, bahwa mahasiswa teknik memiliki karakter terentu yang mebuat mereka mudah menerima aliran radikal, sehingga banyak teroris Islam berlatar belakang teknik.
Price
Arab Saudi sebagai sponsor gerakan ini memiliki banyak dana untuk menduung kegiatan penyebaran Wahabi Salafi. Mereka menyediakan secara gratis makanan untuk kegiatan kajian, buku-buku, bahkan kos-kosan atau asrama di sekitar kampus, hingga biaya tes bahasa Arab dan bea siswa ke Arab Saudi.
Place
Kaum Islamis dengan bantuan biaya dari Saudi membangun belasan mesjid di sekitar kampus untuk kegiatan kajian-kajian Islamisme dan ceramah, serta mendirikan beberapa pesantren di sekitar kampus yang tidak saja mempengaruhi pandangan keagamaan para mahasiswa namun juga masyarakat di sekitarnya.Mereka juga menggunakan asrama dan kontrakan para mahasiswa sebagai tempat untuk menyebarkan ajaran serta menerapkan gaya hidup Islamis.
Promotion
Ideologi Islamis disebarkan melalui radio, sembilan situs web yang menjangkau ratusan ribu pembaca, media sosial, pamflet, mesjid-mesjid dan para agen/kader yang menyusup melalui pelajaran agama Islam yang wajib diikuti semua mahasiswa baru, yaitu Asistensi Agama Islam (AAI) selama tahun 2012-2017. Pelajaran agama Islam melalui AAI oleh agen Islamis digunakan untuk menyusupkan pemikiran radikal dari Sayd Qutb dan sejenisnya. AAI dihentikan oleh UGM sejak 2017, namun khusus fakultas teknik tetap dilanjutkan karena mereka mengajukan banding dan Islamisme paling sukses di fakultas teknik. 

People
Kaum Islamis memiliki kader-kader yang berada di kampus maupun di luar kampus yang menjadi contoh sebagai warga teladan yang berceramah di mesjid-mesjid dan bekerja di pemerintahan.Mereka bertugas mempengaruhi mahasiwa dan masyarakat untuk mengikuti ajaran Islamisme.
Physical Evidence
Mereka memiliki kantor dan yayasan untuk mendukung gerakan mereka.
Proses
Mereka menawarkan beasiswa untuk para mahasiswa melanjutkan studi di universitas-universitas Arab Saudi dan Timur Tengah, sebagai kader-kader yang kelak akan disusupkan di pemerintahan, kampus-kampus, dan masyarakat untuk menanamkan ideologi mereka dan mengubah ideologi negara menjadi ideologi berlandaskan syariat Islam.

Masifnya stratagi pemasaran yang mereka lakukan tidak dapat dilepaskan dari dukungan dana yang sangat besar dari Arab Saudi demi menjadikan umat Islam Indonesia menjadi muslim seperti bangsa Arab, namun masyarakat tidak menyadarinya, termasuk para pejabat pemerintah yang membiarkan saja perilaku tersebut. Sementara itu Islam nasional tidak didukung dengan pendanaan maupun pengkaderan yang memadai sehingga kalah bersaing dari Islamis global.

Kedua buku ini hanya membahas penanaman ideologi Islam radikal di UGM, UI dan UIN terutama di Fakultas Teknik. Namun melihat kondisi masyarakat yang semakin konservatif khususnya pada kaum muda, tampaknya kondisi yang terdapat pada UGM dan UI dialami kampus-kampus lainnya di seluruh Indonesia, apalagi IPB yang dikenal sebagai tempat awal tumbuhnya HTI dan ITB dengan mesjid Salmannya. Apabila hal ini dibiarkan, entah apa yang akan terjadi pada 10 atau 20 tahun mendatang, Indonesia akan menjadi tiruan Arab Saudi atau Timur Tengah, dijajah secara ideologis karena begitu takutnya rakyat Indonesia untuk berpikir bebas, dan Pancasila hanya akan menjadi ideologi tanpa makna.

Penelitian yang dilakukan Zaki dan Ridho relatif baru, yaitu antara tahun 2014 sampai dengan 2017, sehingga pembaca dapat membayangkan bahwa penyebaran dan penanaman ideologi Islamisme di kampus-kampus dan masyarakt masih berlangsung sampai sekarang tanpa ada tindakan berarti dari Pemerintah untuk mengcounter atau mengatasinya. Masyarakat Indonesia demikian religius dan naifnya, sehingga tidak menyadari bahwa pemahaman agamanya yang semula toleran dan liberal serta budaya aslinya sedang dikikis habis oleh Arab Saudi dkk. Mereka bahkan berlomba-lomba menunjukkan ketaatan dan keterjajahan dengan berebut pergi umroh dan haji ke Arab Saudi, bangsa yang berusaha mengubah bangsa Indonesia menjadi bangsa yang serupa dengan Saudi/Arab: bangsa yang mendiskriminasi gender, intoleran, dan menafsirkan Quran secara tekstual, dengan mencampakkan budaya leluhurnya sendiri. 

