Tuesday, December 30, 2008

ARUS BARU ISLAM RADIKAL

Judul : Arus Baru Islam Radikal – Transmisi Revivalisme Islam Timur Tengah ke Indonesia
Pengarang : M. Imdadun Rahmat
Penerbit : Erlangga
Tahun : 2007, Agustus
Tebal : 166 hal

Seberapa besarkah kebangkitan Islam di Indonesia dipengaruhi dari luar? Apakah tujuan akhirnya? Bagaimana kemungkinan perkembangannya di masa mendatang?

Penulis mendefinisikan revivalisme Islam sebagai kebangkitan Islam dalam segala bentuk, dari moderat hingga radikal dan apolitis hingga politis, meskipun dari pembahasan tampak bahwa pada dasarnya semua adalah radikal.

Bagian pertama membahas sebab timbulnya revivalisme di Timur Tengah, yaitu karena negara-negara di wilayah tersebut merasa berada dalam krisis akibat tekanan budaya Barat, yang menimbulkan pencarian identitas dan otentisitas bangsa Arab, antara lain dengan kembali kepada nilai-nilai agama yang murni.

Terdapat tiga organisasi/aliran utama, yaitu:
Ikhwanul Muslimin, didirikan di Mesir pada tahun 1928
Hizbut Tahir, didirikan di Palestina tahun 1952
Salafi, yang kemudian condong menjadi seperti Wahabi

Pada prinsipnya, ketiganya memiliki tujuan sama, yaitu pemurnian agama berupa kembali kepada Qur’an dan Sunah, penerapan syariat Islam, menentang sekularisasi dan hukum Barat lainnya, ketaatan total kepada hukum Tuhan.

Penulis menjelaskan bahwa penyebaran ketiga aliran pemikiran di atas dari Timur Tengah dilakukan oleh alumni lulusan Timteng khususnya Mesir ke kampus-kampus di Indonesia, dimulai dari ITB pada tahun 1974 (Ikhwanul Muslimin) di mesjid Salman, IPB pada tahun 1982 (Hizbut Tahir), yang kemudian secara sistematis disebarkan ke seluruh kampus di Indonesia sehingga kelak melahirkan Partai Keadilan Sejahtera pada tahun 1998. Sedangkan aliran Salafi/Wahabi disebarkan oleh Lembaga Ilmu Islam dan Sastra Arab (LIPIA), yaitu cabang Univ. Islam Muh. Ibnu Saud Univ. di Riyadh.
Menurut penulis, keadaan di atas terutama berkat upaya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), khususnya oleh M. Natsir (tokoh Masyumi). Peran DDII adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Mengusahakan pengiriman mahasiswa ke Timteng
2. Menjadi penggagas dan mediator berdirinya LIPIA
3. Meletakkan landasan awal gerakan dakwah kampus
4. Mendorong penerjemahan pemikiran Ikhwanul Muslimin

Target dari dakwah DDII adalah pesantren (a.l. Gontor, Ngruki), masjid (bantuan Timteng) dan kampus.
Penyebaran ini semakin kuat dengan munculnya banyak penerbit Islam yang menerbitkan buku-buku terjemahan karya para pemikir fundamentalis IM, a.l. Sayyid Qutb, yang kemudian dilanjutkan dengan penerbitan majalah seperti Sabili dll. Bahkan menurut penulis, penerbit umum pun menerbitkan karya para fundamentalis ini karena demikian larisnya. Gerakan revivalisme ini tidak berhenti sampai disini, karena mereka masih dan akan terus berdakwah sampai tujuannya tercapai.
Demikianlah, maka tanpa benar-benar disadari banyak pihak, selama dua puluh tahun lebih dalam kampus-kampus kita telah disemai bibit-bibit fundamentalisme asli dari Timteng. Selama sepuluh tahun Orba dengan penanaman slogan salah arah atheisme sama dengan komunisme dan sensor ketat bacaan, serta sepuluh tahun reformasi tanpa arah, maka kampus tidak menjadi tempat yang tercerahkan dengan rasionalitas dan pemikiran kritis, tetapi sebaliknya, semakin menjauh ke belakang, menuju irasionalitas dan dogma, dan bermaksud membawa seluruh rakyat bersamanya.
Isn’t it ironic, that our universities fail in nurturing reason and critical thinking, but very successful in spreading religion fundamentalism?
Buku ini – hasil penelitian untuk tesis S2 - memberi informasi yang cukup baik dan lumayan lengkap, sehingga membacanya cukup menimbulkan rasa khawatir akan masa depan keberagaman dan sekularisme di negeri ini.

Sunday, December 28, 2008

OVER THE EDGE OF THE WORLD



Judul : Over the Edge of the World - Magellan's Terrifying Circumnavigation of the Globe
Pengarang : Laurence Bergreen
Penerbit : Harper Perrenial
Tahun : 2004
Tebal : 430 halaman


Over the Edge of the World adalah kisah tentang keberanian, kepemimpinan dan kekerasan hati Magellan dalam usaha mencari rute baru ke pulau rempah-rempah, atau Maluku, yang berakhir cukup tragis bagi para awak kapalnya, namun membuka sejarah baru bagi dunia.

Magellan adalah perwira Portugis yang semula sangat loyal pada raja, namun karena merasa tidak dihargai dengan semestinya, ia kemudian mengabdi raja Spanyol, dan menawarkan ekspedisi mencari pulau rempah untuk berdagang dan mendapatkan koloni bagi Spanyol, namun melalui rute timur, yaitu melewati selat di Amerika Selatan yang belum jelas keberadaannya, agar tidak melalui wilayah kekuasaan Portugis.
Dengan lima kapal dan 257 awak kapal, selama tiga tahun (1519 – 1522) Armada de Molucca berlayar dari Seville, Spanyol, menemukan selat Magellan, menjadi kapal Eropa pertama yang menyeberangi Samudra Pasifik, sampai ke Filipina, Maluku, kemudian menyusuri Samudra Hindia dan Tanjung Harapan kembali ke Spanyol. Melewati badai, suku-suku kanibal, pemberontakan tiga kapten kapal, pembantaian dari penduduk asli, pengkhianatan, kelaparan, penyakit, dan kejaran kapal Portugis, ekspedisi Magellan berakhir dengan kembalinya satu kapal beserta 18 awak kapal yang membawa rempah-rempah dari Tidore dan Ternate ke Seville.
Magellan sendiri terbunuh sewaktu bertempur dengan kepala suku Mactan (Filipina) yang tidak bersedia dipaksa dikonversi menjadi Katolik. Sesuatu yang disayangkan awak kapal lainnya, karena Magellan seharusnya tidak perlu melakukan hal tersebut. Namun semangat religius serta keberhasilan-keberhasilan sebelumnya mengatasi maut dan bahaya membuat Magellan terlalu berani, yang justru berakhir dengan tragis tidak saja bagi dirinya namun juga bagi awak kapal yang ditinggalkannya.
Pelayaran Magellan merupakan pelayaran penting, karena saat itu Eropa mengira bahwa Hindia tidak jauh dari sebelah timur Amerika. Dengan demikian Magellan tidak mengira bahwa Samudra Pasifik sangat luas sehingga harus dilayari selama beberapa bulan sebelum sampai ke Asia. Ini juga pelayaran pertama yang membuktikan bahwa dunia itu bulat, meningkatkan kesadaran untuk mengandalkan pada fakta dan pengalaman serta menandai awal dominasi Eropa di lautan, karena pelayaran armada China telah dihentikan sejak tahun 1431 dan kapal Arab tidak bersedia beranjak lebih jauh dari sekitar Samudra Hindia. Padahal dibandingkan dengan Cina, armada Eropa sangat kecil dan tidak memadai, sementara teknologinya sebagian dicontoh dari kapal Arab.

Buku ini sangat menarik karena penulis membawa kita seolah berada dalam kapal Magellan dan mengalami bermacam hal seru, kejam maupun menyedihkan yang tidak mungkin lagi terjadi di masa kini.

Wednesday, October 08, 2008

NOVEL NIGERIA












Judul : Half of a Yellow Sun
Pengarang : Chimamanda Ngozi Adichie, penerjemah Rika Affiti
Penerbit : Hikmah
Tahun : 2008, Agustus
Tebal : 761 hal.

Judul : Things Fall Apart
Pengarang : Chinua Abebe, penerjemah Cahya Wiratama
Penerbit : Hikmah
Tahun : 2007, Juli
Tebal : 267 hal.

Nigeria kerap disamakan dengan Indonesia: negeri yang kekayaan alamnya seolah menjadi kutukan, karena sebagian besar rakyatnya tetap sangat miskin dan para pemimpinnya gemar korupsi. Bahkan Jared Diamond dalam bukunya Collapse menyamakan kota Lagos dengan Jakarta. Jadi, membaca novel Nigeria tentu sesuatu yang menarik.

Things Fall Apart mengisahkan hancurnya adat istiadat asli suku Ibo ketika misionaris dan kolonialis memasuki Nigeria.
Tersebutlah Okonwo, seorang pria yang berusaha keras mempertahankan tradisi suku Ibo dan meraih kebesaran sesuai adat sukunya, antara lain dengan menjadi juara gulat, mengerjakan ladang untuk menghasilkan sebanyak mungkin ubi rambat, mengalahkan musuh dalam perang suku, bersikap keras terhadap istri-istrinya, dan mempertahankan kepercayaan lama.
Usahanya cukup berhasil, sehingga Okonwo menjadi orang yang terpandang dalam sukunya, meskipun kemudian ia diasingkan selama delapan tahun karena suatu ketika secara tidak sengaja menembak salah seorang anggota sukunya.
Selama pengasingannya ke rumah kerabat ibunya – sesuai adat sukunya tersebut - masuklah misionaris dan pemerintah asing ke desanya, sehingga ketika ia kembali, keadaan sudah jauh berubah. Pemimpin suku kehilangan kekuasaan, anak laki-lakinya masuk Kristen, anggota suku tidak dapat dipersatukan seperti dulu, bahkan ia dan beberapa pemimpin suku yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kondisi tersebut ditahan dan dihinakan pemerintah baru yang kini lebih berkuasa. Tak dapat menahan perlakuan tersebut, Okonwo membunuh petugas yang memintanya menghentikan pertemuan yang sedang dipimpinnya untuk mempersatukan kembali sukunya.
Kisah ini berakhir tragis, karena kejadian diatas mengakibatkan Okonwo mengakhiri hidupnya. Hal ini diungkapkan dengan baik sekali pada akhir novel, ketika sahabatnya berkata kepada Komisaris Wilayah, “Lelaki itu salah seorang lelaki terbesar di Umuofia. Kau membuatnya bunuh diri; dan sekarang dia akan dikubur seperti anjing…”
Adat menganggap bunuh diri adalah suatu aib sehingga mereka tidak dapat menyentuhnya, karena itu mereka meminta Komisaris sebagai orang asing untuk mengurus dan menguburkannya.

Half of a Yellow Sun menceritakan masa ketika terjadi perang saudara antara Nigeria Utara dan Selatan (Biafra) pada tahun 1967-70.
Tokoh-tokohnya terdiri dari keluarga pengusaha yang dekat dengan penguasa dan sering memberi suap, kedua anak keluarga tersebut yang masing-masing menjadi dosen dan pengusaha serta kedua suaminya – satu diantaranya orang kulit putih dari Inggris – dan teman-teman mereka, kerabat keluarga tersebut yang menjadi pedagang miskin, pembantu laki-laki dari desa, dan pejabat militer.
Novel ini menggambarkan perjalanan hidup mereka menghadapi perubahan kondisi yang diakibatkan oleh perang saudara.
Perang tersebut bermula dari adanya pemberontakan oleh suku Ibo di selatan terhadap pemerintahan yang dikuasai suku Hausa dan Fulani di utara. Namun pemberontakan berhasil diatasi dan terjadi pembalasan dendam berupa pembantaian terhadap suku Ibo, yang kemudian menyatakan diri merdeka menjadi Negara Biafra. Hal ini tak dapat dibiarkan oleh pemerintah, sehingga diperangi sampai akhirnya menyerah, kembali berada di bawah Nigeria.
Keadaan di atas tidak dapat dilepaskan dari sejarah Nigeria sejak masa kolonial. Inggris mempercayakan pemerintahan ke suku Hausa dan Fulani di utara karena mereka feudal dan muslim, sedangkan suku di selatan beragam, yaitu Kristen dan bermacam animisme sehingga lebih sulit diatur. Namun pendidikan yang diperoleh suku di selatan kemudian, membuat mereka tidak puas terhadap pemerintah yang mayoritas dikuasai orang utara yang dianggap kurang pandai dan korup, sehingga menimbulkan perang saudara.
Membaca novel ini memberkan gambaran kehidupan kelas bawah hingga kelas atas Nigeria dan keadaan negara di Afrika jika terjadi perang saudara: masalah etnis/klan/suku dan agama serta pembagian kekuasaan yang tidak merata selalu merupakan sumber masalah utama, dan perang disana merupakan sesuatu yang dilakukan dengan sangat kejam.

