Monday, December 31, 2007

IN SEARCH OF MEMORY



Judul : In Search of Memory – The Emergence of a New Science of Mind
Pengarang : Eric R. Kandel
Penerbit : Norton, NY
Tahun : 2007 (Cet.1 th 2006)
Tebal : 430 hal + 22 hal daftar istilah, paperback

Mengapa kita bisa mengingat suatu kejadian dengan jelas untuk seumur hidup, bahkan setelah puluhan tahun kejadian tersebut berlalu? Memori atau ingatan, kenangan, yang dimiliki seseorang mendasari dan menjadi bagian dari kepribadiannya. Bayangkan seorang teman yang kehilangan seluruh atau sebagian besar memorinya, maka kita juga akan kehilangan dia sebagai teman yang kita kenal sebelumnya, dengan kepribadian tertentu. Dengan demikian mengenali bagaimana memori terbentuk, juga akan turut menguak pembentukan kepribadian, sesuatu yang membentuk individualitas sehingga membedakan satu orang dengan lainnya.
Pertanyaan di atas menjadi obsesi yang mendorong Eric Kandel – penerima Nobel bidang kedokteran tahun 2000 – untuk menemukan mekanisme yang menyebabkan adanya memori. Hal ini dipicu oleh pengalaman pahitnya sewaktu kecil, ketika harus menghadapi anti semitisme sejak kedatangan Nazi di Austria – yang memaksa keluarganya bermigrasi ke Amerika – yang hingga puluhan tahun kemudian terus dapat diingatnya dengan jelas.

Buku ini menggabungkan biografi penulis, sejarah perkembangan neuroscience (ilmu syaraf) beserta penjelasan teknisnya yang cukup rinci, penelitian dan penemuan yang dihasilkan oleh penulis, dan perkembangan terakhir serta prospek neuroscience, sehingga memberikan banyak sekali informasi menarik, sebagai berikut:

1. Biografi
Biografi Eric Kandel menceritakan bagaimana pengalaman hidupnya mula-mula membuatnya tertarik kepada sejarah dan sastra, kemudian kepada psikoanalisa Freud, yang lalu membuatnya tertarik mempelajari neuroscience, untuk membuktikan teori tersebut dengan meneliti otak secara fisik. Dari biografinya kita juga dapat mengetahui bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin menjadi ilmuwan sejati, yaitu sebaiknya selalu mengejar ilmuwan terbaik dengan belajar langsung kepada mereka, antara lain bekerja di laboratorium mereka, membuat proyek bersama, berada di lingkungan akademis yang bersuasana kondusif, memiliki keyakinan untuk memulai penelitian di suatu bidang yang baru meskipun tampaknya sulit dan penuh tantangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk memecahkan misteri alam, dan tahu bagaimana membuat pertanyaan yang tepat dan menerjemahkannya dengan mencari cara terbaik untuk melakukan riset. Dari sini kita dapat pula mengetahui bahwa suasana akademis di AS yang bersifat egaliter dibandingkan dengan di Eropa dan tempat lain sangat mendukung perkembangan para ilmuwan muda, disamping adanya dana yang cukup besar dari lembaga swasta seperti Howard Hughest Institute, yang pada tahun 2004 mendukung riset 350 investigator, 10 diantaranya pemenang Nobel.

2. Sejarah Perkembangan Neuroscience
Neurology dimulai ketika Ramon y Cajal, ilmuwan Spanyol (pemenang Nobel 1906) menemukan 4 doktrin neuron sbb:
a. Sel syaraf, sebagai unit sinyal dan blok pembentuk dasar otak disebut neuron. Neuron terdiri dari dendrit, badan sel dan axon. Dendrit adalah tunas dari badan sel yang menerima sinyal dari sel lain. Badan sel berupa selaput (membran) yang berisi nukleus (DNA). Axon yang berbentuk garis panjang dari badan sel adalah elemen yang menyampaikan informasi ke dendrit sel lain melalui terminal axon.
b. Terminal axon menyampaikan informasi ke dendrit sel lain di sinapsi, yaitu celah antara terminal axon dengan dendrit sel lain. Sinapsi sebelum celah disebut presinaptik, dan sesudahnya disebut post sinaptik.
c. Neuron membentuk sinapsis dan berkomunikasi dengan sel syaraf tertentu saja.
d. Sinyal dalam neuron berjalan ke satu arah saja, yaitu dari dendrit ke badan sel, axon, presinaptik, menyeberang celah sinaptik, dan dendrit sel berikutnya.
Selanjutnya ditemukan bahwa neuron terdiri dari neuron (syaraf) sensorik, yaitu yang menerima rangsang dari luar, neuron motorik, yang mengendalikan kegiatan sel otot, dan interneuron, yang menjadi perantara diantara kedua neuron.

Charles Sherringon menemukan bahwa neuron tidak hanya dapat bersifat aktif (mengirimkan sinyal), tapi juga ada yang menggunakan terminal untuk menghentikan sel penerima menyampaikan informasi, atau bersifat penghambat (inhibitory), sehingga tindakan sistem syaraf ditentukan oleh integrasi kedua hal ini.

Selanjutnya Luigi Galvani (1791) dan kemudian Herman von Helmhotz (1859) menemukan bahwa terdapat aktivitas listrik pada sel-sel otot binatang dan bahwa axon menggunakan listrik sebagai alat untuk menyampaikan pesan berupa informasi sensorik dari luar ke spinal cord (urat syaraf tulang belakang) dan otak dan perintah dari otak ke otot. Pengukuran Helmhotz menunjukkan bahwa kecepatan kawat metal menyampaikan pesan (sinyal) 186 ribu/detik sedangkan axon 90 kaki/detik, namun bersifat aktif, untuk memastikan bahwa sinyal akan sampai dan tidak menurun kekuatannya. Hal ini disebut action potential atau energi potensial.

Edgar Douglas Adrian (pemenang Nobel 1932 dengan Sherringon) menemukan bahwa bentuk, amplitude dan kekuatan energi potensial yang dihasilkan satu sel syaraf adalah sama, yang membedakannya hanya intensitasnya. Dengan demikian suatu stimulus yang kuat dari info sensorik akan meningkatkan jumlah energi potensial per detik.

Bernstein (1920) menunjukkan bahwa energi potensial ditimbulkan oleh perbedaan voltase karena adanya perbedaan ion antara yang terdapat di dalam dan di luar selaput sel, karena selaput sel memiliki saluran (channel) yang memungkinkan ion potassium positif mengalir dari dalam sel sehingga sel dalam membran kebanyakan ion negatif.

Berdasarkan penelitian terhadap neuron cumi, Alan Hodgkin dan Huxley (pemenang Nobel 1963) dan Katz menemukan bahwa energi potensial terbentuk karena masuknya ion sodium positif mengubah voltase internal sel dan menghasilkan upstroke, pada saat hampir sama, saluran potasium terbuka dan ion potasium keluar dari sel, menghasilkan downstroke sehingga sel kembali pada voltase semula. Setiap energi potensial menjadikan sel punya lebih banyak sodium di dalam - namun dikurangi dengan adanya protein yang mengangkut kelebihn ion sodium keluar. Setiap energi potensial menghasilkan aliran yang mengaktifkan wilayah sebelahnya secara berantai, dengan cara ini maka sinyal dari pengalaman visual, motorik, pikiran atau memori dikirim dari satu neuron ke neuron lainnya.

Terdapat 2 jenis saluran ion:
a. Voltage-gated channels: energi potensial yang membawa informasi dalam neuron.
b. Chemical transmitter-gated: meneruskan informasi antar neuron, yaitu sinyal kimia dari neuron motor diubah menjadi sinyal listrik di sel otot.
Informasi yang disampaikan ke neuron berikut adalah dalam bentuk asam amino glutamate (excitatory transmitter/pemancar pembangkit) dan GABA atau gamma-aminobutyric acid (inhbitory trans/ penghambat).

Bagaimana proses listrik di terminal presinaptik menghasilkan pelepasan transmitter kimiawi? Ketika energi potensial merambat sepanjang axon ke presinaptik terminal, hal itu membuat saluran voltage-gated terbuka, yang memungkinkan masuknya kalsium, yang membentuk serangkaian langkah molekuler menuju pelepasan neurotransmitter. Dari sini dimulai proses translasi sinyal listrik menjadi sinyal kimia.

Penemuan di atas menunjukkan bahwa bekerjanya otak – kemampuan untuk berpikir, belajar, menyimpan informasi – terjadi melalui sinyal listrik dan kimia. Dengan demikian belajar, memori dan berpikir dapat dijelaskan berdasarkan proses fisika dan kimia.