Buku Zaki dan Ridho memberi banyak informasi mutakhir secara cukup rinci mengenai gerakan Islamisme di kampus-kampus ternama Indonesia, meskipun tulisan Ridho dapat diedit lebih baik lagi, khususnya pada bagian tentang profil UGM dan UIN. Buku ini melengkapi literatur tentang penyebarab Islam radikal (lihar review buku Arus Baru Islam Radikal) pada mahasiswa. Entah apakah pemerintah cukup menyadari bahaya Islamisme? Sampai sekarang belum terdengar adanya upaya yang serius untuk mengcounter gerakan ini dengan memberi dukungan cukup kepada organisasi Islam lokal/ tradisional maupun nasionalis pembela Pancasila dan budaya lokal. Sementara kaum Islamis dengan bantuan Timur Tengah terus bekerja dengan kader-kader militan mereka berusaha mengubah rakyat Indonesia yang begitu memuja agama, sehingga begitu mudah ditaklukkan kaum Islamis.

Meskipun terlambat, masih ada yang bisa dilakukan pemerintah untuk memperbaiki keadaan. Misalnya mengubah pelajaran agama di universitas menjadi pelajaran yang bersifat filosofis, agar tidak disalahgunakan untk penyusupan ideologi Islam radikal (selain mengawasi pengajaran agama tingkat SD hingga SMA yang juga telah disusupi Islamis melalui kegiatan rohis dan sekolah Islam terpadu), karena bukankah sejak TK sampai SMA  sudah diberikan pelajaran agama yang dianut? Pada tingkat universitas ada dua pilihan: menghapuskan pelajaran agama, atau memberikanpelajaran filsafat agama, yang membahas agama secara umum dengan kritis, dengan membandingkan agama satu sama lain, mempelajari sejarah munculnya agama secara rasional/ ilmiah, mengkritisi ajarannya, dan seterusnya. Selain itu juga membatasi kegiatan organisasi agama di kampus, khususnya dari pihak luar universitas. Kampus seharusnya menjadi tempat yang sekuler dan rasional, bukan sebaliknya, menjadi tempat pembibitan agama yang bersifat irasional dan dogmatis.Tapi siapa yang peduli bahaya yang terdapat pada kampus-kampus tersebut terhadap negara ini?
Kedua penulis buku ini lebih cinta tanah air daripada para pemimpin bangsa sekarang ini, sampai-sampai RIdho menulis,"Buku ini kupersembahkan untuk seluruh muslimin dan muslimat, yang masih sangat mencintai negeri ini."  
   




Thursday, June 04, 2020

Alpha God - The Psychology of Religious Violence and Oppresion



Judul                     :   Alpha God – The Psychology of Religious Violence and Oppression
Pengarang             :   Hector A. Gracia
Penerbit                 :   Prometheus Books, NY
Tebal                     :   287 halaman
Tahun                    :   2015


Gambaran mengenai Tuhan – terutama dalam agama Yudaisme, Kristen dan Islam – memunculkan dua sisi. Di satu sisi Tuhan digambarkan sebagai penuh kasih, pemaaf, sumber segala kebaikan, keindahan, dan tujuan utama hidup manusia. Di sisi lain, sebagaimana tertulis dalam kitab-kitab suci, Tuhan digambarkan memiliki sifat laki-laki agresif, tercermin dari kisah-kisah hukuman dan perintah untuk memerangi orang-orang yang tidak percaya atau tidak mematuhi perintahnya, peraturan yang ketat terhadap kehidupan seksual penganut agama tersebut, dan obsesi berlebihan atas kesetiaan dan kepatuhan pihak yang dianggap subordinat yaitu perempuan. Dalam prakteknya, sejarah menunjukkan bahwa kekerasan berdasarkan agama mendominasi sebagian besar sejarah manusia, bahkan hingga saat ini. Penjajahan bangsa Eropa ke benua Asia, Afrika dan Amerika selain dimotivasi oleh kekayaan dan teritori juga oleh semangat untuk menyebarkan agama Kristen, demikian pula invasi agresif bangsa Arab untuk menyebarkan agama Islam ke wilayah sekitarnya setelah kematian Nabi, dan tindakan perang, perebutan wilayah, perampasan sumber daya serta penaklukan rakyat di wilayah-wilayah tersebut dianggap sejalan dengan ajaran agama atau teks dalam kitab-kitab suci yang berisi kisah-kisah tentang keutamaan berperang untuk membela agama, janji akan wilayah baru, dan hukuman yang keras dari Tuhan apabila manusia tidak patuh total atau meragukan doktrin yang dibawa oleh nabi-nabinya, dari hukuman berupa pemusnahan kota, banjir, hingga pembakaran selama-lamanya di neraka. Ajaran agama juga menganjurkan perempuan patuh kepada laki-laki, yang diberi kelebihan dari perempuan dan memperoleh hak untuk menghukum perempuan yang tidak patuh.
Penafsiran literal terhadap isi kitab-kitab suci ini, sebagaimana dilakukan oleh para fundamentalis, radikalis dan ekstrimis, menghasilkan perang agama, penaklukan agama lain, pembunuhan perempuan penyihir, penindasan perempuan dalam bentuk antara lain mutilasi genital, pembunuhan atas nama kehormatan, dan akhirnya terorisme. Fanatisme dengan kontrol ideologi yang ketat juga melarang pemeluknya untuk mempertanyakan keberadaan Tuhan maupun doktrin terkait, yang pada  akhirnya melahirkan takhayul dan kebodohan.