Novel ini dibagi dalam empat bagian. Bagian pertama terdiri dari 6 bab (Awal Tahun Enam Puluhan) berjalan agak lamban, lebih banyak menggambarkan kehidupan tokoh-tokohnya. Bagian kedua terdiri dari 12 bab (Akhir Tahun Enam Puluhan) menggambarkan keadaan saat awal terjadinya kudeta dan perang yang berlangsung kemudian. Bagian ketiga, bab 19 s.d. 24 (Awal Tahun Enam Puluhan) menggambarkan kehidupan keluarga tokoh dalam novel sebelum perang. Bagian empat, bab 25 s.d. 35 kembali menggambarkan keadaan perang sampai selesai, yaitu takluknya Biafra atau Nigeria selatan, dan bagaimana keluarga dalam novel ini mempertahankan hidup hingga akhir perang.
Secara keseluruhan , novel ini cukup menarik.

Wednesday, July 16, 2008

Bilangan Fu



Judul : Bilangan Fu
Pengarang : Ayu Utami
Penerbit : KPG
Tahun : 2008, Juni
Tebal : 536 hal.

Berbeda dengan trend novel saat ini – novel religius - Bilangan Fu menawarkan sikap sebaliknya. Novel ini merupakan kritik terhadap fundamentalisme agama, televisi, kedangkalan pikiran, dan ajakan untuk memelihara kelestarian alam serta budaya asli. Tiga tokoh yang terdapat disini masing-masing mewakili sikap fundamentalisme, yang diwakili oleh tokoh Kupukupu alias Farisi, rasionalisme yang diwakili tokoh Yuda, dan postmodernisme yang diwakili tokoh Parang Jati.

Yuda, yang menjadi tokoh utama, adalah pemanjat tebing, yang kemudian bertemu Parang Jati, ketika akan membeli peralatan memanjat. Yuda yang sangat rasional dan semula menganggap remeh Parang Jati, menjadi terkesan ketika Parang Jati dapat menerangkan lokasi pemanjatan dengan menggabungkan ilmu pengetahuan (geologi) dan legenda rakyat, sehingga Yuda kelak menjadikannya sahabat.
Parang Jati, yang bermaksud akan belajar memanjat tebing kepada Yuda dan sebelas orang kawannya sesama pemanjat, juga membuat Yuda berjanji hanya akan melakukan clean climbing, yaitu pemanjatan tanpa merusak tebing dengan bor, paku dan sejenisnya demi menghargai alam.Di tengah semua ini, mereka bertemu dengan Kabur bin Sasus, seorang penganut mistik yang kemudian digigit anjing gila bersama dengan teman Yuda, Pete. Kabur tidak bersedia dibawa ke rumah sakit, sehingga meninggal dunia. Ketika hendak dimakamkan, terjadi keributan karena tiba-tiba muncul Kupukupu, yang melarang Kabur dimakamkan di makam desa dengan alasan ia musrik. Orang-orang desa mengalah, sehingga Kabur dimakamkan di luar desa, dekat tebing lokasi pemanjatan. Namun terjadi kehebohan selanjutnya, karena makamnya kemudian terbuka dan orang desa mengatakan bahwa Kabur bangkit dari kubur.Yuda kemudian menginap di rumah orang desa dan Parang Jati tinggal di rumah pamannya di wilayah tersebut, namun ia seperti merahasiakan sesuatu.
Rahasia itu baru diketahui Yuda ketika ia kembali ke Bandung dan menonton pertunjukan paranormal untuk mengejek irasionalitas. Ia melihat Parang Jati yang berjari enam menjadi bintang pertunjukan diantara orang-orang cacat, yang membuka rahasia Parang Jati selama ini.Parang Jati dan Farisi tidak mengetahui kedua orang tua masing-masing. Keduanya ditemukan oeh Mbok Manyar – yang memiliki kearifan desa – di sendang terakhir yang tidak pernah dikunjungi orang desa, dalam sebuah keranjang. Parang Jati yang tampan dipelihara oleh Suhubudi, orang terkaya di desa yang mengumpulkan orang-orang cacat dan kemudian menjadikan mereka pertunjukan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan perlunya memelihara alam.Kupukupu, yang terlambat sehari ketika ditemukan oleh Mbok Manyar, dipelihara oleh penduduk desa biasa.
Sejak kecil Kupukupu merasa iri hati dengan Parang Jati dan berusaha menyainginya, hingga suatu hari ia memperoleh beasiswa belajar ke luar negeri. Namun Kupukupu tidak mampu menyelesaikan pelajaran dan sejak pulang berubah nama menjadi Farisi serta menjadi orang fanatik yang mencela adat istiadat penduduk desa yang mengadakan upacara tradisional sebagai dosa.Puncak dari tindakan Kupukupu adalah ketika ia merusak sesajen yang dibuat penduduk dalam suatu upacara adat, sehingga menimbulkan kemarahan penduduk.Sementara itu, Parang Jati berusaha membela penduduk desa dalam melawan perusahaan tambang yang akan menguasai desa tersebut, antara lain dengan menghidupkan kembali adat lama yang menghormati lingkungan, bahkan dengan membentuk aliran kepercayaan baru – hal yang dianggap Kupukupu sebagai dosa tak termaafkan, sehingga ia menghancurkan Parang Jati.
Apakah Kupukupu bekerja sama dengan perusahaan pertambangan? Apa yang sebenarnya terjadi pada Kabur?
Novel ini merupakan kritik terhadap kondisi Indonesia saat ini: kondisi dimana kaum fundamentalis agama monoteis dengan kasar berusaha memaksakan pendapatnya dan menghinakan kepercayaan serta adat lokal yang telah ratusan tahun, kapitalisme yang dibiarkan merusak lingkungan dengan segala cara, lemahnya kekuatan para pecinta lingkungan dan toleransi, dan diamnya massa karena ketiadaan pengetahuan yang memadai serta rasa takut dianggap tidak beriman.

Tidak mengherankan bahwa penulis sebagai orang Jawa berusaha memunculkan kembali kearifan budaya Jawa, antara lain melalui penjelasannya tentang wayang (yang dilengkapi dengan gambar yang dibuat sendiri), legenda, cerita Babad Tanah Jawi, dan seruan perlunya memelihara kepercayaan lokal berdampingan dengan agama monoteis, namun dengan sikap kritis. Hal ini disuarakan oleh tokoh Parang Jati, yang mungkin mewakili pendapat penulis, yaitu “dimana spiritualitas menampung sikap kritis akan kebenaran, sekaligus tahan memanggul kebenaran yang tertunda itu.” Namun “kebenaran jangan jatuh ke tanah dan menyentuh bumi, menjelma, hari ini. Sebab, jika kebenaran menjelma hari ini, ia menjelma kekuasaan.”

Spiritualitas yang dirujuk penulis adalah agama-agama Timur, di buku ini dilambangkan dengan bilangan fu, atau nol tetapi tak terhingga, sebagai lawan dari satu, yaitu Tuhan agama monoteis. Dikisahkan bahwa Parang Jati membentuk kepercayaan baru yang bersifat Jawa tapi bukan Kejawen, karena tidak seperti Kejawen yang "tidak merumuskan daya kritis, mengabaikan logika dan tidak analisa sama sekali," kepercayaan ini “milik orang yang rasional tapi kritis pada rasionya.” Namun Parang Jati menolak rasionalisme, karena menganggap rasionalisme identik dengan modernisme dan kapitalisme, yaitu menguasai alam untuk kekuasaannya sendiri, sehingga cenderung merusak.Benarkah agama-agama Timur kritis? Memang tidak ada Tuhan monoteis disana, tapi apakah ada kritik terhadap hal-hal yang biasa dipercaya, seperti reinkarnasi? Bagaimana dengan rasionalisme para ilmuwan, yang justru karena kedalaman pengetahuannya akan alam semesta menjadi sangat menghargai alam dan merasakan spiritualitas darinya? Bagi mereka rasionalisme tidak berarti perusakan alam melainkan sebaliknya dan karena itu pemahaman cara bekerja alam berdasarkan ilmu pengetahuan sangat perlu bagi masyarakat - meski pengetahuan tersebut selalu terbuka untuk revisi dan tidak sempurna serta bisa mengarah kepada bilangan nol: atheisme. Sikap yang diambil Parang Jati memang lebih mudah untuk diterapkan pada masyarakat, meskipun di novel ini hal itupun harus diperjuangkan.

Cukup banyak yang ingin diutarakan penulis dalam satu novel, sehingga terlalu banyak dan di beberapa bagian seperti pelajaran yang terlalu rinci, misalnya uraian panjang tentang legenda, wayang, Babad Tanah Jawi, dan kondisi zaman Orde Baru mungkin hanya perlu bagi yang belum mengenal legenda tersebut atau tidak pernah hidup di zaman Orba. Selain itu banyaknya penjelasan yang cukup rinci kadang membuat saya lupa bahwa yang sedang memikirkan hal tersebut adalah Yuda, karena seolah pikiran penulis sendiri melalui tokoh Yuda.Hal lain, asal usul Parang Jati dan Kupukupu dari keranjang yang ditemukan di sungai merupakan kisah yang terasa klise, demikian pula kematian Parang Jati.
Hal baru yang dilakukan penulis dalam novelnya adalah menghiasinya dengan beberapa ilustrasi yang digambar sendiri, dan menyertakan beberapa kliping berita surat kabar sebagai pelengkap cerita.
Secara keseluruhan novel ini cukup menarik, meskipun bergaya lebih populer namun banyak yang dapat disampaikan, dan mungkin dapat mengubah para pembaca Indonesia agar lebih menghargai lingkungan dan budaya lokal.

Sunday, July 06, 2008

A Portrait of the Brain



Pengarang : Adam Zeman
Penerbit : Yale University Press
Tahun : 2008
Tebal : 246 hal.

Sudah lama diketahui, bahwa salah satu cara terbaik untuk mengetahui cara bekerja otak adalah dengan meneliti kelainan atau kerusakan otak yang dialami para pasien yang mengalami hal tersebut.
Ditulis dengan gaya seorang dokter yang menerangkan kasus-kasus yang pernah ditanganinya, Prof. Zeman menguraikan bagaimana penyimpangan sedikit saja pada satu molekul, sel, atau gen yang membentuk otak bisa memberikan pengaruh yang sangat berarti kepada emosi, pikiran, dan kesehatan, yang dapat mengakibatkan penyakit berat hingga kematian.
Betapa satu jenis molekul saja dapat berpengaruh besar pada hidup seseorang diuraikan penulis melalui kisah seorang pasiennya yang mengalami kelelahan setiap pagi sehingga hampir tidak bisa bangun dari tidurnya, bahkan akhirnya menjadi koma. Ternyata hal tersebut disebabkan adanya disorder pada serat otot yang mengakibatkan kekurangan supply oksigen ke otak ketika tidur. Tidak mudah menemukan hal ini, karena kekurangan hormon adrenal - yang dibutuhkan ketika sedang stress -, dan narcolepsy, yang memerlukan tidur sangat banyak juga tampak seperti kelelahan kronis atau bahkan kemalasan.