Jauh sebelumnya, Franz Joseph Gall pada sekitar tahun 1800 telah menyatakan bahwa semua proses mental bersifat biologis dan muncul dari otak, dan fungsi mental spesifik diatur dalam suatu wilayah tertentu di otak. Berdasarkan pengalaman pasiennya, Paul Broca dan kemudian Carl Wernicke pada tahun 1879 menemukan aphasia, yaitu adanya ketidakmampuan membuat atau mengerti kalimat, yang disebabkan kerusakan pada bagian sebelah kiri otak. Juga diketahui bahwa otak bekerja pada bagian yang berseberangan dan antara bagian kiri dan kanan dihubungkan oleh neural pathway.

Penelitian Kandel banyak diilhami oleh penemuan Brenda Milner berdasarkan penelitiannya terhadap H.M selama 30 tahun, seorang pasien yang karena epilepsi kemudian mengalami pengangkatan hippocampus. Sejak kehilangan hipocampus, HM tidak dapat menyimpan memori baru lebih dari 10 menit. Ia masih bisa mengingat semua hal yang terjadi sebelum saat dilakukan pembedahan, namun ia tak dapat mengingat apa yang dilakukannya kemarin atau beberapa jam yang lalu. Meskipun demikian, kemampuan motoriknya tidak hilang; ia dapat meningkatkan kemampuan menggambar.
Dari sini disimpulkan bahwa:
a. Memori adalah fungsi mental yang berbeda
b. Memori jangka pendek dan jangka panjang dapat disimpan secara terpisah; hilangnya hippocampus menghancurkan kemampuan mengubah memori jangka pendek baru menjadi memori jangka panjang baru.
c. Paling sedikit satu jenis memori dapat dilacak pada suatu tempat tertentu di otak.
d. Ada 2 jenis memori: memori sadar, atau eksplisit/deklaratif memori, terletak di hippocampus merupakan ingatan yang berkaitan dengan orang, tempat, obyek, fakta, peristiwa.; dan memori tak sadar, atau implisit/undeklaratif memori, meliputi kemampuan persepsi dan motorik, kebiasaan, sensitization dan clasical conditioning, tidak memerlukan hippocampus.

Kandel mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan eksplisit dan implisit memori, pengulangan terus menerus mengubah eksplisit memori menjadi implisit memori.

3. Penelitian dan Penemuan Penulis
Kandel ingin meneliti bagaimana stimuli sensorik yang beragam mempengaruhi pola aktivitas neuron piramidal di hippocampus. Untuk itu ia melakukan percobaan dengan aplysia, yaitu siput laut yang memiliki hanya 20 ribu neuron dan neuronnya cukup besar. Penulis melihat bahwa siput yang diberikan stimuli berupa kejutan (shock) pada ekornya memberi respons dengan menutup insang. Oleh karena itu untuk mengukur kekuatan sinaptik ia memberikan tiga jenis situasi kepada siput sesuai percobaan Pavlov, yaitu pembiasaan (habituation), sensitization, dan classical conditioning. Pada pembiasaan, Kandell memberikan stimuli lunak secara berulang, pada sensitization diberikan stimuli keras, dan pada classical conditioning keduanya dipasangkan. Hasilnya menunjukkan bahwa pada pembiasaan kekuatan sinaptik berkurang, karena neuron (syaraf) sensorik melepaskan lebih sedikit transmitter kimiawi yaitu glutamate, sedangkan pada sensitization dan classical conditioning sebaliknya. Sensitization memperkuat energi potensial di syaraf motorik namun syaraf sensorik melemah, karena syaraf sensorik mengaktifkan syaraf antara. Syaraf antara ini mengeluarkan serotonin dan meningkatakan pelepasan glutamate oleh syaraf sensorik ke syaraf motorik. Dengan demikian pelepasan serotonin meningkatkan refleks penarikan insang oleh siput.
Berdasarkan hal di atas maka terdapat 2 sirkuit syaraf otak dalam belajar dan perilaku:
1. Sirkuit mediasi : menghasilkan perilaku secara langsung, terdiri dari syaraf sensorik dan syaraf motorik.
2. Sirkuit modulatory: syaraf antara, yang mengaur respons perilaku dalam belajar dengan memodulasi kekuatan koneksi sinaptik antara syaraf sensorik dan motorik.

Berdasarkan penemuan Earl Sutherland diketahui bahwa terdapat reseptor di permukaan sel yang berespons terhadap hormon, yaitu ketika reseptor mengikat pengirim pesan kimiawi di luar sel (1st messenger), mereka mengaktifkan enzim dalam sel yang disebut aderytyl cyclose, yang membuat ribuan molekul cyclic AMP (2nd messenger) selama beberapa menit. Cyclic AMP kemudian mengikat protein utama yang memicu respons seluruh molekul dalam sel. Karena berlangsung beberapa menit, metabotropic reseptor lebih kuat, meluas dan bertahan dari ionotropic reseptor. Bagaimana caranya? Cyclic AMP mengikat dan mengaktifkan protein Kinase A, yang meningkatkan molekul fosfat, disebut fosforilasi. Protein Kinase A sendiri terdiri dari 4 molekul, yaitu dua molekul bertindak sebagai regulasi (penghambat) dan dua lainnya sebagai katalis.
Dengan demikian terdapat 3 bahan yang berperan dalam pembentukan memori jangka pendek dengan meningkatkan neurotranmitter glutamate, yaitu serotonin, cyclic AMP dan protein Kinase A.
Maka stimuli pada ekor yang menghasilkan respons berupa penutupan insang dapat dijelaskan sebagai berikut: stimuli pada ekor mengaktifkan neuron antara yang melepaskan serotonin ke sinapsi, setelah melewati celah sinaptik, serotonin menempel pada reseptor syaraf sensorik, yang menghasilkan cyclic AMP, yang kemudian melepaskan unit katalis protein Kinase A, yang meningkatkan pelepasan neurotransmitter glutamat ke syaraf motorik.

Penelitian pada lalat buah menunjukkan bahwa mekanisme sel yang sama juga terdapat pada semua spesies binatang, termasuk manusia, dan pada banyak bentuk belajar yang lain karena mekanisme tersebut telah dipelihara selama evolusi. Selain itu, cyclic AMP juga digunakan untuk menghasilkan perubahan metabolik yang persisten pada usus, ginjal, hati dan merupakan molekul paling primitif yang juga ditemukan juga pada organisme satu sel seperti E.coli. Hal ini menegaskan prinsip evolusi:
1. Evolusi tidak memerlukan molekul atau proses biokimia baru yang khusus untuk menghasilkan mekanisme adaptif yang baru (memori) melainkan merekrut yang ada.
2. Evolusi adalah tinkerer: menghasilkan sesuatu dari apa yang tersedia, tidak dirancang khusus.
Menurut Kandell, secara mengejutkan sains hanya menemukan sedikit protein yang unik pada otak manusia dan tidak ada sistem sinyal yang unik.

Sementara itu, dalam pembentukan memori jangka panjang, pelepasan serotonin menyebabkan protein kinase A dan MAP bergerak ke nukleus sel dan mengaktifkan CREB, yang membuat gen memproduksi protein sesuai informasi genetik tertentu yang disandi oeh DNA, yang menghasilkan pertumbuhan sinapsis baru dan dengan demikian akan menghasilkan lebih banyak glutamat.

Secara terpisah, Arvid Carlsson menemukan bahwa dopamine adalah transmitter dalam sistem syaraf, dan kekurangan dopamine dapat menimbulkan gejala Parkinson. Sedangkan Paul Greengard menemukan bahwa dopamine merangsang enzim dan meningkatkan cyclic AMP serta mengaktifkan protein kinase A di otak. Sinyal pembawa pesan kedua cyclic AMP ini diaktifkan oleh serotonin (modulatory antar neuron) selama sensitization.

Penemuan Carlsson dan Kandel memungkinkan dibuatnya obat untuk penyakit yang disebabkan kehilangan memori atau kejiwaan, misalnya Parkinson dan schizophrenia. Penemuan ini dan penelitian selanjutnya juga mengungkapkan, mengapa depresi sering diikuti dengan kehilangan memori, karena ternyata depresi ditandai oleh kurangnya serotonin, yang diperlukan untuk pembentukan memori.