Apabila banyak aspek dalam agama yang mengandung kekerasan, seperti perang, penindasan terhadap perempuan, dan pembodohan serta prasangka, maka perlu dilakukan penelitian mengenai penyebab hal tersebut, yaitu: mengapa demikian banyak unsur kekerasan di dalamnya?

Untuk menelusuri akar kekerasan yang terdapat dalam ajaran agama, Hector Gracia memulainya dari fakta bahwa pada umumnya pelaku kekerasan tersebut adalah pria, dan Tuhan yang digambarkan dalam ketiga agama di atas adalah Tuhan laki-laki (male God). Jadi Tuhan diciptakan dengan gambaran seorang laki-laki termasuk sifat-sifatnya.

Selanjutnya apabila kita meneliti sejarah peradaban manusia, penguasa atau raja selalu mengaitkan dirinya dengan Tuhan – misalnya sebagai keturunan Dewa atau wakil Tuhan di bumi – untuk meneguhkan kekuasaan dan penindasannya. Oleh karena itu cara untuk memahami sifat Tuhan yang bersifat opresif tersebut adalah dengan memahami jiwa laki-laki. Dan mengingat manusia berkembang melalui proses evolusi, maka pemahaman mengenai hal tersebut dapat diperoleh dari sains evolusi, yang berarti bahwa sifat-sifat tersebut tidak dapat dilepaskan dari asal mula manusia yang berasal dari primata non manusia, dan bisa kita lihat jejaknya pada primata yang masih ada sekarang dimana manusia berbagi 99% DNA.

Mengapa kita dapat memahami kekerasan dan penindasan agama dari pemahaman mengenai leluhur primata non manusia? Penulis menjelaskan bahwa terdapat kejanggalan dari sifat yang dilekatkan pada Tuhan, yaitu meskipun Tuhan digambarkan sebagai maha kuasa, maha mengetahui, berada dimana saja, tanpa wujud fisik (immaterial) dan abadi, namun masih mementingkan hal-hal yang bersifat fisik berupa kebutuhan mendasar dari  manusia bahkan primata, yaitu makanan, seks dan teritori. Mengapa dalam kitab suci Tuhan meminta persembahan makanan dan memerintahkan penaklukan wilayah? Hal tersebut adalah kebutuhan dasar manusia bahkan ape sebagai makhluk organik.
Penulis menjelaskan, bahwa terdapat beberapa sifat yang dilekatkan pada Tuhan yang nyatanya merupakan pantulan dari sifat laki-laki, yang pada dasarnya dapat ditelusuri ke leluhur manusia pada awal evolusinya, yaitu:
1.    Dominasi seksual atau penindasan dan kekerasan terhadap perempuan
2.    Pembunuhan yang dilakukan bersama dan identitas in-goup
3.    Berlutut sebagai simbol pengakuan terhadap alpha male
4.    Penyerahan maladaptive kepada dewa
5.    Pentingnya reputasi
6.    Wilayah Tuhan
7.    Membenarkan diri sendiri

Bagi pembaca yang pernah membaca atau mempelajari  psikologi  evolusioner, ketujuh hal di atas bukanlah hal baru. Desmond Morris dalam The Naked Ape, Robert Wright dalam The Moral Animal, Frans de Waal, dan banyak evolusionis lainnya telah menulis buku-buku yang menjelaskan sifat-sifat primata yang jejaknya masih melekat pada manusia modern. Gracia menambahkan bahwa sifat-sifat tersebut melekat pula pada Tuhan yang disembah oleh mayoritas manusia, pada Tuhan dari tiga agama yang paling sukses memperoleh pengikut.
Perebutan sumber daya yang terbatas, perang terkait perebutan teritori, dan persaingan ketat antar jantan untuk menjadi alpha male, yang mendapat keistimewaan memperoleh akses lebih besar terhadap sumber daya baik makanan maupun betina, merupakan perilaku yang telah terdapat pada primata non manusia. Oleh karena itu berdasarkan sejarah evolusi, maka sifat dan perilaku manusia yang penuh kekerasan tersebut dapat ditelusuri asalnya dari leluhurnya jutaan tahun lalu, yang kini dapat dilihat pada sepupu manusia yaitu primata,  dan tercermin dalam agama yang diciptakannya. Tidak mengherankan apabila Tuhan dalam agama-agama tersebut memiliki sifat tidak jauh berbeda dengan manusia yang menciptakannya, dalam hal ini adalah kaum laki-laki.