Penulis juga menguraikan bagaimana satu molekul dapat mengakibatkan kematian
Penghapusan satu molekul, satu base nukleotida dari gen yang biasanya memungkinkan sel arah merah memproduksi protein untuk sandaran protein lain di dinding sel darah merah mengacaukan produksi protein, sehingga dinding sel darah merah menjadi tidak stabil, sehingga mengubah bentuk sel dalam darah. Gen yang sama juga aktif di otak, sehingga hilangnya protein ini memperpendek hidup sel-sel di bangsal ganglia yang diperlukan untuk menjaga kemampuan gerak dan pikiran sebagaimana seharusnya. Mereka yang mengalami kelainan ini akan kehilangan kemampuan mengendalikan gerakan dan pikirannya sehingga tidak dapat duduk tenang dan terus bergerak/bepergian serta berbicara sehingga kepribadian aslinya hilang, dan setelah bangsal ganglia semakin menyusut, terjadi kematian.
Kelainan protein lainnya yang dapat menyebabkan kematian adalah scrapie agent, yang menyebabkan spongiform disorder. Hal ini disebabkan prion protein. Protein ini terletak di selaput berlemak yang menutup setiap sel di otak, dan dikendalikan oleh gen prion, Sebagaimana protein lainnya, setiap waktu tertentu terjadi pergantian. Namun molekul protein ini tidak begitu stabil, karena bentuk tiga dimensinya dapat berubah menjadi tidak tercerna ketika waktunya tiba bagi sel untuk melepasnya.. Proses ini merupakan suatu proses berantai sehingga makin banyak molekul yang bentuknya tidak normal, sehingga ketika molekul baru disintesis dan ditransformasikan, akumulasinya akhirnya kekacauan di otak. Pengaruh hal ini terhadap penderita mula-mula adalah pada emosi: yaitu merasakan kekhawatiran tanpa dasar, paranoia, dan hilangnya memori serta pikiran secara bertahap. Hal yang menyebabkannya tidak begitu jelas. Namun kemungkinan berasal dari makanan hewani yang diproses, yang berasal dari sapi yang diberi makanan berupa sisa sapi potong (bagian otak dll yang dihancurkan) yang diolah untuk makanan sapi. Berdasarkan penelitian di Afrika, diketahui bahwa otak manusia atau binatang yang mengandung virus kuru dapat menimbulkan kelainan ini kepada yang memakannya.
Penulis juga menguraikan tentang narcolepsy, yang disebabkan oleh hilangnya satu neurotransmitter.

Hal lain yang menarik adalah penjelasan tentang epilepsy dan déjà vu.
Epilepsi disebabkan adanya sekumpulan sel otak yang tidak mampu mencapai tempatnya dengan benar sehingga mengelompok di suatu tempat yang tidak seharusnya. Sebagaimana diketahui, saat pertumbuhan awalnya, cortex dibentuk dari sel-sel induk yang berada pada dinding ventricles, yang kemudian mengisi ruangan yang menempati pusat otak. Sel (neuron) yang tumbuh disana harus merambat ke cortex menuju tempatnya masing-masing, dipandu oleh sel radial yang meluas seperti tali pemanjat, melalui bidang yang terdiri dari axon yang juga selalu berubah karena pertumbuhan. Dan sel yang tumbuh belakangan harus mencapai tempat yang lebih jauh. Tidak heran kadang neuron tidak mencapai tempat yang seharusnya, sehingga menyampaikan sinyal listrik tanda distress, meminta pertolongan, yang mengakibatkan serangan epilepsi.
Mengenai kondisi epilepsy sendiri, penulis mengutip uraian novelis Fyodor Dostoevsky – yang menderita partial epilepsy – bahwa serangan epilepsy menimbulkan ”kebahagiaan yang tidak mungkin (dapat dialami) dalam keadaan biasa, dan konsepsinya tidak dapat diketahui orang lain. Saya merasa penuh harmoni dalam diri sendiri dan seluruh dunia, dan perasaan tersebut sangat kuat dan manis sehingga untuk beberapa detik kebahagiaan (bliss) seseorang dapat menyerahkan sepuluh tahun kehidupan, bahkan seluruh hidup.” Demikian pula perasaan yang dialami pasiennya.

Bagaimana dengan déjà vu?
Sebagian besar orang pernah mengalami deja vu. Berdasarkan penelitian, semakin tinggi pendidikan dan semakin banyak seseorang bermimpi, semakin tinggi kemungkinan mengalami deja vu. Namun semakin tua hal ini akan semakin berkurang. Penderita epilepsy juga mengalami hal ini lebih daripada lainnya.
Apakah penyebabnya? Bagian otak yang berkaitan dengan penciuman terletak di limbic lobe, berdekatan dengan amygdala, yang berkaitan dengan emosi, dan sekitar hippocampus, yang berkaitan dengan memori. Dengan demikian aroma parfum tertentu misalnya, dapat menimbulkan kenangan dan emosi tertentu. Limbic sistem juga merupakan sumber dari serangan epilepsi.
Benarkah deja vu berkaitan dengan memori? Terdapat tiga teori mengenai hal ini. Namun teori yang diyakini adalah sebagai berikut. Sebagian dari jaringan memori di limbic lobe diperuntukkan untuk pengenalan, yaitu untuk menentukan apakah hal yang sedang dialami tersebut familier (biasa) atau tidak. Jika sistem memori menjadi aktif secara spontan, seperti dalam serangan epilepsi, apapun pengalaman yang dialami akan ditandai secara salah dan dianggap biasa. Hal ini tampak dari kenyataan bahwa mereka yang mengalami deja vu tidak dapat menemukan kejadian sebelumnya (previous encounter) dengan sekumpulan keadaan yang menurut kita telah dikenal dengan baik.
Teori ini didukung oleh eksperimen terhadap sekelompok anak yang mengalami luka pada hippocampusnya sewaktu mereka kecil. Ketika dewasa, mereka sulit mengingat hal-hal rinci mengenai kehidupannya dari hari ke hari, akan tetapi tidak mengalami kesulitan dalam belajar di sekolah. Dengan demikian disimpulkan bahwa mereka menggunakan sistem memori yang terdapat di luar hippocampus, yaitu bagian yang memberikan kita rasa pengenalan dan familiarity, dalam ketiadaan mengingat kembali (recall). Bagian ini, disebut parahippocampal, adalah juga sumber pengalaman deja vu.

Masih terdapat penjelasan penulis yang menarik lainnya, misalnya tentang front temporal dementia, yang diawali dengan hilangnya kemampuan berbahasa secara bertahap, yang disebabkan menyusutnya otak kiri, yang bertanggung jawab terhadap kemampuan bahasa dan logika. Hilangnya dominasi otak kiri dapat menyebabkan munculnya kemampuan otak kanan, misalnya dalam bentuk peningkatan kemampuan atau kreativitas seni. Namun gangguan dalam pembagian kerja ini juga memberikan sumbangan pada gangguan fungsi pada penderita schizophrenia, dan jika terjadi di usia lanjut dapat mengakibatkan kematian. Jika penyusutan neuron terjadi pada otak kanan (yang lebih jarang terjadi) , maka yang terjadi adalah perubahan perilaku dan kepribadian, antara lain tidak memperhatikan pakaian dan kebersihan, kehilangan kesopanan, penurunan perhatian pada keluarga dan teman, penarikan diri, yang diawali dengan kesulitan mengenai wajah dan orang lain.

Uraian yang terdapat dalam buku ini cukup sederhana dan tidak terlalu terinci sehingga mudah dipahami, namun demikian tidak memberikan penjelasan yang lebih menyeluruh dan lengkap tentang cara bekerja otak, hanya penemuan-penemuan terakhir mengenai disfungsi otak yang dapat membantu kita memahami betapa besar peran otak terhadap emosi, pikiran, kesehatan tubuh, dan betapa satu penyimpangan kecil saja dapat mengubah kepribadian, perilaku, hingga mengakibatkan kematian.
Kesimpulannya, otak disusun dari atom, yang secara bertingkat membentuk molekul, organelle, sel dan selaput yang terdiri dari jaringan milyaran neuron (sel otak). Otak adalah seperti sebuah mesin, dan daripadanya muncul pikiran. Oleh karena itu pikiran (mind) tidaklah terpisah dari otak (materi): mind is at home with matter.

Adam Zeman adalah guru besar neurology kognitif dan perilaku di Peninsula Medical School, dan penulis buku Consciousness: A User’s Guide.

Sunday, April 13, 2008

FOOD IN HISTORY



Judul : Food in History
Pengarang : Reay Tannahil
Penerbit : Folio Socety
Tahun : 2007
Tebal : 381 hal.

Buku ini menguraikan tentang sejarah makanan dalam peradaban manusia, dan bagaimana makanan mempengaruhi pembentukan masyarakat, pertumbuhan penduduk dan ekspansi urban, menentukan teori ekonomi dan politik, memperluas wawasan perdagangan, mengilhami perang dan dominion dan mempercepat penemuan dunia baru.
Makanan juga memainkan peranan dalam agama, untuk menentukan keterpisahan antara satu aliran dengan lainnya dalam bentuk tabu makanan; dalam sains, dimana observasi koki prasejarah memberikan dasar terhadap awal mula kimia; dalam teknologi, dimana water milling kincir air kemudian menjadi alat revolusi industri; dalam kesehatan, dimana sebagian besar berdasarkan prinsip pengaturan makanan sampai dengan abad 18, dalam perang, dimana pertempuran ditunda sampai masa penen, dalam pembedaan kelas, yang terlihat dari makanan yang disajikan, dan hubungan antar manusia, antara vegetarian dan pemakan daging..

Uraian dibagi dalam enam bagian, yaitu:
1. Zaman prasejarah
2. Asia, Mesir dan Eropa 3000 SM s.d. 1000M
3. Asia sampai dengan Zaman Pertengahan dan Dunia Arab
4. Eropa 1000 – 1492 M
5. Dunia yang Meluas 1492 – 1789
6. Dunia Modern 1789 sampai Saat Ini

Banyak hal-hal menarik dalam buku ini. Misalnya, mengapa orang India pantang memakan sapi bahkan memujanya? Dilihat dari sejarahnya, pada masa kebudayaan Indus, mereka memakan segala jenis binatang termasuk kerbau. Namun dari peninggalan arkeologi, banyak terdapat gambar sapi pada lempeng yang mungkin digunakan untuk perdagangan, sehingga kemungkinan besar sapi adalah lambang kelompok pendatang yang dalam proses asimilasi dengan kebudayaan India; mungkin pedagang atau gelombang awal bangsa Indo Eropa. Oleh karena tidak semua sapi tidak tahan dengan iklim India, maka sapi harus dilindungi. Selanjutnya kedatangan bangsa Arya yang gemar mengkonsumi daging sapi dan susu membuat perlindungan terhadap sapi semakin diperlukan, sehingga akhirnya dilarang sama sekali atas nama agama.

Lalu darimana muncul prinsip vegetarian? Vegetarian banyak terdapat di India karena berkaitan dengan kepercayaan Budha dan Jain yang mempercayai reinkarnasi, yaitu setiap orang setelah mati akan hidup kembali dalam bentuk bermacam binatang, tergantung karmanya. Dengan demikian binatang dihindari sebagai makanan. Sedangkan agama Hindu membuat penganutnya percaya bahwa memakan makanan yang disiapkan oleh kasta yang lebih rendah akan membuat kasta mereka menurun menjadi sama rendah.
Selanjutnya, mengapa ada tabu memakan babi? Berdasarkan bukti sejarah, sampai dengan tahun 1800 S.M, babi belum merupakan tabu. Namun kemudian datang suku pengembara yang menyapu wilayah Eropa Timur dan Asia Barat sejak tahun 200 S.M. Suku ini terbiasa dengan domba, dan membenci babi karena sulit digembalakan, berstamina rendah dan tidak mampu berada di rumput. Bangsa Indo Eropa ini beserta budayanya turut mempengaruhi penolakan terhadap babi. Selain itu, tabu makanan juga dibuat lebih untuk kepentingan doktrin daripada pola makan, yaitu sebagai lambang ekslusivitas, untuk membedakan diri dari pihak yang tidak sefaham. Termasuk disini larangan akan binatang amfibi, darah dan burung yang tidak bisa terbang.

Tekanan populasi pada sekitar abad ke 5 M menyebabkan bangsa-bangsa barbar (Goth, Vandal.Frank) berusaha mencari wilayah baru untuk ternak mereka, sehingga mereka terus menerus menyerbu wilayah Romawi hingga akhirnya menyerbu Roma. Penyerbuan terhadap kota mengakibatkan meningkatnya populasi yang kembali ke desa, karena ternyata kota menarik penyerbu. Namun penurunan populasi kota turut menurunkan peradaban - karena kota dibentuk oleh penduduknya – hingga akhirnya perekonomian kembali ke sistem barter.