4. Prospek
Perkembangan neurology yang berkaitan erat dengan biologi menimbulkan tumbuhnya industri bioteknologi untuk menghasilkan obat-obatan bagi penyakit kejiwaan termasuk peningkatan memori, dan para ilmuwan menjadi terlibat baik dalam penelitian murni maupun produksi obat-obatan baru. Kandell sendiri dan beberapa pemenang Nobel lainnya kemudian mendirikan perusahaan bioteknologi yang memproduksi obat-obatan. Namun disamping memberikan harapan kesembuhan bagi para penderita penyakit kejiwaan, di masa depan hal ini juga dapat menimbulkan masalah etika: misalnya, kapan seseorang boleh menggunakan obat untuk meningkatkan memori?

Pada bagian akhir, penulis menguraikan usaha Francis Crick, penemu DNA, yang selama 30 tahun terakhir hingga beberapa jam sebelum akhir hayatnya (2004) masih berupaya memecahkan misteri kesadaran dengan mencarinya di suatu bagian tertentu di otak. Maka usaha yang akan dicoba dipecahkan oleh para ilmuwan berikutnya adalah menemukan dari mana munculnya kesadaran. Penemuan akan hal ini tentu akan mengubah pandangan umat manusia tentang kehidupan. Misalnya, mungkinkah free will (kehendak bebas) hanya ilusi?

Uraian penulis dalam buku ini semakin menegaskan kembali bukti teori evolusi. Kita melihat bahwa pendekatan secara genetika dan reduksionis dengan kerangka evolusi mampu mengungkap banyak hal yang dapat menambah pemahaman kita mengenai bagaimana memori, yang merupakan landasan pikiran dan kesadaran terbentuk. Dengan kemajuan yang terdapat dalam biologi dewasa ini, tidak dapat dielakkan lagi bahwa di masa depan, neuroscience akan terus maju untuk berupaya membuktikan bahwa pikiran, watak, moralitas, kehendak bebas, dapat ditelusuri asalnya dari benda material yang disebut otak, dan tidak ada lain di luar itu. Jika hal tersebut dapat dibuktikan lebih lanjut, maka pemahaman kita akan arti hidup akan kembali harus ditata ulang, dan ah, lagi-lagi akan banyak yang tetap tidak percaya dan semakin membenci sains.
Dari sini kita juga dapat mengerti, mengapa diperlukan pemikiran naturalistik untuk memajukan ilmu pengetahuan, karena apabila sebelumnya ilmuwan telah berpendapat bahwa memori, perilaku, kepribadian, moralitas berasal dari jiwa dan tidak dapat diselidiki asalnya secara materalistik, maka tidak akan ada penelitian mengenai hal-hal tersebut. Padahal penelitian-penelitian yang pada mulanya tampak seperti hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu dan bahkan tampak demikian sulit atau tidak mungkin, di kemudian hari ternyata dapat bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kejiwaan atau kehilangan memori.
Hal ini membenarkan pernyataan Taner Edis (lihat\: An Illusion of Harmony), bahwa selama suatu negara tidak melakukan riset ilmu murni berdasarkan suatu kerangka teori tertentu dan membebaskan ilmuwannya untuk berpikir dan meneliti apapun, apalagi melarang suatu teori hanya karena tidak sesuai dengan ideologi tertentu, maka selamanya negara tersebut hanya akan menjadi pengimpor teknologi dan semakin tertinggal dalam sains, meskipun telah mengeluarkan banyak dana.

Buku ini bagus, karena disamping berisi biografi, menguraikan secara cukup rinci sejarah neuroscience, cara melakukan penelitian, penemuan yang dihasilkan, dan implikasinya, disertai dengan gambar-gambar dan foto yang sangat menolong untuk memahami uraian penulis. Selain itu dilengkapi dengan daftar istilah, sehingga merupakan pengantar yang baik sebelum membaca buku-buku lain tentang neuroscience, yang menurut penulis, pada abad 21 akan menjadi seperti DNA dalam biologi pada abad 20.

Seperti biologi, maka neuroscience adalah ilmu yang sangat menarik, karena berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan besar dan mendasar tentang kehidupan.

Has Science Found God?



Judul : Has Science Found God? The Latest Results in the Search for
Purpose in the Universe
Pengarang : Victor J. Stenger
Penerbit : Prometheus Books, NY
Tahun : 2003
Tebal : 357 hal




"Perhaps science can teach us humility and self reliance, and the need to live our lives within the universe as it really, not as we might wish it to. The universe is not populated by mysterious forces, beyond our comprehension, that control our lives and destinies for some unseen purpose."

Apakah kesimpulan dari penemuan terakhir dalam bidang fisika dan kosmologi mengenai alam semesta? Apakah ada tanda-tanda bahwa alam semesta ini diciptakan dengan suatu tujuan? Apakah sains menemukan bukti atau tanda bahwa alam semesta ini diciptakan atau dirancang?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sejak bab-bab awal penulis menyebutkan satu demi satu pernyataan-pernyataan mengenai ditemukannya tanda bahwa sains mendapatkan bukti alam semesta ini diciptakan untuk manusia oleh perancang atau pencipta. Baik pernyataan dari suatu konferensi ilmiah, pendapat beberapa ilmuwan, hingga anthropic principle. Namun menurut penulis, semua itu tidak benar, karena berdasarkan teori fisika termutakhir yang cukup teruji keandalannya, alam semesta tidak menunjukkan adanya rancangan atau tujuan. Hal ini berdasarkan teori fisika terakhir yang dapat diringkas sebagai berikut:
1. Ruang dan waktu tidak memiliki batas – tiada awal maupun akhir.
2. Waktu tidak memiliki arah tertentu pada tingkat fundamental.
3. Alam semesta material kita timbul dari fluktuasi kuantum dalam ruang hampa pada titik ruang-waktu arbitrary, yang mengarah kepada ekspansi eksponensial (inflasi) dan kemudian big bang. Entropi alam semesta adalah maksimum pada saat fluktuasi tersebut, sehingga setiap informasi yang mungkin ada telah dihancurkan.
4. Terdapat kemungkinan lebih dari satu alam semesta terjadi dengan cara di atas. Paling tidak, kita tidak memiliki dasar untuk mengandaikan bahwa alam semesta terjadi hanya satu kali.
5. Hukum konservasi global fisika dan prinsip relativitas adalah property simetri ruang hampa yang secara lamai meluas ke alam semesta material. Hukum dan prinsip ini sama di semua alam semesta.
6. Tak satupun dari hukum-hukum ini disimpangi oleh penampakan matter dari ruang hampa.
7. Hukum fisika tambahan, non global berasal dari pecahnya simetri lokal spontan pada awal alam semesta karena kebetulan.
8. Struktur seperti galaksi, bintang, planet, dan organisme hidup berkembang dari struktur kompleks system material yang terbentuk di bawah pecahnya simetri secara spontan. Urutan pembentukan tidak menyalahi hukum kedua termodinamika karena entropi maksimum alam semesta yang dimungkinkan meningkat saat alam semesta mengembang, memungkinkan meningkatnya ruang untuk terbentuknya keteraturan.

Selain itu, hal di atas didukung oleh bukti lainnya :
1. Teori evolusi, yang menunjukkan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya berkembang dari bentuk yang kurang kompleks melalui proses alami tanpa arahan dari atas (mengutip filsuf Daniel Dennet). Bahkan jika teori evolusi terbukti salah, hal itu tidak berarti bahwa kreasionisme otomatis menjadi benar dan membuktikan adanya tujuan atau rancangan sebagaimana digambarkan agama samawi. Stenger menganggap hal ini kekanakan, “to seek evidence for purpose in the thin layer of carbon that coats the surface of a minor planet”.
2. Teori informasi.
3. Pernyataan kitab suci tidak sesuai dengan temuan kosmologi modern, antara lain : tidak bergeraknya bumi dan bintang-bintang, bahwa bumi exist sebelum matahari, bulan dan bintang-bintang, adanya kata-kata “ujung dunia”, “empat sudut bersandarnya pilar” untuk menerangkan bumi.
4. Kita tidak dapat mengandalkan akal sehat (common sense) dalam menyimpulkan realitas, karena dapat menyesatkan. Contohnya: kita melihat/merasakan bahwa bumi itu datar, tak bergerak, di pusat alam semesta, dapat mengetahui kapan kita bergerak, interval waktu dan ruang adalah sama bagi semua pengamat, makhluk hidup dan bintang-bintang tetap bentuknya dan tak bergerak. Berdasarkan ilmu pengetahuan, semua itu salah, sehingga kita tak dapat mengandalkan akal sehat untuk menentukan kebenaran ilmiah.
5. Pernyataan-pernyataan akan kebenaran kekuatan supernatural tidak pernah dapat dibuktikan secara ilmiah melalui sekumpulan data yang dapat dipercaya dalam jumlah memadai. Dengan demikian, tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Sebagian besar penjelasan berdasarkan teori fisika, sehingga buku ini tidak begitu mudah kecuali mungkin bagi mereka yang memiliki background di bidang tersebut. Namun demikian, tetap cukup menarik untuk mengetahui, bagaimana pandangan ilmuwan fisika pada umumnya mengenai alam semesta: sains tidak dapat menunjukkan atau memberi bukti bahwa ada tujuan dalam alam semesta atau bahwa alam semesta diciptakan, apalagi dengan tujuan tertentu bagi manusia Jadi, kesimpulan dari fisika dan biologi modern sama: no design, no purpose, only indifferent universe.