Tesis Gracia bersandar pada keyakinan bahwa agama adalah hasil dari akal budi manusia untuk bertahan hidup. Agama bukanlah sesuatu yang suci yang benar-benar diturunkan Tuhan dari langit, sebagaimana dianut oleh orang-orang beriman penganut ketiga agama yang dibahas dalam buku ini.
Teori evolusi bisa menerangkan banyak hal dengan baik sekali, hingga ada yang mengatakan bahwa saking banyak dan luasnya hal  yang dapat diterangkan berdasarkan teori tersebut maka jadinya sampai seperti buku Just So Stories Rudyard Kipling: apa saja bisa dijelaskan asal mula atau sebabnya.

Buku ini menarik karena pembaca yang terbuka dan pernah membaca atau mempelajari psikologi evolusioner akan melihat banyak kebenaran dari hal-hal yang diuraikan oleh penulis. Namun demikian pembahasan masih terbatas pada Tuhan tiga agama, yang mungkin dianggap telah mewakili agama atau kepercayaan lain yang dominan dianut manusia sepanjang sejarah. Mungkin ada Tuhan atau agama yang sifat dominannya tidak mencerminkan kekerasan, namun hal tersebut tidak dibahas dalam buku ini. Fakta bahwa yang mendominasi kepercayaan mayoritas manusia di dunia adalah Tuhan dan agama yang bersifat agresif dan penuh kekerasan mungkin telah cukup untuk membuktikan bahwa sifat seperti itulah yang disukai oleh manusia, karena mencerminkan dirinya sendiri.   


Sunday, May 10, 2020

Bumi Yang Tak Dapat Dihuni


Judul                     :   Bumi Yang Tak Dapat Dihuni
Pengarang            :   David Walace-Wells
Penerjemah          :   Zia Anshori
Penerbit                :   GPU
Tebal                     :   330  halaman
Tahun                    :   2019

Masalah pemanasan global telah menjadi headline yang sering kita baca sehari-hari. Berita yang muncul pada umumnya berupa melelehnya es di Antartika, hilangnya beberapa pulau kecil karena kenaikan air laut, dan ramalan akan tenggelamnya beberapa negara kepulauan dan kota besar yang terletak di pesisir dalam beberapa puluh tahun mendatang. 
Berita singkat yang terpencar-terpencar demikian membuat kita kurang menyadari betapa berbahayanya membiarkan pemanasan global terus berlangsung. Buku ini mencoba menyadarkan pembaca, bahwa pemanasan global bukan hanya  akan membuat kehidupan lebih sulit untuk generasi yang akan datang, namun telah mempengaruhi hidup kita pada hari ini, dengan bencana yang semakin dahsyat dan sering, dengan tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah bumi. Oleh karena itu sepanjang buku ini Wells menyajikan bukti-bukti kerusakan bumi akibat pemanasan global beserta prediksinya untuk tahun 2050 dan 2100. Selain itu dikemukakan pula upaya yang dapat mengurangi kerusakan tersebut.    

 Saat ini suhu di bumi telah meningkat 1 derajat. Para ilmuwan memperkirakan bahwa bila tidak terdapat tindakan untuk mengurangi emisi karbon, maka pada tahun 2100 suhu di bumi akan meningkat 4,5 derajat. Itu sebabnya dilakukan berbagai upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain melalui perjanjian kerjasama antar negara dalam Protokol Kyoto, yang berusaha menekan kenaikan suhu menjadi 2 derajat.  Namun demkian berdasarkan model yang dibuat, diperkirakan suhu dapat meningkat 6 sampai dengan 8 derajat apabila kondisi seperti saat ini tetap dibiarkan.