Berdasarkan sejarah juga diketahui bahwa sejak zaman Yunani, ketika terjadi perang Pelopponesian, mereka yang tinggal di kota Athena dapat memperoleh makanan yang memadai, namun di pedesaan petani yang ladangnya hancur mengalami kelangkaan pangan sehingga hanya memakan sayuran, lobak, yang mengakibatkan mereka pergi ke kota mengadu nasib, karena perbaikan pertanian memerlukan waktu tiga empat tahun utnuk mendapatkan hasil memadai. Untuk membantu kaum miskin, maka pemerintah membuat usaha sporadis. Usaha ini terus berlanjut sampai di zaman Romawi.
Sejak 6000 S.M Roma mengalami kekurangan pangan dan kelaparan, namun baru pada tahun 123 S.M, ketika biaya hidup meningkat pada tingkat yang membahayakan, Kaisar Gaius membuat kebijakan bahwa semua penduduk dapat membeli padi dari lumbung/cadangan pemerintah dengan harga lebih rendah dari pasar.
Pada tahun 72 S.M. grain gratis dibagikan kepada empat puluh ribu laki-laki di Roma dan pada dekade-dekade berikutnya jumlah orang yang menerima meningkat, sehingga Julius Caesar merasa hebat ketika bisa memotong jumlahnya hingga menjadi hanya 150 ribu orang. Namun lima puluh tahun kemudian jumlahnya meningkat lagi menjadi 320 ribu atau sepertiga jumlah penduduk dalam sedekah Roma. Makanan ini diimpor dari Mesir, Sisilia dan Afrika Utara.
Di lain pihak, kegemaran akan rempah, yang ketika itu dimonopoli pedagang Arab sampai dengan tahun 100 M – yang menyembunyikan asal-usul daerah penghasil rempah - membuat bangsa Romawi kemudian berlayar sampai ke Malabar, India untuk membeli rempah-rempah. Kelak hal ini juga akan mendorong bangsa Eropa lainnya berlayar jauh ke Asia dan selanjutnya melakukan kolonisasi.

Zaman dahulu menyiapkan makanan sendiri bukanlah hal yang mudah, karena peralatan masih primitif, bahan bakar sulit dan tempat tinggal sempit sehingga tidak ada tempat memadai untuk membuat makanan. Oleh karena itu di zaman Romawi telah ada pihak yang khusus mengolah grain menjadi tepung dan selanjutnya roti, juga toko yang menjual makanan seperti babi panggang, ikan asin, keju, olive, dll. .
Keterbatasan teknologi juga membuat penyediaan makanan bagi pelaut yang harus berlayar berbulan-bulan cukup sulit, yang baru mengalami kemajuan cukup pesat setelah muncul teknologi pengalengan makanan dan pendingin.

Abad 8 dan 9 merupakan masa gelap. Kelangkaan pangan membuat bangsa Skandinavia menyerbu Eropa, menghancurkan gereja,biara,dan merampas hasil panen dan ternak. Sementara di lembah Rhine jamur beracun pada rye (sejenis gandum) mengakibatkan kelaparan selama beberapa tahun, dan di selatan, kedatangan bangsa Arab membawa tanaman yang menghancurkan pertanian. Pada zaman itu, banyaknya kelaparan memunculkan kanibalisme.
Sementara itu, sepanjang sebagian besar sejarah, minuman yang diolah dari tumbuh-tumbuhan merupakan minuman pokok, karena sebelum teknologi cukup maju, air putih rentan terhadap adanya kuman, terutama jika populasi cukup padat.

Selanjutnya perkembangan teknologi membuat kini setiap orang dapat memperoleh makanan apapun pada saat musimnya, dimanapun ia berada. Namun demikian, sebagaimana kita lihat pada masa kini, betapapun majunya teknologi, penyediaan makanan masih merupakan masalah penting dan pokok bagi banyak negara. Masih banyak bangsa yang miskin dan penduduknya sulit memperoleh makanan, harga pangan terasa mahal, pemerintah masih harus memberikan subsidi, dan mengolah makanan merupakan hal sulit karena bahan bakar tidak mudah diperoleh. Ternyata, masalah makanan di zaman kini - bagi negara miskin terutama – masih tidak jauh berbeda dengan di zaman Romawi. Lebih mengerikan lagi, jika diingat bahwa pada tahun 2050 jumlah penduduk dunia akan menjadi 7,5 miliar, 90%nya akan berada di negara dunia ketiga (negara miskin), dan lebih dari 50% tinggal di kota, yang berarti tuntutan konsumsinya lebih tinggi, sementara lahan pertanian terus menyusut dan terdapat perubahan iklim yang cukup drastis. Maka pangan masih akan terus menjadi masalah utama bagi manusia.

Buku ini cukup menarik, memberikan banyak pengetahuan baru tentang makanan sepanjang sejarah, di berbagai tempat di dunia, termasuk gambaran bagaimana cara memasak dan menu di zaman dulu serta perkembangan tata cara makan.

Terbenamnya Iman - Agama, Teror dan Masa Depan Nalar



Judul : Terbenamnya Iman – Agama, Teror dan Masa Depan Nalar
terjemahan dari The End of Faith
Pengarang : Sam Harris
Penerbit : Abdi Tandur
Tahun : 2007
Tebal : 310 hal


Ini adalah terjemahan buku The End of Faith tahun 2005 yang cukup terkenal itu. Cukup mengejutkan bahwa ada penerbit yang berani menerjemahkan buku ini di Indonesia, meski saya tidak menemukannya di toko-toko buku besar.

Seperti buku The God Delusion dari Richard Dawkins dan God Is Not Great dari Christopher Hitchins, Harris juga mengkritik agama.
Di bagian awal, Harris menguraikan mengapa agama Kristen harus ditolak, dengan menguraikan rincian kejahatan inkuisisi yang berlangsung pada zaman pertengahan sampai awal abad 19 hingga pembantaian kaum Yahudi oleh Nazi, serta teks Injil yang mendukung semua kejahatan tersebut.
Pada bagian berikutnya, dengan mengutip teks Qur’an sebanyak 3 halaman Harris menguraikan mengapa agama Islam tidak dapat ditolerir karena mendukung kekerasan, anti toleransi dan mempunyai tujuan akhir menaklukkan dan menguasai dunia – jika perlu dengan kekerasan.
Berdasarkan hal di atas, dan perkembangan teknologi senjata masa kini, Harris berkesimpulan bahwa sudah waktunya kita menghentikan sekat-sekat berdasarkan agama atau penghormatan yang berlebihan terhadap agama, karena jika teknologi senjata mutakhir dikuasai oleh kaum fundamentalis yang ingin menguasai dunia, maka hancurlah dunia ini, tidak hanya secara fisik, tapi juga budaya – sains dan demokrasi – karena kaum fundamentalis (Islam) adalah seperti agamawan Kristen pada abad kegelapan (zaman pertengahan).
Bagi Harris, tidak ada yang namanya penganut agama moderat. Yang ada adalah mereka yang patuh pada agamanya (berarti fundamentalis), atau mereka yang tidak konsisten karena hanya mengambil sebagian saja dari perintah (yang tertulis dalam kitab suci) agamanya (kaum moderat) dan tidak mempedulikan/mengabaikan hal-hal yang mengerikan yang sesungguhnya ada dalam setiap agama. Baginya tidak ada jalan tengah.

Memang, sejak peristiwa 9 September 2001, timbul kesadaran baru akan bahaya fundamentalisme agama sehingga memunculkan buku-buku yang mencoba menyadarkan masyarakat dunia akan bahaya tersebut, dan menolak semua agama. Buku ini salah satunya. Namun jika sasaran buku Dawkins adalah penyadaran kepada individu untuk bersikap kritis dan menolak semua hal yang tidak rasional dengan penekanan kepada pemahaman akan sains, dan Hitchins penolakan terhadap semua agama formal termasuk Budha dan Hindu, Harris lebih menekankan uraiannya kepada bahaya yang akan timbul apabila agama menguasai suatu negara atau dunia, sehingga ia masih menganggap meditasi atau pengalaman sejenis yang bersifat spiritual – asal tidak berkaitan dengan agama formal tertentu – tidak bertentangan dengan rasionalitas, selama hal itu membahagiakan pelakunya.

Terjemahan buku ini lumayan cepat, hanya dua tahun setelah buku aslinya. Sayangnya penerjemahannya masih agak kaku, sehingga agak kurang enak dibaca, dan tidak mudah ditemukan di toko buku atau toko online. Meskipun demikian, ini merupakan usaha yang patut dihargai, mengingat jarangnya buku sejenis ini diterbitkan di Indonesia. Saya menemukan buku ini terselip di toko buku berbahasa Inggris/Jepang, Kinokuniya Plaza Indonesia.

Monday, March 31, 2008

PARASITE REX



Judul : Parasite Rex – Inside the Bizarre World of Nature’s Most
Dangerous Creatures
Pengarang : Carl Zimmer
Penerbit : Touchstone, NY
Tahun : 2001
Tebal : 249 hal.

Buku ini sangat menarik dan menakjubkan; banyak hal-hal baru yang diungkapkan penulis tentang parasit yang selama ini tidak banyak kita ketahui.

Selama ini kita mengenal parasit sebagai makhluk hidup yang menumpang hidup pada makhluk hidup lainnya dengan mengambil sumber daya makhluk yang ditumpanginya (host) hingga kekurangan makanan, sakit bahkan mati, misalnya benalu pada tanaman atau cacing pita pada manusia dan binatang. Namun buku ini memberikan informasi bahwa keganasan parasit tidak saja persis seperti dalam film Alien, tetapi juga bahwa parasit memiliki peran cukup berarti dalam evolusi, antara lain mendorong perkembangbiakan dengan cara kawin, seleksi seksual, penjagaan keseimbangan ekosistem, hingga menentukan perilaku. Selain itu pengetahuan mengenai parasit hama dapat menolong ratusan juta penduduk di Afrika dari kelaparan karena kegagalan panen.

Beberapa perilaku parasit hasil penelitian para ilmuwan antara lain:
1. Toxoplasma, yang harus berpindah dari tikus ke kucing, mengubah kepribadian tikus yang dihinggapinya menjadi berani, sehingga lebih mudah bertemu dan dimangsa kucing. Pada manusia menjadikan korbannya kurang mengindahkan nilai-nilai.
2. Lancet fluke (sejenis cacing pita) di masa dewasa dan ketika bertelur harus berada dalam tubuh sapi, dan setelah menetas berada dalam tubuh siput, menjadi cercarie yang berambut, yang muncul ke permukaan siput. Untuk mengusir parasit, siput menutup cercarie dengan membentuk bola lumpur dan mengeluarkannya ke rerumputan, yang kemudian dimakan oleh semut. Sebagian lancet fluke masuk ke dalam perut dan sebagian ke otak untuk mempengaruhi saraf semut yang memakannya, sehingga semut yang terinfeksi parasit ini di sore hari menjadi penyendiri, kemudian merambat ke ujung batang rumput dan berdiam disana menunggu sapi memakan batang rumput tersebut. Namun jika sampai malam tidak ada sapi yang memakannya, lancet fluke membuatnya turun kembali agar semut tidak terbakar sinar matahari pagi dan siang. Esok sorenya usaha tersebut diulang kembali.
3. Spora jamur parasit melekat dan membuat sulur yang masuk ke dalam seluruh tubuh lalat rumah seperti akar dan menghisap nutrisi dari darah lalat, sehingga perut lalat berkembang ketika jamur tumbuh. Selama beberapa hari lalat hidup normal, namun suatu hari ia mencari daerah tinggi, entah di sebilah rumput atau atas pintu. Kemudian lalat mendarat, merendahkan kaki dan meninggikan perutnya serta mengepakkan sayapnya sebentar sebelum menutupnya. Pada saat itulah jamur menekan sulurnya keluar dari kaki dan perut lalat, di ujung sulur terdapat spora. Dengan posisi inilah lalat mati, posisi yang tepat bagi jamur untuk menebarkan sporanya ke lalat-lalat di bawah. Kematian lalat ini selalu sebelum matahari terbenam, karena malam hari adalah saat dimana udara cukup sejuk bagi spora untuk segera berkembang di tubuh lalat, dan saat dimana lalat sehat sedang terbang dan mengudara ke bawah. Jika spora matang di tengah malam, jamur akan menunggu keesokan harinya. Dengan demikian jamur menentukan cara dan waktu kematian lalat.
4. Jenis tawon yang bersifat parasit lainnya menjadikan ulat sebagai penjaga. Setelah larvanya memakan isi perut ulat dari dalam, saat menetas dan keluar dari tubuh ulat mereka membuat ulat lumpuh. Namun ulat kemudian pulih dan bahkan membuatkan perlindungan dan melindungi kokon dari gangguan. Baru setelah tawon keluar dari kokon, ulat berhenti bertugas untuk kemudian mati.
5. Parasit udang, yang memerlukan bebek sebagai tujuan berikutnya, menjadikan udang senang berenang di permukaan air, sehingga mudah dimangsa bebek.
6. Sacculina, parasit kepiting, masuk ke bagian bawah kepiting dan meletakkan larvanya disana serta menyerap makanannya. Namun kepiting seperti tidak mengetahui hal ini, ia merawat dan memberi makan larva Sacculina seperti anaknya sendiri, tidak mencari pasangan, dan terus menerus makan. Bahkan kepiting jantan menjadi berperilaku seperti kepiting betina.
7. Parasit tawon yang meletakkan telurnya di hornworm (ulat) tembakau mengubah cara makan dan mencerna ulat. Jika biasanya daun diubah menjadi lemak, setelah ada parasit diubah menjadi gula, sumber energi yang digunakan parasit untuk pertumbuhan yang cepat. Selain itu, parasit juga menutup organ reproduksinya.
8. Bunga juga dapat disinggahi parasit. Jamur Puccinia monoica yang menjadi parasit tanaman mustard memerlukan tawon untuk bereproduksi, karena harus dibuahi dengan Puccinia yang terdapat di tanaman mustard lain. Oleh karena itu ia membuat daun tanaman tersebut menjadi seperti bunga dan memproduksi zat manis kental yang disukai tawon, serta menghentikan munculnya bunga asli tanaman itu sendiri.
9. Plasmodium penyebab malaria
10. Parasit ikan stickleback (cacing pita) menjadikan korbannya tidak menghindar dan berada di dekat permukaan air, parasit hama kecil (pill bug) menjadikan korbannya senang berada di tempat terang dan terbuka, sehingga keduanya mudah dimangsa burung. Bagaimana caranya? Dengan menyerang otak, yaitu meningkatkan produksi serotonin, yg berkaitan dgn kegiatan reproduksi.
11. Cacing pita hidup dan bereproduksi dalam perut tikus, namun telurnya harus berada dalam tubuh kumbang. Agar kumbang memakannya, telur cacing pita dilengkapi dengan aroma yang menarik. Kemudian ketika berada dalam kumbang, telurnya berubah bentuk, dan menyusup ke sistem saraf untuk mempengaruhinya sehingga menjadi lebih berani, dan mudah dimakan tikus.