Tidak semua ilmuwan fisika secara tegas menyatakan bahwa bukti-bukti cukup memadai untuk menyatakan bahwa tidak ada apapun yang membuktikan adanya tujuan, karena sebagian berpendapat bahwa masih cukup banyak yang belum diketahui sehingga terlalu dini untuk mengambil kesimpulan mutlak sebagaimana penulis buku ini. Namun demikian, menurut Stenger sikapnya dapat dianggap mewakili ilmuwan fisika pada umumnya, khususnya ilmuwan top anggota Akademi Nasional Sains AS. Menegaskan pandangannya, Stenger telah menulis buku baru sejenis pada tahun 2006, dengan tema hampir sama.

Penulis adalah professor emeritus fisika Univ. Hawaii, dan ajun profesor filsafat di Univ. Colorado, yang selama puluhan tahun terlibat langsung dalam penelitian dan penemuan-penemuan baru bidang fisika partikel.

Saturday, December 15, 2007

Mother Teresa: Come Be My Light



Judul : Mother Teresa : Come Be My Light – The Private Writings
of the “Saint of Calcutta”
Editor : Brian Kolodiejchuk, M.C
Penerbit : Doubleday, NY
Tahun : 2007
Tebal : 400 hal

"Where is my faith? – even deep down, right in, there is nothing but emptiness & darkness. – My God – how painful is this unknown pain. It pains without ceasing – I have no faith – I dare not utter the words & thoughts that crown in my heart - & make me suffer untold agony. So many unanswered questions live within me – I am afraid to uncover them – because of the blasphemy – If there be God, - please forgive me. "

Banyak orang mengagumi Bunda Teresa karena kepedulian dan kasihnya kepada orang-orang paling miskin dan terabaikan, sehingga ia mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 1983. Namun tidak banyak yang mengetahui perasaan atau pikirannya.
Buku ini disusun oleh Father Kolodiejchuk - yang mengenal Bunda Teresa selama 20 tahun dan untuk pengusulannya sebagai Santo - berdasarkan surat-surat Bunda Teresa kepada para pimpinan/penasihatnya di gereja dengan pesan agar kemudian dihancurkan. Namun gereja tetap menyimpan bahkan menerbitkannya dalam sebuah buku. Menurut Father Kolodiejchuk, tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memberikan informasi bagi para pengagum Bunda Teresa mengenai motif tindakan, sumber kekuatan, alasan kegembiraan, dan intensitas cintanya.
Bunda Teresa dilahirkan pada tahun 1910 di Albania. Pada usia 18 tahun, ia berangkat ke Irlandia untuk memasuki kehidupan misionaris di Institut Blessed Virgin Mary (Loreto order). Ia telah tertarik bekerja untuk orang miskin sejak berumur 12 tahun, dan memikirkannya selama 6 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi misionaris,”From the age of 5,5 years – when first I received Him, the love for souls has been within, it grew with the years, until I came to India, with the hope of saving many souls.” Ia tiba di Calcutta pada tanggal 6 Januari 1929.
Pada bulan Mei 1937, Suster Teresa melaksanakan upacara pengukuhan komitmen kesetiaan kepada Yesus di sebuah kapel di Darjeeling, India dan sesuai tradisi Loreto sejak itu disebut Bunda Teresa.
Selama itu, Bunda Teresa mengajar murid-murid perempuan di sekolah St Mary dan dapat dikatakan tidak sepenuhnya hidup seperti orang India karena Ordo Loreto menjamin semua keperluan hidupnya dan berada di tempat yang relatif aman dari segala pergolakan yang tengah terjadi di India pada waktu itu. Namun, pada bulan September 1946 Bunda Teresa menyatakan mendapatkan panggilan untuk melayani orang-orang termiskin,”It was in that train, I heard the call to give up all and follow Him in the slums – to serve Him in the poorest of the poor.”
Sejak mendapatkan panggilan, Bunda Teresa berusaha untuk mewujudkan cita-citanya, namun ditolak oleh gereja. Pada tahun 1947, atas permintaan gereja, ia mengajukan bluepint Ordo barunya, yaitu misi dan penjelasan mengenai kegiatannya kelak. Bunda Teresa ingin membentuk Ordo untuk membantu orang-orang termiskin dan hidup sebagaimana orang India. Akhirnya pada bulan Januari 1948, gereja mengizinkannya membentuk Missionary Sisters of Charity, yang akan membantu orang-orang miskin.

Missionary yang dibangun oleh Bunda Teresa mengalami kemajuan cukup pesat, sebagaimana tertulis dalam suratnya,”I went visiting and nursing the people in their dark homes and holes. So many neglected poor children surrounded me everywhere. Slowly with some lay helpers I gathered the children in two slums. Then in March the first Bengali girls joined. Now we are seven. We work in five different centres.” (hal 137)


Missionary yang dibangun oleh Bunda Teresa mulai menunjukkan hasil. Sebaliknya, Bunda Teresa merasakan hal sebaliknya sejak kegiatan tersebut dimulai, sebagaimana tulisnya pada tahun 1953,”Please pray specially for me that I may not spoil His Work and that Our Lord may show Himself-for there is such terrible darkness within me, as if everything was dead. It has been like this more or less from the time I started ‘the work’.” (hal 148)

Setahun lebih berikutnya Bunda Teresa bahkan merasakan kesepian yang dalam, keterpisahan dari Yesus. “There is so much contradiction in my soul – Such deep longing for God – so deep that is painful – a suffering continual – and yet not wanted by God – repulsed – empty- no faith – no love – no zeal.- Sous hold no attraction – Heaven means nothing – to me it looks like an empty place – the thought of it means nothing to me and yet this torturing longing for God. – Pray for me please that I keep smiling at Him in spite of everything. For I am only His – so He has every right over me.” (hal. 169)
Kehampaan dan penderitaan Bunda Teresa berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya, sebagaimana surat pada tahun 1959 kepada Father Picachy “…Where is my faith? – even deep down, right in, there is nothing but emptiness & darkness. – My God – how painful is this unknown pain. It pains without ceasing – I have no faith – I dare not utter the words & thoughts that crown in my heart - & make me suffer untold agony. So many unanswered questions live within me – I am afraid to uncover them – because of the blasphemy – If there be God, - please forgive me. – Trust that all will end in Heaven with Jesus.- When I try to raise my thoughts to Heaven – there is such convicting emptiness that those very thoughts return like sharp knives & hurt my soul. – Love – the word – it brings nothing. – I am told God loves me – and yet the reality of darkness & coldness & emptiness is so great that nothing touches my soul. Before the work started – there was so much union – love – faith – trust – prayer – sacrifice.-Did I make the mistake in surrendering blindly to the call of the Sacred Heart?” Selanjutnya,”The whole time smiling - Sisters & people pass such remarks. – They think my faith, trust & love are filling my very being & that the intimacy with God and union to His will must be absorbing my heart. – Could they but know – and how my cheerfulness is the cloak by which I cover the emptiness & misery.
In spite of all – this darkness & emptiness is not as painful as the longing for God. – The contradiction I fear will unbalance me. – What are You doing My God to one so small?”

Sejak tahun itu pula Bunda Teresa tidak lagi berdoa, sebagaimana tulisnya pada bulan September, ”They say people in hell suffer eternal pain because of the loss of God – they would go through all that suffering if they had just a little hope of possessing God. – In my soul I feel jus that terrible pain of loss – of God not wanting me – of God not being God – of God not really existing (Jesus, please forgive my blasphemies – I have been told to write everything). That darkness that surrounds me on all sides – I can’t live my soul to God – no light or inspiration enters my soul. – I speak of love for souls – of tender love for God – words pass through my words – and I long with a deep longing to believe in them. – What do I labor for? If there be no God – there can be no soul. –If there is no soul then Jesus – You also are not true. – Heaven, what emptiness- not a single thought of Heaven enters my mind – for there is no hope. – I am afraid to write all those terrible things that pass in my soul. – They must hurt You.
In my heart there is no faith – no love – no trust – there is so much pain – the pain of longing, the pain of not being wanted. – I want God with all the powers of my soul – and yet there between us – there is terrible separation. – I don’t pray any longer – I utter words of community prayers – But my prayer of union is not there any longer – I no longer pray. – My soul is not one with You.”