Berdasarkan model yang ada, maka pemanasan 2 derajat pada tahun 2100 akan menyebabkan lapisan es mulai hancur, tambahan 400 juta orang kekurangan air, kota-kota besar di khatulistiwa tidak layak huni, dan di utara gelombang panas akan menewaskan ribuan orang. 
Pemanasan 3 derajat akan mengakibatkan kekeringan permanen di Eropa Selatan dan  kekeringan lebih lama sembilan belas bulan di Amerika Tengah serta lima tahun di Afrika, dan kebakaran hutan enam kali lipat di AS.  Sementara itu pemanasan 4 derajat akan mengakibatkan delapan juta kasus demam berdarah di Amerika Latin dan krisis pangan global serta kerusakan akibat banjir dari sungai meningkat puluhan kali lipat di seluruh dunia. Terdapat peluang 11 persen untuk kenaikan di atas 4 derajat, sedangkan perkiraan terburuk adalah kenaikan 8 derajat, dimana permukaan laut akan naik enam puluh meter dan pantai dihancurkan badai dahsyat, hutan musnah dilalap api, dan sepertiga planet tak bisa dihuni karena terlalu panas (halaman 13).

Bukti-bukti kehancuran yang disajikan penulis memang cukup mengerikan, dibagi dalam beberapa bab, yaitu bencana berupa:
-       Panas Maut
Suhu udara di bumi akan semakin tinggi, terlihat dari data bahwa sejak tahun 2000-an terdapat lima musim panas terpanas di Eropa sejak tahun 1500 dan di Timur Tengah suhu tertinggi pernah mencapai 72 derajat celcius. Hal ini akan lebih buruk lagi jika perubahan iklim terus berlanjut. Pesatnya peningkatan penggunaan AC di seluruh dunia, pengoperasian pembangkit listrik di Cina, dan meluasnya beton serta aspal di masa mendatang yang disebabkan dua pertiga penduduk bumi akan tinggal di kota-kota pada 2050 akan menambah pemanasan global.
-       Kelaparan
Kenaikan suhu 1 persen akan menurunkan hasil panen 10 persen sedangkan pada 2050 akan diperlukan makanan dua kali lipat dari hari ini. Selain itu meningkatnya suhu telah menggeser sabuk gandum alami dunia 250 km ke utara setiap sepuluh tahun dan meningkatkan jumlah serangga, yang dapat mengurangi produktivitas hingga 4 persen, selain mengurangi gizi yang terkandung dalam tanaman. Masalah lain adalah berkurangnya tanah subur karena erosi, kekeringan ekstrim, dan banjir, yang akan semakin sering terjadi.
-       Tenggelam
Berdasarkan penelitian, laju pelelehan es di Antartika berlipat tiga selama sepuluh tahun terakhir atau 33 ribu kilometer persegi sejak 1950. Sementara itu banjir telah mengakibatkan terendamnya dua pertiga Bangladesh pada tahun 2017 dengan 41 juta korban. Es di kutub merupakan penyerap panas; jika es di Artika turut meleleh, selain kehilangan penyerap panas bumi juga akan mendapat tambahan metana, yang dilepas dari lelehnya es. Metana memiliki kekuatan beberapa lusin kali lipat dari karbon. Kehilangan total es akan sama dengan pemanasan yang dihasilkan emisi karbon selama 25 tahun terakhir. Sementara itu, pada 2100 bumi akan kehilangan sejuta km daratan, setara tempat hidup 375 juta orang hari ini, sedangkan dua pertiga kota-kota besar di dunia terletak di pantai.   
-       Kebakaran
Pemanasan global mengakibatkan kebakaran hutan semakin sering terjadi dan tidak terkendali, sehingga bahkan mengancam kota-kota. Kebakaran besar yang belum pernah terjadi di masa lalu antara lain terjadi di California pada 2017, menghanguskan 500 ribu hektar, di Greenland pada 2017 dengan luas sepuluh kali lipat dari tahun 2014, dan di lingkaran hutan Artika, Swedia. Abu kebakaran di utara dapat menghitamkan es, menyerap karbon dan mempercepat pelelehan. Penggundulan hutan Amazon - yang menyerap 25 persen karbon yang diserap oleh seluruh hutan di bumi – akibat dibukanya hutan untuk pembangunan meningkatkan penggundulan hutan dan menambah pelepasan karbon yang selama ini tersimpan pada pohon-pohon. 
-       Bencana Tak Lagi Alami
Rusaknya alam mengakibatkan percepatan bencana, yaitu terjadinya serangkaian bencana besar – yang dahulu hanya terjadi setiap beberapa ratus tahun sekali – hanya dalam dua puluh tahun terakhir. Sebagai contoh, pada musim panas 2018 terjadi sekaligus bencana gelombang panas global, enam badai, dan kebakaran hutan di Eropa dan Amerika. Dahulu hal-hal tersebut langka, namun kini menjadi suatu keadaan normal baru, karena sering terjadi. Di masa depan, bencana akan semakin sering terjadi.
-       Kekurangan Air
Kebutuhan air penduduk dunia separuhnya bergantung pada pelelehan musiman es dan salju di ketinggian, sehingga jika karena pemanasan global gletser di pegunungan meleleh dan kering, maka akan terjadi kekurangan air sangat besar. Sementara itu banyak danau besar di dunia telah mengering dan air tanah yang pembentukannya memerlukan jutaan tahun telah disedot sehingga sumur-sumur harus menggali lebih dalam, sedangkan di masa depan diperkirakan akan terdapat peningkatan kebutuhan air hingga 70 persen.
-       Laut Sekarat
Berdasarkan penelitian, laut yang belum mengalami kerusakan tinggal 13 persen. Laut menyerap 25 persen dari karbon yang dihasilkan manusia dan 90 persen panas berlebih akibat pemanasan global, separuhnya diserap sejak 1997. Namun hal itu menyebabkan pengasaman laut, yang akan menambah seperempat hingga setengah pemanasan. Akibat lain dari pemanasan laut ialah pemutihan karang, yaitu matinya protozoa zooxanthellae yang menghasilkan makanan bagi terumbu karang, yang mendukung seperempat seluruh kehidupan laut dan setengah miliar orang, serta melindungi dari banjir dan badai. Dampak lainnya adalah meningkatnya air laut tanpa oksigen karena meningkatnya suhu air dan pencemaran akibat pertanian dan industri, mengakibatkan kepunahan masal makhluk laut dan berkurangnya populasi ikan hingga lebih 30 persen. Selain hal tersebut, perubahan suhu mempengaruhi siklus arus laut, yang akan mempengaruhi keseimbangan iklim.
-       Wabah
Pemanasan serta penggundulan hutan mengakibatkan penyakit tropis seperti malaria dan demam berdarah menyebar ke Eropa dan demam kuning yang semula terbatas di lembah Amazon menyebar ke kota-kota besar di Amerika Latin. Melelehnya es di kutub dapat menyebarkan penyakit atau wabah pada puluhan hingga ratusan tahun lalu yang selama ini tertutup oleh es yang membeku.
-       Ambruknya ekonomi
Meningkatnya pemanasan sebesar 1 derajat celcius menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen. Negara-negara yang akan paling terkena dari pemanasan global terutama adalah negera-negara Asia Selatan.
-       Konflik akibat iklim
Berdasarkan penelitian, terdapat kenaikan kemungkinan konflik bersenjata 10-20 persen untuk setiap setengah derajat kenaikan suhu. Kekeringan dan gagal panen meningkatkan radikalisasi, perang, dan migrasi besar-besaran ke negara tetangga, dimana saat ini terdapat tujuh puluh juta pengungsi di seluruh dunia. Dalam tiga puluh tahun ke depan, terdapat tiga puluh dua negara - yang bergantung pada pertanian -  menghadapi risiko konflik akibat perubahan iklim.
-       Sistem 
Di masa depan, kenaikan permukaan laut akan mengakibatkan jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan menjadi pengungsi, misalnya di AS diperkirakan sebanyak 13 juta orang akan kehilangan tempat tinggal, dan 140 juta orang di Afrika, Asia Selatan dan Amerika Latin pada 2050 akan menjadi pengungsi. Bahkan PBB memperkirakan angka hingga satu miliar orang. Berdasarkan penelitian, meningkatnya suhu dan bencana juga berpengaruh pada meningkatnya stress, trauma dan bunuh diri.