Parasit turut menentukan arah evolusi dengan meningkatkan kecenderungan untuk bereproduksi secara seksual. Menurut penulis, banyak makhluk hidup dapat berkembang biak sendiri, misalnya bakteri dan eukaryota dapat membelah diri sendiri, pohon aspen dapat membuat klon, siput bersifat hermaprodit, dan kadal juga dapat bereproduksi dengan parthenogenesis. Dibandingkan dengan cara-cara tersebut maka berbiak dengan kawin lebih lamban dan mahal. Jadi kenapa?
Terdapat dua teori mengenai hal di atas. Hipotesa Lottery menyatakan bahwa seks membantu kehidupan dalam lingkungan yang tidak stabil. Hipotesa Tangled Bank menyatakan bahwa seks menghasilkan keturunan yang siap untuk dunia yang rumit/ kompleks.
Berdasarkan penelitian terhadap siput di danau dan sungai kecil di Selandia Baru, siput yang hidup di danau lebih banyak yang berkelamin jantan, artinya bereproduksi dengan kawin. Hal ini karena di danau yang airnya relatif tenang dan dangkal, lebih banyak telur parasit yang dikeluarkan dari bebek, dengan demikian siput memilih berkembang biak secara kawin, agar tidak mudah diserang parasit. Penelitian di Nigeria terhadap spesies siput lain menunjukkan bahwa siput menghasilkan banyak siput jantan pada bulan Desember, karena pada bulan Maret dan Juni (saat siput dewasa) adalah masa dimana parasit sangat banyak.
Reproduksi secara seksual memungkinkan DNA dikocok dan dimix, sehingga keturunannya tidak begitu mudah dikenali oleh parasit. Namun demikian setelah beberapa waktu parasit akan mengenalinya, sehingga host harus kembali membuat susunan baru lagi, demikian seterusnya. Penulis menyebutkan hal ini seperti Red Queen dalam Alice in the Wonderland: makhluk hidup terus melakukan perubahan untuk melawan serangan parasit namun sebenarnya seperti jalan di tempat, karena parasit juga selalu mengikuti perubahan tersebut.
Preferensi untuk melakukan reproduksi secara kawin juga dilakukan oleh parasit jika menghadapi serangan dari tuan rumah yang ditumpanginya. Berdasarkan penelitian terhadap parasit tikus yaitu nematode Strongyloides ratti, ketika tikus ditingkatkan sistem kekebalan tubuhnya, parasit memproduksi banyak keturunan berkelamin jantan, sebaliknya pada saat sistem kekebalan tikus diturunkan, parasit cenderung bereproduksi secara aseksual.

Reproduksi dengan perkawinan menimbulkan persoalan baru, yaitu bagaimana memilih pasangan yang tidak memiliki parasit?
Hal ini memunculkan seleksi seksual. Jantan yang minim parasit dari berbagai jenis binatang memberi tanda antara lain dengan memamerkan bulu yang indah (burung), ekor yang panjang (cendrawasih), dan taji yang panjang (ayam pegar), bahkan kemampuan membuat punjung yang lebih baik dan besar (ikan). Berdasarkan penelitian, produksi bulu memerlukan testoteron, yang mengurangi kemampuan memerangi parasit, dan ayam yang memiliki taji panjang memiliki kombinasi gen yang memungkinkan keturunannya lebih mampu bertahan hidup. Namun tidak semua pameran visual menandakan kemampun memerangi parasit, karena kucing betina misalnya, menandai jantan yang sakit dari aroma urinenya. Sedangkan ratu lebah yang kawin dengan sepuluh atau lebih jantan dapat menghasilkan keturunan yang lebih kuat melawan parasit, dengan koloni serta individu yang lebih sedikit memiliki parasit.

Masalah lainnya, seberapa jauh keganasan parasit? Apakah parasit lebih ganas jika berada pada tuan rumah yang sudah umum, atau sebaliknya?
Berdasarkan penelitian, terdapat konvergensi keganasan parasit. Sebagai contoh, terdapat simbiosis antara lebah dengan pohon ara. Lebah membawa pollen bunga ara dari satu pohon ke pohon lain sehingga terjadi pembuahan, sebaliknya bunga dan buah ara memberi tempat dan makanan bagi telur lebah hingga masa kawinnya. Namun pohon ara memiliki parasit berupa nematode. Ketika lebah pindah ke pohon baru untuk bertelur, nematode sudah masuk ke dalam tubuh lebah dan memakan isi perutnya. Pada saat lebah bertelur, nematode membunuhnya; dari dalam tubuh lebah muncul setengah lusin nematode. Namun nematode dapat lebih ganas jika dalam satu pohon ara terdapat lebih dari satu lebah, karena berarti ia memiliki pilihan lebah lain untuk ditumpangi keturunannya kelak, sehingga mungkin ia tidak harus menunggu lebah untuk berteur lebih dulu untuk membunuhnya.
Hal di atas menerangkan mengapa penyebaran virus HIV misalnya, dapat lebih cepat dan ganas jika virus mudah berpindah dari satu host ke host lain.
Sifat di atas terdapat pada berbagai jenis parasit dan makhluk hidup yang ditumpangi/ tuan rumah (host), baik pada tanaman, binatang atau manusia, sehingga keganasan parasit merupakan konvergensi.

Selain hal di atas, parasit dapat menentukan perilaku, antara lain monyet cenderung menahan diri untuk berkelahi hingga luka, sehingga mereka hanya saling menggeram, karena adanya luka dapat mengundang parasit. Demikian pula mereka dapat mengubah pola makan jika mengetahui terserang parasit tertentu, misalnya dengan memakan dedaunan yang biasanya tidak pernah dikonsumsi, atau mengurangi jumlah makanan. Sementara itu ikan melakukan pertahanan dengan cara bepergian secara berombongan, dan caribou melakukan migrasi yang cukup jauh untuk menghindar dari parasit, sedangkan siput yang sedang diserang parasit mempercepat saat reproduksi dan kadal membuat keturunannya berbentuk lebih besar.

Pengetahuan mengena parasit, selain untuk mencari pengobatan penyakit-penyakit seperti malaria, kaki gajah, sleeping sickness dll, yang mengambil korban ratusan juta jiwa setiap tahunnya, juga bermanfaat untuk mengendalikan hama. Kejadian di Afrika, penemuan parasit hama tanaman cassava, berhasil menyelamatkan 200 juta penduduk Afrika : Nigeria, Senegal, Mozambique dari kelaparan, dengan menjadikan parasit sebagai pemusnah hama secara alami.

Apa yang bisa kita pelajari dari parasit? Parasit selalu menjaga agar hostnya tidak mati, karena jika hostnya mati, ia juga akan mati. Manusia dapat diibaratkan sebagai parasit di bumi, karena manusia hidup dengan mengambil sumber-sumbernya. Maka pelajaran yang bisa diperoleh adalah: apabila kita ingin tetap eksis, hendaknya tetap menjaga kelestarian bumi.

Buku ini ditulis dengan ringan dan lancar, sehingga menyenangkan untuk dibaca. Setiap halaman seperti membawa kejutan akan dunia parasit yang kejam dan tak terduga, membuat kita berpikir kembali akan alam tempat kita hidup.

Carl Zimmer adalah jurnalis yang memperoleh penghargaan a.l. Everett Clark Award untuk jurnalisme sains serta penulis buku antara lain At the Water’s Edge, Soul Made Flesh, dan Evolution: A Triumph.

Sunday, March 16, 2008

INFIDEL



Judul : Infidel
Pengarang : Ayaan Hirsi Ali
Penerbit : Free Press, NY
Tahun : 2007
Tebal : 350 hal

Ayaan adalah mantan anggota Parlemen Belanda yang berasal dari Somalia. Namanya mungkin asing bagi masyarakat Indonesia, namun bagi pembela kebebasan berpikir dan berpendapat, kini ia adalah salah satu tokoh yang dikagumi karena keberaniannya melakukan kritik terhadap kaum fundamentalis Islam dan penyadaran akan hak-hak perempuan dalam masyarakat Muslim. Kini, keberaniannya harus dibayar dengan hidup dalam pengawalan ketat sepanjang waktu yang memakan biaya mahal.

Buku ini menceritakan riwayat hidup Ayaan sejak kecil. Sewaktu kecil, Ayaan berpindah-pindah tinggal di Somalia, Arab Saudi, Kenya dan Ethiopia, karena ayahnya adalah salah seorang pejuang yang berusaha membebaskan Somalia dari kekuasaan Presiden Siad Barre ketika itu, sehingga selama 10 tahun Ayaan dibesarkan di Kenya. Kemudian pada umur 22 tahun (tahun 1992), ketika akan dinikahkan dengan pria Somalia yang tinggal di Kanada, dan sedang berada di Jerman menunggu keberangkatan selanjutnya, ia melarikan diri ke kamp pengungsi di Belanda dan membuat cerita agar bisa mendapatkan status pengungsi, karena jika alasannya hanya karena dipaksa menikah, ia tidak dapat menjadi pengungsi. Setelah mendapat status pengungsi, Ayaan mempelajari bahasa Belanda, memasuki vocational college, dan akhirnya mengambil Master ilmu politik di Universitas Leiden. Ia beruntung menguasai bahasa Inggris dengan baik, sehingga bisa membiayai kuliahnya dari profesinya menjadi penerjemah lepas bagi para pengungsi dari Somalia yang cukup banyak terdapat di Belanda.

Pengalaman hidupnya di tiga negara Islam dan perjuangannya untuk mendapatkan kebebasan di negara Barat diceritakan cukup rinci, sehingga pembaca dapat mengetahui bagaimana kondisi negara-negara Islam yang pernah ditinggali Ayaan: status perempuan yang sangat rendah, infrastruktur yang buruk dan kota yang kotor serta berantakan, maraknya korupsi dan kemunafikan.
Penulis mengungkapkan bagaimana klan merupakan akar dari perseteruan dan peperangan yang terus menerus mendera Afrika, dan bahwa perempuan yang tidak memiliki suami atau keluarga/klan yang melindunginya berarti terbuka untuk diperlakukan apa saja termasuk diculik dan diperkosa beramai-ramai dan setelah itu dihinakan serta dianggap pantas untuk mati. Perempuan tidak memiliki hak apapun. Dengan mengutip ayat-ayat Qur’an, kaum lelaki di negara-negara tersebut merasa berhak memukuli istrinya setiap hari, mengganggu perempuan yang keluar rumah sendirian, dan melakukan penyunatan total yang membahayakan nyawa serta memaksa anak gadisnya menikah dengan siapa saja yang mereka kehendaki. Perlawanan akan mengakibatkan hilangnya perlindungan dari klan, dan nasib perempuan tanpa klan sangatlah rentan. Mungkin karena itu sejak masih tinggal di Ethiopia – bukan negara Islam – Ayaan telah mempersiapkan diri untuk mandiri dengan mengambil kursus agar dapat bekerja. Sifatnya yang bertanggung jawab dan ingin menjadi perempuan mandiri membuatnya ketika di Belanda tekun belajar dan bekerja serta menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Sebagian besar pengungsi dari negara-negara Muslim Afrika tidaklah demikian, yang membuat mereka tetap tertinggal dan menjadi masalah bagi negara-negara Eropa. Ayaan menjelaskan mengapa:
1. Mereka merasa superior dan menganggap rendah negara serta penduduk tempat mereka tinggal karena bukan negara Muslim, yang mereka sebut kafir, sehingga mereka tidak mau berbaur atau mencoba memahami kebudayaan negara tersebut. Ibu Ayaan juga demikian, merasa tersiksa dan rendah ketika harus tinggal di Ethiopia.
2. Oleh karena merasa superior, mereka tidak mau belajar dan bekerja dengan tekun di tempat yang baru namun bersikeras mempertahankan adat di tempat lama seperti: penyunatan perempuan, pemaksaan perkawinan, pembunuhan atas nama kehormatan, dan pemukulan terhadap istri.
3. Meluasnya gerakan Muslim Brotherhood yang menyerukan pemurnian Islam seperti 14 abad yang lalu di seluruh dunia turut mempengaruhi peningkatan konservatisme dan kebencian terhadap pihak yang tidak sefaham. Secara kasat mata, hal ini tampak dari makin banyaknya perempuan berjilbab di banyak negara yang semula relatif sekuler, seperti Kenya, Lebanon dan Turki.