Selanjutnya mengenai pekerjaannya, ia menulis,”The works holds no joy, no attraction, no zeal.” Meskipun demikian, ia menganggap itu adalah panggilan Jesus dan pekerjaanNya, ”That is why the work is Yours and it is You even now – but I have no faith – I don’t believe. – Jesus, don’t let my soul be deceived – nor let me deceive anyone.”
Bahkan pada hari Natal, ia menulis,”A real Christmas. – Yet within me – nothing but darkness, conflict, loneliness so terrible. I am perfectly happy to be like this to the end of life-“

Surat lainnya kepada Father Neuner, ”Darkness is such that I really do not see – neither with my mind nor with my reason. – The place of God in my soul is blank.-There is no God in me.- When the pain of longing is so great- I just long & long for God – and then it is that I feel – He does not want me – He is not there – Heaven- souls- why these are just words-which mean nothing to me.-My very life seems so contradictory. I help souls- to go where?- Why all this? Where is the soul in my very being? –Sometimes- I just hear my own heart cry out-“My God” and nothing else comes.-The torture and pain I can’t explain.-I feel nothing before Jesus.”
Selanjutnya,”I loved God with all the powers of a child’s Heart. He was the centre of everything I did & said- Now Father- it is so dark, so different and yet my everything is His- in spite of Him not wanting me, not caring as if for me.”
Dalam surat-surat selanjutnya tampak bahwa setelah mendapat nasihat Father Neuner akhirnya Bunda Teresa menerima kehampaan ini dengan pasrah, sampai akhir hayatnya.”For the first time in this 11 years- I have come to love the darkness.- For I believe now that it is a part, a very, very small part of Jesus’ darkness & pain on earth.”

Meskipun demikian hal ini bukan sesuatu yang mudah, sebagaimana tampak pada surat berikutnya
,”I have realized something these days. Since God wants me to abstain from the joy of the riches of spiritual life- I am giving my whole heart and soul to helping my Sisters to make full use of it.- As for myself, I just have the joy of having nothing- not even the reality of the presence of God.- No prayer,no love, no faith – nothing but continual pain of longing for God.”
Buku ini memberi kita informasi mengenai apa yang memotivasi Bunda Teresa bekerja keras membantu orang-orang termiskin: keinginan melayani Yesus, membalas pengorbanan Yesus dengan cara hidup menderita dan menyebarkan ajarannya, dan keinginan menjadi orang suci (Santa),”I want to become a saint according to the Heart of Jesus – meek and humble.” Itu pula sebabnya, para suster yang bekerja untuknya harus melayani orang miskin dengan hidup menderita: melakukan pekerjaan berat tanpa bantuan teknologi (misalnya mesin cuci), dan hidup sangat sederhana, karena bagi Bunda Teresa mendampingi dan membantu orang miskin bukan kerja sosial, tetapi pelayanan untuk Tuhan yang harus dilakukan dengan pengorbanan atau hidup menderita. Hal ini mungkin dapat menjawab beberapa kritik yang ditujukan kepadanya oleh beberapa penulis, yang menyatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh banyak pengagumnya tidak digunakan untuk membeli peralatan modern yang dapat memperingan pekerjaan para susternya dan bahwa mereka bekerja terlalu berat serta berada dalam kondisi yang terlalu menyedihkan.
Surat-surat Bunda Teresa tentu mengejutkan bagi banyak orang. Mengapa ia tidak merasakan kehadiran Tuhan, bahkan meragukannya, merasa hampa, hipokrit, dan berada dalam kegelapan? Bagi penganut Katolik hal tersebut dianggap salah satu tanda kesucian, karena kegelapan (interior darkness) ini juga dialami oleh beberapa Santo dan oleh St John of the Cross disebut ‘dark night’. Hal ini bahkan dianggap sebagai penyucian yang harus dialami sebelum seseorang mencapai kesatuan dengan Tuhan. Proses ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama seseorang melepaskan indrawinya dan menarik diri untuk doa kontemplasi. Pada kondisi ini ketika Tuhan menyampaikan sinarNya, jiwa yang tidak sempurna tidak dapat menerimanya dan mengalami kegelapan, sakit, dan kehampaan. Tahap selanjutnya seseorang merasa ditolak dan diabaikan oleh Tuhan, akan tetapi sangat merindukan dan mencintai Tuhan namun tidak dapat mengenalinya. Pada tahap ini iman, harapan dan charity diuji. Setelah melewati pengujian ini, seseorang kemudian menuju pemisahan dari ciptaan dan meningkat kepada union dengan Kristus, menjadi alatnya dan melayaninya tanpa pamrih. Bunda Teresa dianggap telah sampai pada tahap ini.
Di sisi lain, mereka yang rasional berpendapat sebaliknya. Tidakkah itu membuktikan bahwa Bunda Teresa adalah hasil suatu iman buta, indoktrinasi yang demikian kuat, yang kemudian mengalami konflik karena kemudian rasionalitasnya meragukan indoktrinasi tersebut? Melihat bahwa konflik tersebut timbul sejak ia membentuk Ordo Charity dan harus menghadapi segala kesulitan dan penderitaan sendiri, serta setiap saat melihat penderitaan orang-orang termiskin dan terabaikan secara langsung, mungkin hal tersebut kemudian memberikan realitas dan pemahaman baru tentang kehidupan, yang baginya tidak lagi sesuai dengan doktrin yang telah diyakininya selama ini. Ketika melihat orang-orang malang di jalanan yang tidak diinginkan, tidak dicintai, ia merasakan hilangnya kehadiran Tuhan, arti doa, bahkan meragukan keberadaanNya, dan karena ia banyak bersama mereka, ia juga merasa bahwa Tuhan meninggakannya juga.“The physical situation of my poor left in the streets unwanted,unloved unclaimed – are the true picture of my own spiritual life.” (hal 232). Tidakkah hal ini mirip dengan kaum humanis yang melihat penderitaan besar menimpa manusia tak berdosa (karena bencana alam, perang, kecelakaan atau penyakit) tanpa alasan jelas, kemudian bertanya,”Dimanakah Dia? Mengapa Dia membiarkan semua (penderitaan) ini? Benarkah Dia mencintai orang-orang malang ini? Adakah Dia?” Namun dalam diri Bunda Teresa telah tertanam iman dan doktrin yang demikian dalam sehingga tidak mungkin untuk bersikap menggunggat seperti seorang humanis, sehingga terjadi konflik yang menimbulkan perasaan hampa dan kegelapan, dan satu-satunya penyelesaian adalah meneruskan apa yang telah dijalani.

Dengan kata lain, Bunda Teresa adalah hasil dari kekuatan agama yang demikian besar, yang mampu menggerakkan manusia untuk melakukan hal-hal paling baik, atau menyangkal seluruh rasionalitasnya dengan segala pengorbanan, atau melakukan hal-hal terburuk dengan alasan yang sulit diterima rasio.
Bagaimanapun, Bunda Teresa telah memberikan contoh dan penghiburan kepada orang-orang yang tidak beruntung. Ia adalah contoh bagaimana agama dapat membuat seseorang melakukan kebaikan yang tak terbayangkan, karena dimotivasi untuk menjadi orang suci, kekasih Tuhan.

Friday, November 02, 2007

The Making of the Fittest - DNA and Evolution



Judul : The Making of the Fittest –
DNA and the Ultimate Forensic Record of Evolution
Pengarang : Sean B. Carrol
Penerbit : W.W. Norton and Co., NY
Tahun : 2006
Tebal : 286 hal

Banyak orang pernah mendengar dan mungkin sedikit mengerti tentang DNA; bahwa test DNA dapat memberi banyak manfaat bagi keluarga atau penyelidikan kriminal, misalnya untuk memastikan ayah seorang anak, identitas jenazah yang rusak, pembunuh seseorang, hingga diagnosa penyakit genetik. Bahkan di AS, test DNA telah menyelamatkan banyak orang dari hukuman penjara/mati yang tidak seharusnya akibat salah hukum, karena test DNA lebih akurat daripada bukti sidik jari atau saksi mata.
Ironisnya, masih banyak masyarakat yang tidak dapat menerima bahkan menentang teori evolusi. Padahal, penemuan dan penelitian mengenai DNA justru semakin membuktikan kebenaran teori tersebut, sehingga sungguh aneh jika masyarakat bersedia menerima manfaatnya namun masih menentang evolusi.