Meskipun sebagian besar buku ini berisi data bukti-bukti kerusakan alam berupa berbagai bencana dahsyat akibat pemanasan global, namun penulis masih optimis bahwa hal tersebut dapat diatasi dengan tindakan politik, yaitu pengurangan emisi karbon secara kolektif melalui kebijakan negara, bukan hanya oleh kesadaran individu seperti sekarang. Khususnya pengurangan konsumsi oleh seluruh penduduk negara maju yang pemboros seperti Amerika. Sesuatu yang tampaknya sulit dilakukan. Anehnya, Wells merasa optimis bahwa kemauan politik negara-negara utama akan berhasil membatasi kenaikan pemanasan global menjadi hanya 2 derajat pada 2100, meskipun pengalaman selama ini menunjukkan tidak ada hasil berarti.

Buku ini cukup baik untuk menggugah kesadaran pembaca akan dahsyatnya akibat dari perubahan iklim baik pada masa kini maupun masa depan, dengan mengajukan banyak fakta berupa angka-angka dan prediksi hasil modeling para ilmuwan yang cukup mengerikan. Pembaca sendiri mungkin telah mengalami bahwa kini musim tidak lagi dapat diprediksi, bahwa banjir semakin sering dan tinggi, kebakaran semakin besar dan sulit dikendalikan, angin puting beliung yang dulu tidak pernah terjadi kini kerap terjadi, dan seterusnya. Padahal, itu baru peningkatan suhu sebesar satu derajat, sedangkan di tahun 2100 diperkirakan mencapai 3,5 hingga 4 derajat jika manusia tidak melakukan perubahan dalam mengkonsumsi bahan bakar fosil. Suramnya masa depan mengakibatkan timbulnya sekelompok orang yang menganut nihilisme lingkungan, yang dibahas juga dalam buku ini, yaitu orang-orang yang mengambil sikap ekstrim dengan mundur dari kehidupan modern atau menolak bereproduksi.
Namun sebagian besar orang di dunia adalah mereka yang tidak peduli dan berpikir bahwa dunia akan baik-baik saja, bahwa Tuhan akan selalu melindungi mereka, atau menghancurkannya sekaligus dalam satu kiamat besar, sehingga mereka tetap bereproduksi dengan kecepatan tinggi dan tidak peduli kerusakan lingkungan hidup yang ditimbulkannya. Itulah sebabnya buku semacam ini sangat penting untuk dibaca seluas mungkin. 