Studi yang dilakukannya di Universitas Leiden untuk menjawab pertanyaan, mengapa semua negara Islam hancur (dilanda perang atau miskin/korup) membawanya mempelajari sejarah pemikiran dan perkembangan budaya Barat sampai pada tingkatnya saat ini yang maju dan sekuler. Meskipun mula-mula ia merasa berdosa mempelajari ide-ide baru tersebut, yang berdasarkan pendidikan agama yang diterimanya selama ini dapat dianggap merupakan pelajaran setan, namun akhirnya ia merasa yakin bahwa rasionalitas, sains, adalah yang terbaik dan agama Islam (di negara Muslim Arab dan Afrika) adalah sumber keterbelakangan. Keyakinan ini diperkuat ketika terjadi serangan 11 September, Ayaan menemukan bahwa ayat-ayat yang dikutip Osama bin Laden untuk membenarkan serangan tersebut semuanya terdapat di Qur’an dan Hadits. Ini menyadarkannya: kitab yang selama ini ia anggap suci dan baik itu ternyata hanya meminta satu hal: penyerahan total (submission), dan tidak menyediakan tempat untuk toleransi bagi agama lain.

Oleh karena itu, menurutnya, negara-negara Eropa seharusnya memaksa pendatang untuk berbaur dan mempelajari sejarah serta budaya Eropa, dan tidak membiarkan pendatang menerapkan adat lama atau membantu sekolah khusus yang mengajarkan kefanatikan agama serta perendahan perempuan. Bukan karena tidak menghargai budaya lain, tetapi karena budaya tersebut, yang berdasarkan Islam, bersifat terbelakang: menindas perempuan, membodohkan dan melanggengkan kebencian pada pihak yang berlainan agama atau budaya. Untuk memperjuangkan hal ini maka Ayaan menjadi anggota parlemen Belanda, menjadi pembicara pada banyak acara, dan dengan sutradara Theo van Gogh membuat film yang mengkritik sikap Islam terhadap perempuan, Submission.

Suatu hari di bulan November 2004, Theo ditemukan terbunuh di pagi hari dengan beberapa tembakan sebelum digorok lehernya oleh seorang fundamentalis Muslim. Tidak hanya itu, pembunuh meninggalkan sebilah pisau tertancap di dada korban dengan kertas berisi pesan ancaman terhadap nyawa Ayaan. Kejadian ini mengguncangkan Belanda. Dan sejak itu mulailah penjagaan ketat atas dirinya hingga kini.

Benarkah Islam sumber penindasan terhadap perempuan? Jika diteliti, maka penyunatan perempuan adalah budaya Afrika, sedangkan cadar dan pakaian tertutup adalah budaya Arab, dan pembunuhan karena kehormatan mungkin budaya Arab dan Afrika, sehingga ketiga hal di atas tidak kita temukan di Indonesia. Namun dalam budaya yang sangat bersifat patriarkis seperti di atas, Islam dapat dijadikan pembenaran untuk semakin menindas perempuan, karena dalam Qur’an (dan hadits) sendiri terdapat ayat-ayat yang cukup merendahkan, misalnya tentang dibolehkannya pemukulan terhadap istri, poligami, dst.

Kebebasan berpendapat, khususnya kritik terhadap Islam masih merupakan hal yang sulit dilakukan dimanapun, termasuk di Indonesia, yang konon katanya termasuk moderat. Ayaan mungkin tidak tahu bahwa di Indonesia dan Malaysia keadaan perempuan jauh lebih baik, sehingga seseorang tidak perlu melakukan kritik keras terhadap agama untuk memperjuangkan hak dasar perempuan, bahkan perempuan sendiri mengurangi kebebasannya secara sukarela demi agama, misalnya mengenakan busana muslim.
Namun satu hal tetap sama: agama tetap dianggap sesuatu yang sakral dan tabu untuk dikritik, kritik akan mengundang kemarahan massa yang mengerikan. Sebagai akibatnya, kini kita terus menerus membiarkan kaum garis keras mengumpulkan pengikut, menyerang pihak lain, dan mengakomodasi keinginan mereka untuk sedikit demi sedikit memasukkan hukum agama ke dalam hukum nasional, serta takut menyebarkan pendapat atau pemikiran yang tidak sesuai dengan faham mereka. Benarkah keadaan ini? Tentu saja tidak. Karena meskipun keadaan disini jauh berbeda dengan Arab atau Afrika, penyebaran gerakan pemurnian agama dapat membawa pula kebudayaan negara asal agama tersebut jika kita tidak mencermatinya, sehingga setelah pengaturan terhadap pakaian dan penampilan perempuan, akan menyusul hal-hal lain yang dapat merugikan budaya kita sendiri.

Ayaan adalah seorang perempuan Muslim yang mengesankan; penuh tanggung jawab, pekerja keras, berani berpikir, dan berani membebaskan dirinya dari belenggu agama untuk memperjuangkan kebaikan yang lebih besar bagi dunia ini, khususnya bagi para perempuan Muslim yang tertindas agama beserta kebodohan dan budaya yang melingkupinya. Jika kritiknya tampak terlalu keras, itu adalah karena pengalamannya juga demikian keras. Namun ia memberi kita pengetahuan yang berharga: bahwa di tempat lain, ada banyak perempuan yang sangat menderita, yang selama ini kita biarkan dan tidak berani kita kritik, karena mereka Muslim. Ia juga mengingatkan kita bahwa Islam belum pernah mengalami reformasi (sebagaimana agama Kristen), karena itu sangat berbahaya.
Dan Ayaan memberikan kebebasannya (dari ancaman/perlindungan ketat) agar dunia menyadari hal tersebut.

RELIGION EXPLAINED - The Evolutionary Origins



Judul : Religion Explained – The Evolutionary Origins of Religious Thought
Pengarang : Pascal Boyer
Penerbit : Basic Books, NY
Tahun : 2001
Tebal : 330 hal

Berdasarkan penelitian antropologi, setiap kebudayaan memiliki agama atau yang dapat disamakan dengan itu. Namun, mengapa manusia pada umumnya beragama? Adakah jawaban tunggal untuk pertanyaan tersebut?

Banyak jawaban telah diberikan untuk menjawab pertanyaan di atas, yang populer antara lain ialah karena rasa takut, untuk mendapatkan perlindungan, arti atau tujuan hidup dan lain-lain. Namun menurut penulis, tidak ada satu jawaban tunggal untuk itu. Mengapa agama muncul dan mudah diserap manusia hanya dapat diketahui jika kita memahami cara bekerja pikiran, yang dibentuk oleh jutaan tahun evolusi, yang mempengaruhi bagaimana otak bekerja.

Menurut Boyer, antropologi dan psikologi menunjukkan mengapa kepercayaan adalah sesuatu yang naif. Beberapa konsep berkaitan dengan system inferens di otak yang membuat mengingat kembali dan komunikasi sangat mudah, memiliki hubungan dengan pikiran atau jiwa sosial kita, ditampilkan dengan cara yang menyenangkan, dan mengarahkan perilaku. Agama memiliki semua sifat di atas sehingga sangat sukses, karena mengkombinasikan fitur-fitur yang relevan untuk bermacam sistem mental. Jadi, untuk memahami agama kita harus terlebih dulu mengetahui mengenai konsep agama.
Konsep kultural adalah obyek seleksi konstan dalam pikiran, mengalami akuisisi dan komunikasi. Agama atau konsep yang kita temui berkembang berkembang/ menyebar pada banyak kebudayaan berbeda pada waktu berbeda mungkin memiliki sejumlah keuntungan transmisi, relatif terhadap beberapa disposisi mental yang berbeda.

Pikiran tidak pernah menelan informasi secara mentah, tapi selalu melakukan sesuatu terhadap info yang diterima karena pikiran bukanlah kontainer kosong, tapi punya disposisi tertentu, bisa belajar dari sedikit informasi. Sebagai contoh, seorang anak yang mengetahui bahwa seekor ayam bertelur dapat mengambil kesimpulan bahwa semua ayam juga bertelur, meskipun hal terakhir tidak diinformasikan kepadanya. Dalam hal ini ia telah membuat inferens berdasarkan sedikit informasi (dari fakta mengenai satu ayam). Disini anak menciptakan konsep ayam menggunakan template binatang.
Informasi di atas kita peroleh dengan cara berbeda-beda, dari situasi dan pernyataan yang dibuat orang lain dengan cara yang berbeda. Kita sampai pada inferens yang sama karena template binatang adalah sama pada setiap anak, saya dan orang lain, juga meski info yang diterima berbeda.

Demikian pula dalam hal agama, ada template untuk konsep agama. Agama adalah kultural, yaitu orang mendapatkannya dari orang lain, seperti halnya referensi akan makanan, selera musik, pakaian dll. Karena itu, variasinya juga tidak banyak.

Untuk menjelaskan seperti apa konsep supernatural, penulis menerangkan mengenai cara kita mempelajari konsep baru. Penulis memberi contoh, misalnya ada informasi bahwa zygoon adalah pemakan hyena. Berdasarkan informasi ini maka otak menggolongkannya dalam ontological entry : binatang. Dengan memasukkannya dalam ontological binatang, maka diketahui fitur yang dimiliki, antara lain: tumbuh dan berkembang, berbentuk tertentu, memerlukan makanan.untuk bertahan hidup, bereproduksi menurut spesies. Berdasarkan hal ini maka dalam otak disimpan informasi baru bahwa zygoon tumbuh dan berkembang, memerlukan makanan, bereproduksi, dan memakan hyena. Kesimpulan mengenai zygoon dari membaca template binatang disebut default inferens. Sedangkan ekspektasi ialah sifat-sifat yang kita harapkan muncul dari kata zygoon inferens di atas. Kategori ontologikal bisa berupa binatang, alat, orang, dan seterusnya.
Berdasarkan hal di atas, maka agama adalah kategori ontologis ditambah tag/sifat khusus. Sifat khusus agama adalah counterintuitive (berlawanan dengan intuisi). Konsep agama mempertahankan default inferens yang relevan kecuali yang secara eksplisit dihalangi oleh elemen counterintuitive. Sebagai contoh: konsep hantu adalah orang yang memiliki sifat fisik yang counterintuitive, yaitu jika fisik manusia tak dapat menembus tembok, maka hantu dapat. Namun konsep intuitif (sifat2 yang dimiliki) tentang orang dipertahankan dengan ketat: yaitu bisa melihat, mendengar, mengingat dan berpikir atau merasa.
Proses ini mengombinasikan penyimpangan terbatas dengan default reasoning. Dengan demikian meskipun hanya sedikit informasi diberikan mengenai hantu, setiap orang dapat memiliki gambaran/representasi terinci tentang hal tersebut.
Selanjutnya berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis terhadap para mahasiswa di Eropa dan AS, pendeta di Tibet dan suku Fang di Gabon, maka pada umumnya konsep dengan rumus kategori ontologis + penyimpangan (violation), berupa: seseorang + penyimpangan dalam hal fisik, biologi, atau psikologi, lebih mudah diingat daripada yang menunjukkan hubungan bersifat biasa atau sekedar aneh. Ini menjelaskan mengapa konsep agama mudah diingat dan disebarluaskan.

Pertanyaan selanjutnya adalah, mengapa pikiran manusia mudah menerima rumus di atas? Untuk mengetahui hal ini maka perlu diketahui bagaimana cara bekerja otak manusia. Dalam hal ini maka pemahaman akan evolusi dan evolutionary psikologi diperlukan, karena pikiran manusia dibentuk oleh kedua hal tersebut.