Buku ini mencoba menjelaskan bukti-bukti tersebut, yang dapat diringkas sebagai berikut:
1. Semua makhluk hidup berasal dari satu leluhur sama, namun sejarah, perbedaan habitat dan perubahan lingkungan yang terjadi selama miliaran tahun menghasilkan beragam jenis makhluk hidup yang tampak sangat berbeda satu sama lain. Meskipun demikian, sejarah perkembangan setiap makhluk hidup individual dan spesies tercatat dalam DNA-nya. Dengan membandingkan DNA antar spesies, dapat diketahui:
a .keterkaitan antara satu spesies dengan lainnya dan kapan terjadi pemisahan
b. kapan sifat (trait) tertentu yang khas muncul dan bagaimana

2. Selama evolusinya, setiap spesies beradaptasi terhadap perubahan lingkungan di sekitarnya dengan cara melakukan:
a. penghapusan kode DNA yang tidak diperlukan lagi
b. membuat organ baru (invention) dengan memodifikasi organ yang ada
c. meningkatkan/menyempurnakan organ yang ada, antara lain dengan dengan menggandakan kode DNA yang ada.
3. Mekanisme di atas (2a) menghasilkan gen fosil, yaitu kode DNA yang dapat dilacak fungsi asalnya namun telah termutasi dan tidak dapat berfungsi lagi. Modifikasi dan penyempurnaan, yang dapat diketahui dari kenyataan bahwa kode DNA asli telah terdapat pada leluhur suatu spesies jutaan atau ratusan ribu tahun sebelumnya menunjukkan, bahwa organ dan sifat tidak dirancang secara khusus oleh perancang, tetapi merupakan adaptasi yang bersifat jangka pendek dan tidak terencana, karena banyak modifikasi yang menunjukkan bahwa jika dibuat secara terencana maka bekerjanya akan lebih efisien. Banyaknya bukti mengenai hal ini sekaligus menegaskan: gagasan bahwa setiap spesies dirancang dari awal dengan suatu maksud/tujuan (intent) adalah tidak benar.

4. Seleksi alam menjaga suatu sifat, fungsi organ atau bentuk tertentu tetap dimiliki suatu spesies. Jika seleksi alam tidak ada atau menurun karena perubahan habitat atau pergeseran cara hidup spesies, maka kode DNA untuk sifat,fungsi atau bentuk tersebut akan menjadi gen fosil atau hilang sama sekali. Sesuatu yang tidak diperlukan lagi akan mengakibatkan akumulasi mutasi pada kode DNA-nya sehingga sifat atau kemampuan tersebut tidak dapat kembali lagi meskipun kemudian perubahan lingkungan membuat spesies tersebut memerlukan trait/fungsi tersebut kembali. Prinsipnya adalah: lose it or use it. Hal ini mungkin menerangkan mengapa tingkat kepunahan makhuk hidup sangat tinggi: evolusi berjalan satu arah, adaptasi memerlukan waktu panjang, sehingga jika terjadi perubahan lingkungan yang sangat cepat dan makhluk hidup tersebut tidak dapat beradaptasi dengan cepat, ia akan punah.

5. Evolusi bekerja secara berulang. Spesies yang menghadapi masalah dan perubahan lingkungan yang sama, meskipun berada di tempat atau waktu berbeda, akan melakukan adaptasi atau modifikasi pada DNA-nya dengan cara yang mirip atau sama. Hal ini termasuk meakukan perubahan teks DNA pada posisi yang sama, dengan huruf/teks yang sama.

6. Contoh nyata fosilisasi, penghapusan, modifikasi dan inovasi adalah pada icefish, yang hidup di laut Antartika. Leluhur icefish (sejak 500 juta tahun lalu) seperti ikan lainnya, yaitu memiliki sel darah merah, namun icefish sama sekali tidak memiliki sel darah merah, sehingga darahnya bening. Semua makhluk lain akan mati tanpa sel darah merah. Penelitian terhadap DNA menunjukkan bahwa 2 gen yang normalnya berisi kode DNA untuk globin (bagian dari hemoglobin) punah: 1 gen masih ada tapi tak berfungsi, sehingga menjadi fosil gen, 1 gen lainnya terkikis sama sekali. Hal yang mendorong terjadinya perubahan dramatis ini adalah : keperluan dan kesempatan (necessity dan opportunity). Perubahan jangka panjang dalam suhu dan arus laut selama 55 juta tahun menurunkan suhu dari 68 ke 30 derajat F dan terisolasinya Antartika sejak 34 juta tahun lalu, membatasi migrasi populasi ikan, sehingga mereka harus beradaptasi pada perubahan atau punah. Sebagian besar punah, namun satu grup, yaitu icefish (200 spesies) memanfaatkan perubahan ekosistem. Selain perubahan di atas, icefsih juga melakukan modifikasi dengan memiliki insang besar dan kulit scaleless berpori besar, sehingga meningkatkan penyerapan oksigen. Sedangkan inovasinya adalah pembentukan protein antibeku.
Adaptasi pada icefish menunjukkan bahwa sifat/bentuk yang dimilikinya bukanlah rancangan instant atau satu jalan proses progresif, melainkan serangkaian langkah yang terdiri dari : penemuan kode (DNA) baru, pemusnahan kode lama dan modifikasi lebih lanjut dari yang ada -> menegaskan prinsip evolusi, yaitu seleksi alam dan pelanjutan keturunan dengan modifikasi.

7. Penolakan terhadap teori evolusi terutama bukan disebabkan oleh alasan ilmiah, seperti kurangnya bukti atau lemahnya teori, namun lebih disebabkan karena alasan ideologi (misalnya komunis atau fundamentalis kanan) dan karena manusia tidak mampu membayangkan adanya waktu yang jauh melebihi usianya sendiri. Namun menolak teori ini akan mengakibatkan manusia tidak dapat mengerti cara bekerjanya alam, sehingga dapat mengakibatkan kehancuran yang lebih besar bagi bumi, yang pada akhirnya akan menghancurkan manusia sendiri. Contohnya: pengetahuan mengenai icefish dapat memprediksi bahwa pemanasan gobal akan berarti kepunahan mereka, karena icefish telah melepaskan semua kemampuan untuk hidup di iklim lebih hangat, kemampuan/sifat yang hilang tak dapat dimiliki kembali, dan adaptasi memerlukan waktu jutaan tahun. Hal ini dapat berlaku untuk semua jenis binatang.

Uraian dan contoh bukti-bukti terinci dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. MATEMATIKA Evolusi
Kekuatan seleksi alam dapat dianalogikan dengan perhitungan bunga, yaitu akumulasi dari jumlah kecil, jika bertahun-tahun dapat menjadi besar. Suku bunga dapat dianalogikan dengan koefisien seleksi. Koefisien seleksi ialah perbedaan dalam sukses reproduksi relatif dan survival antara individual yang memiliki suatu sifat (trait) dengan yang tidak. Contoh: jika individu dengan sifat tertentu memperoleh keuntungan sehingga dapat menghasilkan 101 keturunan dan individu yang tidak memiliki sifat tertentu hanya menghasilkan 100 keturunan, maka koefisien seleksi adalah positif 1%, dan sebaliknya. Jika hal ini terjadi selama puluhan, ratusan atau ribuan tahun, maka pemilik sifat tadi akan terakumulasi sehingga trait tersebut dapat dimiliki oleh sebagian besar (misanya 90%) populasi. Sebagai contoh adalah moth berwarna gelap, yang memiliki koefisien negatif 0,20%. Selama 50 tahun terakhir populasi moth warna gelap menurun dari 90% menjadi kurang 10% dari seluruh populasi, karena membaiknya kondisi lingkungan daerah industri di Inggris.

2. SELEKSI ALAM MENOLAK PERUBAHAN MERUGIKAN
Survival dari gen individual melalui periode geologi yang panjang menunjukkan:
a. kekuatan penjagaan dari seleksi alam
b. kunci evolusi kehidupan leluhur kuno
c. adanya gen abadi (immortal), yaitu gen yang telah ada sejak leluhur awal, yang dapat menujukkan derajat keterkaitan antar jenis makhluk hidup.
Selama miliaran tahun gen menghadapi mutasi, yang dapat mengubahnya ke arah merugikan. Namun seleksi alam menjaga gen dari perubahan yang merugikan dengan cara redundansi kode genetik. Yaitu sekuens kode asam amino dapat berbeda tetapi asam amino yang dihasilkan tetap sama. Contoh: sekuens DNA asli untuk menghasilkan asam amino leucine adalah TTA, namun mutasinya, yaitu TTG dan CTA, serta mutasi gandanya CTT dan CTC, tetap menghasilkan leucine. Perubahan yang tidak mengubah arti triplet ini disebut sinonim, yang mengubah arti disebut nonsinonim. Tanpa seleksi alam, maka rasio perubahan sinonim dengan nonsinonim adalah 1:3. Penjagaan seleksi alam tersebut memungkinkan adanya gen immortal.
Ditemukannya gen imortal pada manusia dan archaea yang berumur 3 miliar tahun menunjukkan keterkaitan leluhur manusia dengan archaea.