Monday, November 11, 2019

Celurit Hujan Panas



Judul                   :   Celurit Hujan Panas
Pengarang          :   Zainul Muttaqin
Penerbit              :   GPU
Tebal                   :   147 halaman
Tahun                  :   2019


Banyak dari kita telah mengetahui  bahwa di Madura terdapat tradisi carok, tapi bagaimana persisnya tradisi tersebut dijalankan?  Tradisi apa saja yang terdapat di Madura? Semua itu dapat kita ketahui dari kumpulan cerpen ini, yang berisi 20 cerpen ringan seluruhnya tentang Madura dan ditulis oleh pengarang Madura pula.

Membaca kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini, pembaca akan mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari dan adat istiadat rakyat Madura, antara lain bagaimana seharusnya memperlakukan seorang tandak (penari), terbatasnya hidup seorang anak nelayan miskin,  kelicikan lurah yang bersedia dibayar pemilik uang dari kota untuk merayu rakyatnya menjual sawah dengan harga murah, dan kebodohan rakyat desa yang begitu mudah menjual  tanah-tanah mereka karena ingin  mendapat uang dalam jumlah besar dengan cara instan dan menghabiskannya untuk keperluan konsumtif.

Selain itu pembaca dapat mengetahui bahwa di Madura terdapat kepercayaan bahwa adalah tabu untuk menolak pinangan pertama seorang laki-laki, karena mereka yang melakukannya  akan menjadi gadis sangkal, yaitu tidak akan menikah untuk selamanya.  Dalam cerpen Kobhung Kakek Mattasan pembaca juga dapat mengetahui bahwa rumah tradisional Madura memiliki kobhung, yaitu suatu ruangan yang terbuat dari kayu jati dan berdinding bambu serta menjadi tempat peristirahatan, berkumpulnya keluarga dan kerabat,  menerima tamu dan beribadah keluarga.

Cerpen Lelaki Ojung memperkenalkan pembaca pada ritual orang Madura memanggil hujan, yaitu dengan mencambuk dua orang lelaki bertelanjang dada atau pemain ojung hingga berdarah. Apakah ritual tersebut pasti akan berhasil, apa yang dapat menghalangi keberhasilan ritual tersebut?
Sementara itu cerpen Celurit Hujan Panas mengisahkan tentang kepercayaan rakyat Madura bahwa apabila terjadi hujan pada saat cuaca terang benderang atau panas, berarti sedang terdapat seseorang yang tewas menjadi korban carok. Carok sendiri merupakan duel antara dua orang lelaki menggunakan celurit untuk mempertahankan kehormatan diri, antara lain apabila seorang lelaki menganggap lelaki lain mengganggu pasangannya.

Selain cerpen tentang kehidupan sehari-hari berserta adat istiadat rakyat Madura, terdapat pula dua cerpen tentang dongeng rakyat Madura, yaitu kepercayaan mengenai pelangi, yang oleh rakyat Madura dinamakan Andeng, dan asal mula gunung Pekol dan nama desa Jenangger.

Kisah dalam kumpulan cerpen ini pendek-pendek dan ringan, menggambarkan  kehidupan masyarakat desa di Madura yang masih berpikiran sederhana beserta adat istiadatnya, menambah pengetahuan pembaca tentang kehidupan sehari-hari dan adat rakyat  Madura, Ini merupakan hal yang menarik, karena selama ini cerpen maupun novel tentang masyarakat Madura tergolong langka bahkan nyaris tidak ada.  Namun demikian dalam buku ini belum ada cerpen yang mengisahkan orang Madura modern yang hidup di kota dengan segala permasalahannya termasuk penyesuaian diri atau konflik antara adat lama dengan nilai-nilai maupun cara hidup yang dibawa oleh perubahan kehidupan modern maupun arus global, sebagaimana para penulis Bali telah menuangkannya dalam cerpen maupun novel-novel mereka. Mudah-mudahan pada tahap berikutnya Muttaqin akan sampai kesana.
 