Agama hampir selalu berkaitan dengan konsep Tuhan, dewa-dewa, roh, kematian, ritual, doktrin, ekslusion dan kekerasan. Mengapa?
Agama pada dasarnya adalah sesuatu yang praktis, yaitu bagaimana agen mempengaruhi hidup manusia dan apa yang harus dilakukan terhadap hal itu. Tuhan atau dewa selalu digambarkan seperti orang karena:
- Manusia memiliki kecenderungan anthropomorphic – konsekuensi dari cara kerja kognitif kita.
- Orang lebih kompleks dari benda atau makhluk lainnya
- Agen secara umum (manusia dan binatang) dapat merasakan sesuatu, memiliki kesadaran, tujuan, rencana, dan bereaksi terhadap kejadian sekeliling.

Mengapa Tuhan atau dewa selalu diasosiasikan sebagai agen seperti manusia berkaitan dengan alasan evolusioner. Sebagian besar masa evolusinya, manusia hidup sebagai pemburu yang selalu menghadapi bahaya dan permasalahan mengenai pemangsa dan mangsa. Dalam kondisi demikian, lebih menguntungkan jika manusia bersifat overdeteksi daripada sebaliknya. Misalnya ketika berburu di hutan, suara atau gerakan sekecil apapun dapat merupakan tanda akan adanya pemangsa. Oleh karena itu manusia selalu merasa kehadiran agen yang tak terlihat sebagai sesuatu yang berbahaya dan menakutkan.
Selain itu, untuk survival manusia harus berinteraksi dengan pihak lainnya. Agar interaksi berjalan baik, setiap individu harus bisa mendeteksi dan memperkirakan tindakan dan maksud pihak lain. Hal ini memerlukan informasi, namun tidak semua informasi berguna. Informasi yang diperlukan adalah yang berkaitan dengan sifat relasi dengan pihak lain tersebut. Hal ini disebut informasi strategis, namun orang tidak mungkin memiliki semua informasi strategis. Oleh karena Tuhan, dewa atau roh memiliki rumusan kategori ontologis + elemen counterintuitive, maka tidak seperti manusia biasa, mereka memiliki informasi strategis yang sempurna; dapat mengetahui isi hati, maksud dan tujuan orang lain, disebut full access strategic agents. Mengapa agen seperti ini mudah diterima, karena bagi manusia yang penting adalah kondisi interaksi sosial, yang akan lebih mudah jika kita memiliki semua informasi strategis, yang akan memudahkan pengambilan keputusan. Hal ini contoh dari proses mental yang didorong oleh relevansi.
Dalam banyak kebudayaan, nasib buruk seringkali ditafsirkan sebagai masalah sosial. Sebagai contoh, orang Kwaio menganggap datangnya penyakit adalah karena leluhur menginginkan pengorbanan. Hubungan antara leluhur (atau dewa) dianggap sebuah pertukaran: perlindungan leluhur/dewa dibayar dengan pengorbanan.
Mengapa Tuhan/dewa dan roh dapat menjelaskan nasib buruk? Pertama, orang seringkali menjelaskan nasib buruk tanpa menunjuk agen tertentu secara khusus, kedua, jika mereka menunjuk seseorang/agen, mereka tidak menjelaskan bagaimana agen tersebut melakukannya. Namun demikian, orang memiliki sistem inferens untuk hubungan sosial, yang mengarahkan intuisi mereka tentang pertukaran dan keadilan, sehingga setiap kejadian berkaitan nasib baik atau buruk adalah hasil dari apa yang dilakukan orang lain atau lingkungan sosial. Dengan demikian, jika terjadi sesuatu yang aneh maka akan ditafsirkan sebagai perbuatan seseorang. Oleh karena Tuhan/dewa/roh termasuk dalam interaksi sosial, maka mereka termasuk salah satu yang dapat menjadi salah satu agen yang menyebabkannya, apalagi mereka memiliki seluruh informasi strategis.

Semua agama selalu ada kaitannya dengan kematian. Mengapa? Dari sisi evolusi, kematian berhubungan dengan kalkulasi genetik, sehingga kematian anak terasa lebih menyedihkan daripada orang tua yang telah lanjut. Selain itu, dari sisi kehidupan pemburu, kematian secara umum merupakan sumber teror.
Sementara itu, ritual merupakan hal penting dalam beragama, karena ritual memberikan pengaruh yang mencolok dan penting dengan mengaktifkan system khusus dalam dasar mental.

Penjelasan Boyer mengenai fundamentalisme cukup menarik. Menurutnya, fundamentalisme bukan disebabkan oleh terlalu beragama atau sebab diluar agama, tetapi pada upaya mempertahankan kekuasaan. Penguasa agama tidak ingin melihat bahwa mereka yang tidak mempercayai atau berperilaku seperti penganut agamanya dapat hidup tenang tanpa membayar harga yang tinggi, karena hal itu dapat membuat pemeluk agamanya mengikuti jejak mereka. Oleh karena itu kemurnian ajaran dan hirarki dipertahankan dengan hukuman berat dan dipertontonkan ke semua orang. Tujuan sebenarnya adalah untuk memberi peringatan: bahwa penyimpangan akan mendapatkan hukuman keras, karena itu jangan sekali-kali melakukannya. Hal ini dapat dilihat dari berikut:
1. Fundamentalis umumnya sangat menyukai pengendalian perilaku publik, seperti cara berpakaian, keharusan mengunjungi tempat ibadah, dst.
2. Adanya kecenderungan untuk memamerkan hukuman seluas mungkin dan secara spektakuler, hal ini untuk memberi peringatan kepada calon penyimpang potensial (potential defector) akan beratnya hukuman yang harus dibayar untuk penyimpangan.
3. Kekerasan terutama ditujukan kepada kelompok sendiri, yaitu dari pemimpin terhadap anggota, anggota terhadap orang seagama yang tidak sejalan, dan laki-laki terhadap perempuan.

Jadi, mengapa orang memiliki agama? Tidak ada jawaban tunggal, karena agama merupakan efek samping dari otak yang kita miliki, hasil dari tangan-tangan tak terlihat.

Buku ini banyak memberikan hal-hal baru dan memberikan uraian cukup mendalam tentang mengapa agama selalu ada dan mudah diterima manusia. Kesimpulannya, faktor yang mempengaruhi seseorang untuk beragama sangat banyak dan saling berkaitan serta mendukung satu sama lain, sehingga mirip konspirasi. Hal tersebut selain berhubungan dengan sejarah evolusi manusia termasuk sistem saraf otak juga persepsi kognitif dan sifat hubungan sosial. Itu sebabnya seorang yang berpendidikan sangat baikpun dapat dengan mudah percaya dan memeluk suatu agama tertentu begitu saja.

Ditulis dengan rinci dan banyak contoh, sehingga harus dibaca dengan agak perlahan dan teliti, meskipun penulis juga membuatkan kesimpulan pada setiap babnya. Lebih baik jika pembaca telah mengenal sedikit mengenai evolusi dan evolutionary psikologi.
Hanya memang, pertanyaan mengapa ada sebagian orang bisa melepaskan diri dari agama belum bisa dijawab dengan memuaskan.

Tuesday, February 12, 2008

THE ACCIDENTAL MIND



Judul : The Accidental Mind – How Brain Evolution Has Given Us Love,
Memory, Dreams, and God
Pengarang : David J. Linden
Penerbit
: Harvard Univ. Press
Tahun : 2007
Tebal : 254 hal, hardcover

Banyak sudah tulisan yang menyebutkan bahwa otak manusia adalah super komputer, karena belum ada komputer yang bisa menyaingi cara bekerjanya, dan hal tersebut merupakan salah satu bukti bahwa ia adalah hasil rancangan. Benarkah demikian?
David Linden menyatakan, hal tersebut sama sekali tidak benar. Otak bukanlah hasil rancangan yang elegan, sebaliknya merupakan kumpulan solusi jangka pendek atau ad hoc sehingga bekerjanya tidak efisien. Lebih lanjut, apa yang kita alami dan rasakan – cinta, memori, mimpi, dan religiusitas – timbul disebabkan sejarah pembentukan atau evolusi otak yang jauh dari sempurna tersebut selama jutaan tahun.

Secara garis besar, pokok buku ini adalah:
Otak memiliki banyak kekurangan, karena:
1. Otak manusia tidak dirancang khusus dari awal, namun hanya berupa hasil penambahan-penambahan saja dari struktur otak lebih primitif yang telah ada..
2. Kemampuan otak untuk menon-aktifkan sistem pengendalian sangat terbatas, bahkan jika sistem tersebut kontra produktif.
3. Sel syaraf otak (neurons) bekerja dengan lambat dan tidak dapat diandalkan.
Hal di atas mengakibatkan pencapaian kemampuan yang cukup kompleks harus diperoleh dengan otak yang sangat besar dan interkoneksi otak yang tinggi, tampak dari adanya 500 triliun sinapsis, sehingga terlalu rumit untuk ditetapkan seluruhnya dalam genom. Sebagai solusinya, maka:
1. Manusia dilahirkan dengan otak yang sangat immature.
2. Sebagian pembentukan struktur otak bergantung kepada pengalaman (belajar).

Solusi di atas menimbulkan apa yang kita sebut cinta, memori, mimpi dan konsep Tuhan.
Otak yang immature mengakibatkan manusia harus mengalami masa kanak-kanak cukup panjang dengan pemeliharaan yang memerlukan perhatian kedua orang tua, sehingga diperlukan ikatan jangka panjang antara keduanya. Agar dapat tercipta ikatan jangka panjang, maka – tidak seperti mamalia lainnya - seks dapat berlangsung sepanjang waktu.

Memori merupakan pengalaman yang dipelihara dan dimodifikasi karena pembentukan struktur otak sebagian besar (80%) berlangsung setelah dilahirkan, sehingga sangat penting. Namun untuk mencapainya, memori harus diintegrasikan dengan kejadian masa lalu dan emosi, yang dapat dilakukan dengan baik pada malam hari, sehingga timbullah mimpi.
Cortex sebelah kiri otak yang bersifat naratif dan pengalaman mimpi yang diluar logika membuat manusia mudah menerima gagasan agama.

Dalam menjelaskan hal di atas, penulis menguraikan dengan cukup rinci, dimulai dari susunan otak, cara bekerjanya sampai tingkat molekul, hingga perkembangannya.

1. Susunan Otak
Otak manusia beratnya +/- 3 pon, simetris antara bagian kiri dan kanan, terdiri dari:
a. Brainstem: mengendalikan pengaturan dasar metabolisme tubuh tanpa memerlukan kesadaran kita, a.l. tekanan darah, detak jantung, pencernaan, dan refleks seperti batuk, mengantuk dll.
b. Cerrebelum: berinteraksi dengan brainstem, mengkoordinasikan gerakan agar luwes.
c. Midbrain: pusat penglihatan dan pendengaran.
d. Hypothalamus: membantu menjaga fungsi tubuh yang disebut homeostasis, misalnya mengatur adanya rasa lapar, haus, dingin, agar tubuh terjaga kondisinya.
Di area ini terdapat amygdala, yang mengatur hal berkaitan dengan emosi, misalnya rasa takut, agresi; dan hippocampus, tempat menyimpan memori.
e. Cortex/frontal cortex: merupakan tempat pemrosesan pemikiran termasuk untuk menganalisis informasi, melakukan pertimbangan dan penilaian moral, melakukan pemikiran berdasarkan rasio, sehingga bagian ini menentukan watak atau kepribadian.
Kerusakan cortex dapat mengubah kepribadian seseorang, sedangkan kehilangan hippocampus dapat menghilangkan kemampuan menyimpan memori.

Brainstem (batang otak) dan cerrebelum terletak di bagian paling bawah dan belakang otak, midbrain dan hypothalamus terletak di tengah, dan cortex terletak di bagian paling atas dari otak. Menurut penulis, susunan ini menggambarkan evolusi pembentukan otak, karena jelas menunjukkan bahwa bagian atas ditambahkan begitu saja tanpa mengubah fungsi di bagian bawahnya, sehingga brainstem, cerebellum dan midbrain secara keseluruhan tidak banyak berbeda dengan katak. Sebagai akibatnya, manusia masih memiliki kemampuan melihat otomatis seperti yang dimiliki katak, meskipun sebenarnya tidak memerlukannya lagi. Midbrain adalah pusat sensori utama bagi katak, sebagai kunci untuk mengarahkan lidah menangkap serangga yang terbang; kita tidak begitu memerlukannya. Namun struktur ini tetap bertahan pada otak manusia dan menimbulkan blindsight. Contohnya, pasien yang mengalami kerusakan otak bagian atas selalu tetap dapat menyentuh obyek meskipun mereka menyatakan tidak dapat melihat apapun, hanya menerka secara acak. Hal ini karena fungsi midbrain masih utuh dan mengarahkan tangan mereka, sebab tidak terhubung dengan bagian atas otak.