3. GEN BARU MODIFIKASI LAMA
Kemampuan melihat dan membedakan warna merupakan hasil modifikasi atas gen opsin, yang dapat dilihat buktinya pada monyet dan primata, ikan laut dalam, dan burung, sebagai upaya adaptasi terhadap habitat dan gaya hidup yang berbeda.
Warna dapat kita lihat karena satu set molekul dalam retina mendeteksi cahaya, kemudian disampaikan ke otak, tetapi warna yang dapat dideteksi setiap spesies berbeda. Cahaya putih adalah campuran warna dari ungu,biru,kuning,jingga,hijau dan merah, dengan panjang gelombang berbeda, dari 400 nanometer (nm) (ungu) ke 700 nm (merah). Warna suatu obyek adalah panjang gelombang cahaya yang diserap atau dipantulkan, dan hal ini tergantung molekulnya. Contohnya: rumput berwarna hijau karena ia menyerap semua panjang gelombang cahaya kecuali hijau; cahaya hijau dipantulkan. Cahaya matahari yang tidak dapat kita lihat ialah yang mengandung panjang gelombang lebih pendek (krg dr 400nm),ikan laut dalam hanya warna kebiruan (s.d. 485 nm), dan sebagian besar mamalia hanya sampai dengan warna hijau (520 nm). Mengapa? Karena susunan protein pigmen visual yang terdapat pada retina setiap spesies berbeda-beda. Pigmen visual ini terbuat dari protein opsin dan molekul kecil yang disebut chromophore. Sensitivitas cahaya dari pigmen visual ditentukan oleh sekuens tertentu dari protein opsin dan bagaimana chromophore berinteraksi dengannya. Manusia memiliki 3 pigmen visual berbeda, yang sensitif atas gelombang cahaya pendek, sedang dan panjang, yaitu opsin SWS (417 nm), MWS (530 nm) dan LWS (560 nm, merah). Pigmen keempat, rhodopsin (497 nm), digunakan untuk melihat dalam gelap atau cahaya redup. Makhluk yang dapat melihat ketiga gelombang chromophorenya disebut trichromatric. Setiap opsin disandi (encode) oleh gen terpisah. Ketiga gen opsin manusia juga terdapat pada primata lainnya, namun sebagian besar mamalia hanya memiliki dua gen opsin, atau dichromatic. Selain itu, pada mata terdapat dua jenis reseptor, yaitu cone (kerucut) dan rod. Cone dapat melihat warna, sedang rod tidak dapat membedakan panjang gelombang, sehingga tidak dapat membedakan warna dan digunakan untuk malam hari.
a.
Primata
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa burung dan ikan, yang leluhurnya muncul lebih dulu dari primata, memiliki 4 s.d. 5 gen opsin, namun mengapa mamalia pada umumnya hanya memiliki 2 gen opsin dan primata 3 gen opsin? Hal ini berarti terdapat gen opsin yang hilang pada mamalia dan primata. Dilihat dari sejarahnya, hal tersebut karena mamalia sempat menjadi nocturnal (binatang yang aktif pada malam hari), yaitu pada masa dinosaurus menguasai bumi, sehingga tidak terlalu memerlukan melihat warna. Kemudian, setelah leluhur mamalia dan primata berpisah, satu gen opsin muncul kembali pada primata. Namun mengapa 3 gen opsin didukung oleh seleksi alam? Dari penelitian terhadap monyet colobus dan simpanse di Uganda, lemur di Madagaskar dan monyet laba-laba di Costarica, kemampuan melihat warna merah diperlukan untuk mendapatkan makanan yang lebih baik, karena di hutan, daun muda yang tinggi nutrisinya dan lebih lembut berwarna merah, dan buah tidak selalu tersedia dengan cukup. Betapa seleksi alam mendukung hal ini dapat dilihat dari rendahnya tingkat buta warna pada monyet macaque (<1%).>

. b.Ikan laut dalam
Pada laut yang dalam, tidak banyak cahaya yang masuk dan hanya cahaya kebiruan yang tersedia. Adaptasi terhadap hal ini mengakibatkan rhodopsin dari ikan laut dalam dan lumba-lumba bergeser ke warna biru, dengan menyesuaikan ke 10 s.d. 20 nm ke akhir spektrum cahaya biru. Caranya dengan melakukan penggantian asam amino di satu spesies dengan asam amino yang lain.
c. Burung
Untuk dapat melihat kisaran warna ultraviolet, burung melakukan modifikasi dengan mengubah satu asam amino pada opsin SWS. Pada posisi 90, dengan asam amino serine dapat dilihat kisaran warna violet, namun jika pada posisi tersebut diganti dengan asam amino cystline, burung dapat melihat warna ultraviolet, dan sebaliknya. Dengan demikian tampak bahwa à satu langkah sederhana perubahan tunggal saja dapat mengubah fungsi opsin SWS.
Pada burung, modifikasi ini diperlukan untuk
· Seleksi seksual, misalnya pada starling, pemilihan pasangan oleh betina bergantung pada daya tarik warna bulu, yang hanya dapat dilihat dengan warna ultraviolet.
· Alat bagi induk burung untuk mengetahui sarang anaknya pada malam hari dari warna ultraviolet pada paruh anak.
· Membantu memburu mangsa, karena burung blue tits menggunakan penglihatan ultraviolet untuk mendeteksi ulat bulu yang tersamarkan jika dilihat dengan penglihatan biasa.
Kemampuan melihat ultraviolet juga terdapat pada ikan, amfibi, reptile dan kelelawar untuk berbagai keperluan, sehingga: satu inovasi dapat menciptakan kesempatan untuk mengembangkan berbagai inovasi tambahan.