Wednesday, November 06, 2019

New York Bakery


New York Bakery


Judul                     :   New York Bakery – Antologi Cerita Pendek Korea
Penerjemah           :   Koh Young Hun dan Maman S. Mahayana
Penerbit                :   GPU
Tebal                     :   372 halaman
Tahun                    :   2019, Agustus



Seperti Jepang, Korea terasa akrab bagi kita. Musik, film, kosmetik, mobil, hingga barang elektronik Korea mudah kita temui dan terlihat mengesankan. Namun tidak seperti Jepang, tidak banyak yang kita ketahui tentang sastra Korea, karena nyaris tidak ada novel Korea yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Oleh karena itu adanya terjemahan kumpulan cerpen Korea merupakan sesuatu yang menarik untuk mengetahui sikap dan permasalahan bangsa Korea yang sebenarnya.

Terdapat 14 cerpen dalam buku ini, sebagian besar bernuansa muram.  Tidak seperti cerpen karya penulis Indonesia yang pada umumnya relatif pendek dan memiliki plot cerita tertentu, cerpen-cerpen Korea cukup panjang, antara 20 sampai dengan 39 halaman, dan lebih banyak menceritakan perasaan tokoh-tokohnya dengan rinci. Hal ini berarti pembaca dapat lebih mengenal jiwa orang-orang Korea melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen.  

“ Di kemudian hari, perasaan menyesal terus menerus menghinggapiku. Kehidupan memang tidak demikian. Hidup bukan tentang duduk di hadapan seorang lelaki yang lebih tua dua puluh tahun dariku di sudut New York Bakery ketika perlahan-lahan runtuh dalam bayangan sendiri. …Pada saat-saat seperti itu, fragmen hitam atau merah akan mati dan jatuh dalam diriku, seperti karat yang mengelupas dari selembar permukaan besi. Cahaya kecil akan berkilau untuk terakhir kalinya lalu lenyap selamanya ke dalam kegelapan di dalam diriku, seperti gundukan pasir yang tersapu oleh gelombang yang datang, hanya dalam periode singkat antara dilahirkan dan tumbuh dewasa.

Cerpen New York Bakery mengisahkan kenangan seorang anak pemilik toko roti terkenal yang kemudian tutup karena tidak bisa lagi bersaing dengan bakery-bakery modern, bersamaan dengan tutupnya toko-toko tradisional lain di sekitarnya. Kisah ini terasa universal, karena mengingatkan saya pada tulisan seorang teman yang bertanya, kemana toko-toko tradisional dan usaha kecil di dekat rumahnya di Bandung yang kini semuanya sudah tidak ada lagi? Usaha-usaha kecil tersebut terlindas zaman dan tidak bisa bersaing sehingga tutup. 

Cerpen lainnya berkisah tentang seorang pekerja perempuan yang hidup sendiri dan mengira orang-orang, antara lain penjaga toko langganannya cukup mempunyai perhatian pada hidupnya. Kenyataan bahwa ia dianggap sama saja dengan semua pembeli lainnya dan tidak diingat sama sekali memberikan kesan kehidupan yang penuh kesepian dan ketakpedulian di kota besar. 

Selanjutnya dalam cerpen Kisah Mi, secara tidak sadar tokoh aku membuat mi karena terkenang masa kecilnya bersama ibu tiri yang biasa membuatkan mi untuknya, namun saat itu sedang menjelang kematian.  Kisah-kisah  lainnya adalah tentang dilemma antara mempertahankan rumah adat Korea yang sulit perawatannya dan tinggal disana atau menempati apartemen yang modern dan efisien, kisah orang-orang terbuang yang tinggal di pegunungan terpencil tanpa fasilitas apapun, dan tentang seseorang yang bertemu dengan teman masa kecilnya, seorang fotografer terkenal yang tampak kesepian, membuatnya terkenang akan masa kecil mereka, dimana ia memberikan kamera yang dicuri dari ayahnya untuk menghibur temannya tersebut. Satu cerpen yang berbeda yaitu Metamorfosismu berisi kisah yang menggambarkan obsesi masyarakat Korea akan kesempurnaan fisik sesuai keinginan masing-masing individu, yang dilakukan melalui berbagai operasi.

Masih ada beberapa cerpen lainnya, namun semua bernuansa muram dan ditulis dengan rinci menggambarkan perasaan tokoh-tokohnya. Membaca cerpen Korea memerlukan kesabaran, namun pembaca akan mendapatkan rasa haru, keindahan yang diperoleh dari tulisan tentang kenangan-kenangan masa lalu, perjalanan hidup yang diwarnai kehilangan, kesedihan, kesepian…

Seperti sastra Jepang, maka sastra Korea juga cenderung muram, memberikan kesan yang berbeda dari kesan permukaan yang kita peroleh melalui produk-produknya yang lain yang lebih populer.