2. Rancangan otak memiliki banyak kelemahan
Penyampaian informasi dari satu ke sel lainnya disalurkan melalui axon ke dendrit dengan sinyal listrik dan kimia. Dibandingkan dengan kawat tembaga, maka kecepatannya jauh lebih rendah, demikian pula kapasitas axon. Selain itu kepastian bahwa sinyal kimia dapat mencapai sel berikutnya tidak dapat diandalkan, dengan kemungkinan pencapaian 30%.
Apabila kemampuan otak masih cukup mengagumkan, hal ini karena otak terdiri dari 100 miliar neuron yang terhubungkan oleh 500 triliun sinapsis, sehingga dalam operasinya, digunakan prosesing (oleh neuron) secara simultan dan terintegrasi. Namun demikian, banyaknya neuron dan sinapsis yang dibutuhkan membuat otak menghabiskan 20% dari total energi, atau tidak efisien. Hal ini juga membuat otak menjadi terlalu besar, sehingga kelahiran menjadi hal yang membahayakan ibu.

3. Bagaimana otak dibentuk
Untuk menerangkan mengapa lingkungan penting bagi perkembangan otak manusia, penulis membandingkannya dengan cacing Caenorhabditis. Cacing ini harus menyusun sirkuit saraf yang terdiri dari 302 sel saraf dan 7800 sinapsis. Seluruh sel ini harus dibentuk dari sel-sel sebelumnya yang membelah dengan cepat, bergerak ke tempat yang sesuai, dan menghasilkan protein yang tepat untuk menghasilkan neurotransmitter, ion, reseptor, axon dst dengan benar. Kesalahan dapat berakibat terganggunya fungsi tubuh, misalnya tidak dapat merayap dengan benar, tidak mampu mencari makan atau menghindari bahaya. Untuk dapat melakukan penyusunan saraf sebagaimana di atas, cacing ini memiliki 19 ribu gen yang tersandi di DNAnya. Sementara itu, manusia memiliki 100 miliar neuron dan 500 triliun sinapsis, sehingga jika semua harus disandi di DNA memerlukan gen jauh lebih banyak. Namun manusia hanya memiliki 23 ribu gen, 70%-nya atau 16 ribu dibuat di otak (pada cacing 9000 gen di 302 sel saraf).

Dengan kondisi di atas maka gen tidak bisa menspesifikasi perkembangan lengkap otak sel demi sel, namun pola garis besarnya hubungan antar wilayah otak dan jenis sel saja yang disandi oleh gen. Spesifikasi dan penyusunan otak tergantung faktor yang tidak disandi gen (faktor epigenetic), termasuk faktor lingkungan, dari lingkungan kimia rahim, pengalaman sensorik dari rahim sampai dengan belajar ketika kanak-kanak. Berdasarkan penelitian, pengaruh faktor lingkungan dan genetik masing-masing 50%.
Lingkungan mempengaruhi gen melalui pengalaman dan belajar. Pengalaman mengaktifkan sistem sensorik, yang membuat gen melakukan transkripsi, yaitu membentuk protein lagi atau sinapsis baru, yang kemudian menentukan struktur dan fungsi sel, termasuk molekul saraf, seperti saluran ion, enzim, reseptor, bentuk neuron. Neuroplascticity adalah seberapa jauh otak dapat mengembangkan kemampuannya dari hasil belajar dan pengalaman.
Gen juga menentukan volume otak. Hal ini diketahui dari adanya penyakit microchepaly, yaitu mengecilnya ukuran otak menjadi 30% dari normal. Ini disebabkan adanya mutasi pada gen ASPM, yang memproduksi protein yang terlibat dalam pembelahan sel. Bagian penting protein ini adalah segmen yang mengikat yang disebut calmodullm. Area calm-binding ada 2 copy di cacing, 24 copy di lalat buah dan 74 pada manusia. Evolusi gen ASPM, khususnya calm-binding telah dipercepat di kelompok ape, terutama sepanjang turunan ape ke manusia. Dengan demikian ASPM berperan penting dalam evolusi membesarnya otak manusia. Namun masih dalam penelitian, apa yang menyebabkan percepatan evolusi gen ASPM.

David Linden adalah profesor neuroscience pada John Hopkins Univ.School of Medicine. Bagi pembaca umum, agar lebih memahami uraian penulis dalam buku ini lebih baik membaca terlebih dulu pengantar neuroscience, misalnya buku In Search of Memory.


Monday, February 11, 2008

SALI - Kisah Wanita Suku Dani



Judul : SalI- Kisah Seorang Wanita Suku Dani
Sebuah Novel Etnografi
Pengarang : Dewi Linggasari
Penerbit : Kunci Ilmu, Yogyakarta
Tahun : 2007, Oktober
Tebal : 249 hal

Penindasan terhadap perempuan ternyata tidak hanya terjadi ketika masyarakat telah memiliki kekayaan yang cukup berarti, tetapi bahkan telah dimulai ketika masyarakat mulai mengenal arti kekayaan, meskipun kekayaan itu hanya berupa binatang ternak yang bernama babi. Demikianlah yang hendak dikisahkan oleh novel ini.
Jauh di Irian Jaya, di lembah Baliem, yang terletak dekat kota Wamena, terdapat suku Dani. Suku Dani adalah suku yang dominan di lembah tersebut. Mereka masih melakukan perang suku, mengenakan koteka yang terbuat dari labu, dan hidup dari berladang, beternak babi dan berburu. Makanan pokok mereka adalah ubi, sayur dan babi, yang dimasak dengan cara ditimbun dengan batu panas. Banyak dari mereka yang belum berpendidikan dan kedudukan perempuan relatif rendah, terlihat antara lain dari adat yang mengharuskan perempuan melahirkan seorang diri di hutan. Maka buku ini menjadi menarik karena memberikan pengetahuan lebih banyak tentang status perempuan dalam masyarakat suku Dani.
Tersebutlah seorang perempuan suku Dani bernama Aburah. Sebagai seorang istri yang ketika pernikahan telah dibeli dengan dua puluh ekor babi, maka suaminya, Kugara, berhak memperlakukannya seperti budak. Ia harus berladang, menyediakan makanan berupa ubi dan sayuran bagi seluruh keluarga, membelah kayu bakar, memberi makan babi, dan menjaga anak-anak setiap hari, baik dalam keadaan sehat maupun ketika mengandung atau sakit. Jika tidak, suaminya akan marah dan memukulnya. Akibat tak mampu menanggung semua itu akhirnya Aburah meninggal, dan anak perempuannya, Liwa dirawat oleh adiknya, yaitu Lapina, yang sesuai dengan adat harus menikah dengan suami kakaknya, yaitu Kugara. Beruntung Kugara tidak lama kemudian tewas dalam perang suku, sehingga Lapina terbebas dari penderitaan seperti yang dialami Aburah. Ia juga memutuskan untuk tidak menikah lagi, agar tidak mengalami penindasan.
Lapina merawat Liwa dengan baik hingga gadis itu bertemu dengan Ibarak dan jatuh cinta kepadanya. Sesuai adat, maka Lapina meminta Ibarak menikahi Liwa dengan pantas, yaitu dengan memberi dua puluh ekor babi. Babi dalam masyarakat Dani adalah lambing kekayaan, dan dua puluh ekor babi bukan jumlah sedikit. Mungkin karena itu laki-laki Dani merasa berhak melakukan apapun terhadap istrinya jika telah memberikan dua puluh ekor babi. Maka Liwa pun mengulang penderitaan ibunya, Lapina, dan perempuan Dani lain yang pernah menikah. Setiap hari ia harus bekerja keras sendirian mencari makan untuk seluruh keluarga tanpa pernah beristirahat, dan tak pernah dapat menolak suaminya, sampai akhirnya memiliki enam orang anak. Ketika mengandung anak ketujuh, ia telah menjadi seorang perempuan putus asa dan lemah yang tidak mungkin dapat melahirkan dengan selamat tanpa pertolongan dokter Gayatri, seorang dokter muda yang masih memiliki idealisme tinggi dan bersedia menempuh bahaya menembus hutan dari pedalaman untuk menyelamatkannya. Tidak hanya itu, Gayatri juga bersedia mengambil satu bayi kembarnya, karena sesuai adat suku Dani, salah satu anak kembar adalah anak setan, sehingga harus dibuang.
Namun penderitaan Liwa tidak hanya sampai disitu. Ibarak ingin lebih kaya, yang berarti memiliki lebih banyak babi. Hal itu dapat tercapai jika Liwa tertangkap basah berzina dengan laki-laki lain, yang kemudian harus membayar denda kepada Ibarak. Ibarak tahu bahwa Lopes tertarik kepada Liwa, dan meminta Liwa mendekati laki-laki tersebut. Liwa merasa penindasan suaminya telah lebih dari cukup, dan menolak permintaan tersebut. Penolakan ini membuat suaminya marah, sehingga menikah lagi dengan perempuan lain, Jija.
Dalam adat suku Dani, tempat tinggal yang disebut honai dibagi atas honai untuk laki-laki dan honai perempuan. Maka seorang suami tinggal di honai laki-laki bersama kerabatnya dan pada malam hari mungkin mengunjungi honai perempuan tempat istrinya tinggal. Dengan adanya istri baru, maka Ibarak tidak selalu bermalam bersama para anak laki-lakinya. Sehingga pada suatu hari yang dingin, mereka lengah dan lupa memadamkan api, yang mengakibatkan kebakaran dan tewasnya anak-anak Ibarak. Liwa, yang selama bertahun-tahun bekerja keras membesarkan anak-anaknya merasa tidak memiliki apa-apa lagi. Harapannya lenyap bersama kematian para anak lelakinya. Namun Ibarak tak begtu peduli. Ia yang telah kehilangan sebagian kekayaan karena menikahi Jija, kembali meminta Liwa untuk mendekati Lopes. Bagi Liwa ini adalah akhir dari segala-galanya. Ia tak sanggup lagi meneruskan semua ini.
Sali adalah rok penutup bagian bawah perempuan Dani. “Di Fugima, ada sebuah sungai yang amat dalam, wanita yang sudah tidak mampu menanggung beban hidup akan datang ke tempat itu, meninggalkan Sali pada bebatuan, memberati tubuhnya dengan batu, kemudian menceburkan diri ke dalam sungai.” Dokter Gayatri pergi ke Fugima mencari Liwa, dan hanya menemukan Sali.
Pengarang cukup berhasil menjalin cerita kehidupan perempuan suku Dani dan latar belakang yang memotivasi dua dokter perempuan yang bertugas di Wamena. Juga terdapat sedikit gambaran mengenai perubahan yang terjadi di Wamena dan Jakarta terhadap kehidupan suku Dani. Misalnya adanya pemerintah, pasar dan datangnya para turis membuat suku Dani mengenal uang, tembakau serta mengurangi peran lelaki sebagai ksatria perang (suku). Secara tradisional peran laki-laki suku Dani adalah berperang, berburu, membangun honai dan menjaga keamanan sukunya. Namun pelarangan perang suku mungkin membuat peran mereka menurun sehingga sebagai kompensasi perempuan semakin ditindas, dan dengan adanya ekonomi pasar, beban perempuan bertambah karena harus menjual hasil ladang ke pasar untuk membeli tembakau bagi suaminya. Sementara itu dalam novel ini tidak tampak peran laki-laki sebagai pemburu yang menyediakan makanan tambahan bagi keluarga, sehingga seluruh beban hidup jatuh pada perempuan. Menjadi pertanyaan, mengapa para lelaki tidak sering berburu? Hal ini kurang dijelaskan dalam buku, sehingga pembaca tidak mengetahui pekerjaan laki-laki suku Dani selain berperang.
Dalam novel ini kita juga dapat melihat kesamaan pandangan suku primitif di seluruh dunia, antara lain ketakutan terhadap darah perempuan, yang menyebabkan perempuan dilarang mendekati peralatan perang karena dianggap akan membawa kekalahan, harus melahirkan sendiri jauh di hutan, dan seterusnya.
Sali cukup berhasil mengungkapkan kehidupan suku Dani yang selama ini kurang kita ketahui dengan baik, selain itu dapat memberikan gambaran bagaimana asal mula penindasan perempuan dalam masyarakat.
Penulis buku ini, Dewi Linggasari adalah antropolog yang telah bertahun-tahun tinggal di Irian Jaya.