4. GEN FOSIL
Gen dapat terfosilisasi atau hilang seluruhnya jika tidak diperlukan lagi oleh lingkungan (adanya relaksasi seleksi alam), sebagaimana terjadi pada icefish, ikan purba coelacanth, lumba-lumba, bunga yang berwarna-warni, ragi, bakteri pathogen, dan manusia. Hal ini dapat terlihat dari rusaknya teks gen fosil, sehingga kode genetiknya berantakan (decayed) dan terkikis seiring berjalannya waktu.
a. Coelacanth
Leluhur ikan purba coelacanth, memiliki gen opsin MWS dan LWS, namun coelacanth tidak memilikinya dan hanya memiliki rhodopsin untuk melihat dalam cahaya suram serta 1 gen opsin SWS yang telah mengalami banyak kekacauan dalam teksnya. Misalnya pada posisi 200-202 kode DNA tikus dan spesies lain basenya CGA, pada coelacanth TGA. Triplet ini merupakan tanda berhenti yang berfungsi untuk melenyapkan translasi dari sisa teks opsin SWS, yang berarti melenyapkan kemampuan coelacanth untuk membuat protein opsin SWS yang fungsional. Banyaknya kekacauan pada kode opsin SWS menunjukkan bahwa gen tersebut telah menjadi fosil, karena tidak dapat berfungsi lagi. Gen tersebut berfungsi pada leluhurnya, namun tidak lagi pada coelacanth saat ini. Karena tak berfungsi, maka akan terus mengakumulasi mutasi dan penghapusan tambahan sehingga pengikisan akan terus berlanjut sampai akhirnya akan terhapus dari DNA selamanya, sebagaimana opsin MWS dan LWS yang telah terhapus.
Paus dan lumba-lumba juga memiliki fosil SWS. Mengapa? Karena seluruh binatang tersebut benar-benar hidup di dalam laut sehingga tidak memerlukan penglihatan berwarna. Jika opsin tersebut tidak lagi dibutuhkan, maka seleksi alam akan direlaksasi, dan jika terjadi relaksasi, tidak ada mekanisme untuk menyingkirkan mutasi gen yang mengganggu fungsinya semula.
b. Binatang Nocturnal (Malam)
Satu-satunya primate nocturnal adalah monyet owl, yang juga memiliki fosil opsin SWS. Sedangkan diurnal monyet owl (aktif di siang hari) memiliki opsin SWS utuh.
Promisians, primate primitif yang terdiri dari lemur, tarsier, bush babies, lorises, juga memiliki gen fosil opsin SWS, terlihat dari adanya sepotong kode yang hilang di dekat awal gen yang menghilangkan kemampuan membuat opsin.
d. Tikus mondok
Tikus mondok yang hidup di bawah tanah memiliki gen opsin MWS dan LWS untuk mendeteksi cahaya guna menjalankan jam biologis, namun gen opsin SWSnya menjadi fosil dan matanya sangat kecil. Catatan fosil menunjukkan bahwa binatang ini berkembang dari leluhur yang hidup di atas tanah dan memiliki mata normal. Perubahan gaya hidup membuat banyak perubahan pada anatomi dan fisiologi.
e. Manusia
Gen pencium merupakan gen terbesar dalam genom mamalia, tampak dari adanya 1400 gen ini dalam 25.000 genom tikus. Gen ini berfungsi untuk mendeteksi bau/aroma yang berbeda; bagaimana aroma tersebut dirasakan tergantung dari reseptor yang mendeteksinya. Dibandingkan dengan tikus, maka setengah dari seluruh gen pencium manusia terfosilisasi. Hal ini tampak pada reseptor yang disandi gen V1R: tikus memiliki 160 reseptor fungsional, manusia hanya 5 reseptor. Mengapa? Manusia tidak lagi bergantung pada penciuman sebagaimana leluhurnya, hal ini berkaitan dengan evolusi pada penglihatan. Evolusi trichromatic vision memungkinkan primata untuk mendeteksi makanan, pasangan dan bahaya secara visual, sehingga mengurangi ketergantungan pada indra penciuman. Relaksasi pada gen pencium membuat kode gen tak beraturan. Hal ini diikuti perubahan fisikal, terlihat dari mengecilnya organ vomeronasal – yang digunakan untuk mendeteksi pheromones/aroma - pada manusia dan primata, dibandingkan dengan vertebrata darat lainnya.
Gen fosil lainnya adalah MYH16, dimana ada 2 penghapusan base dalam kode MYH16, sementara pada simpanse, gorilla, orangutan dan macaque gen ini utuh. Protein MYH16 dibuat dalam subset otot, yang terlibat dalam pergerakan rahang besar pada kera untuk mengunyah. Pada manusia, region temporalis dan otot telah sangat berkurang dibandingkan ketiga primata di atas.
e. Ragi roti
Semua spesies ragi roti dapat menggunakan galaktosa menjadi bentuk glukosa melalui serangkaian langkah pengenziman, dengan 4 enzim berbeda, yang disandi 4 gen berbeda, serta 3 protein lain, sehingga ada 7 gen untuk melakukannya. Namun satu spesies, yaitu S. kudriavzevlii tidak dapat melakukannya, karena tidak seperti ragi lainnya yang hidup di tempat yang kaya gula, spesies ini hidup di daun yang membusuk. Berdasarkan penelitian, setiap gen untuk mengubah galaktosa sudah tidak ada – ada bermacam potongan kode yang hilang dan memusnahkan kesatuan teksnya.
f. Bakteri lepra
Gen dari mikroba penyebab penyakit lepra, Mycrobacterium leprae mengandung 1600 gen fungsional dan 1100 gen fosil. Sementara itu, keluarga dekatnya, M. tuberculosis memiliki 4000 gen utuh dan hanya 6 fosil gen. Mengapa terjadi perbedaan begitu besar?
Hal ini disebabkan perbedaan gaya hidup. M. leprae hanya dapat hidup di dalam sel hostnya (tuan rumah/ makhluk yang didiaminya). Ia tinggal di dalam sel macrophages dan menginfeksi sel dari system syaraf peripheral. Hidup di dalam sel host membuat M. leprae mengandalkan banyak proses metabolisme pada hostnya, sehingga merelaksasi seleksi pada pemeliharaan banyak gen M. leprae. Peningkatan kekacauan gen (fosilisasi) seperti ini juga terjadi pada parasit dan pathogen intraselular lainnya.

Contoh-contoh di atas menunjukkan:
· Fosilisasi dan hilangnya gen menimbulkan batasan pada arah masa depan evolusi dalam garis keturunan selanjutnya.
· Pengawasan oleh seleksi alam hanya bertindak pada saat ini – ia tidak dapat merencana masa depan.
· Jika kondisi berubah, bahkan dalam jangka panjang, spesies yang telah kehilangan gen tertentu tidak akan memiliki gen yang tersedia untuk beradaptasi dengan kondisi baru.
· Fosilisasi membuktikan bahwa pembuatan spesies tidak ada rancangan atau tujuan. Contohnya pada bakteri leprosy, tidak ada bukti bahwa bakteri tersebut dirancang sedemikian, tapi organisme ini adalah versi Mycrobacterium yang dilucuti, yang masih membawa lebih dari 1000 gen tak berguna, berantakan, bekas leluhurnya. Manusia juga masih membawa bekas genetik dari sistem penciuman yang dulu lebih kuat dari saat ini.

5. SELEKSI ALAM PADA MANUSIA
Gen manusia menunjukkan: perlombaan terus menerus dengan penyakit, adanya seleksi alam, dan bekerjanya seleksi alam dengan material yang tersedia (bukan dengan penyelesaian terbaik). Bukti-bukti ini meniadakan keyakinan kita akan adanya kemajuan dan rancangan, dan menegaskan bahwa keperluan akan suatu manfaat tertentu harus diperoleh dengan suatu biaya, bahkan jika biaya tersebut cukup besar.
a. Perbedaan warna kulit.
Terdapat korelasi antara tingkat radiasi ultraviolet pada lokasi berbeda di dunia dengan bervariasinya pigmen kulit. Pigmen (melanin) adalah tabir surya alami yang efisien dalam menyerap radiasi ultraviolet, yang dapat menyebabkan kerusakan pada sel. Komponen utama pembentukan melanin adalah Melanocortin-1 receptor (MC1R), reseptor sama yang terdapat pada bulu dan warna kulit. Produksi melanin dikendalikan oleh hormone yang dibuat di suatu bagian kelenjar pitutary, αMSH, yang mengikat reseptor MCiR dan menstimulasi pembentukan melanin.
Pada orang Eropa yang berambut merah, terdapat mutasi MC1R yang menyebabkan penggantian satu asam amino dengan asam amino lainnya, sedang pada populasi Eropa dan Asia terdapat minimum 13 variasi berbeda dari gen MC1R, 10 diantaranya mengubah protein MC1R dan 3 tidak (sinonim substitusi). Pada populasi Afrika, ada 5 varian gen MC1R, semua sinonim dan tidak ada varian pada protein MC1R. Perbedaan rasio dari nonsinonim dan sinonim pada non Afrika (10:3) dan Afrika (3:10) sangat signifikan sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa seleksi alam telah mencegah terjadinya perubahan protein MC1R pada orang Afrika karena hidup di wilayah tersebut memerlukan produksi melanin yang tinggi untuk melindungi dari radiasi matahari dan ultraviolet yang tinggi.
b. Sickle cell (sel bentuk sabit)
Memiliki 2 mutasi sel darah merah berbentuk sabit (sickle cell) berdampak merugikan, namun mereka yang memiliki 1 mutasi relatif resisten terhadap infeksi malaria. Mereka ini tinggal di daerah malaria dan sekitarnya.
Mutasi sickle cell disebabkan perubahan tunggal dalam triplet ke enam dari gen (dari GAG ke GAT). Mutasi ini muncul ada 5 waktu berbeda, yaitu di Bantu, benin, Senegal, Kamerun dan India.
c. Mutasi enzim GGPD
Mutasi enzim GGPD mengakibatkan defisiensi, yang terjadi pada 400 juta orang. Namun mereka dengan defisiensi ini memiliki muatan parasit malaria yang lebih rendah, yang mengurangi risiko terjangkit malaria akut sebesar 46 – 58%.
Mutasi gen GGPD baru muncul pada masa sekitar 3200-7700 tahun terakhir. Masa ini bersamaan dengan masa munculnya pertanian, yang menimbulkan kemungkinan bahwa efek malaria pada evolusi adalah relatif baru. Ketika manusia membuka hutan untuk pertanian, hal itu meningkatkan kolam/genangan air tempat nyamuk berkembang biak. Meningkatnya jumlah nyamuk, kepadatan populasi manusia termauk pemukinan, mungkin menyebabkan malaria dan membentuk perlombaan evolusioner antara parasit, nyamuk dan manusia. Pengobatan malaria yang selalu menimbulkan resistensi pada obat-obat tersebut dengan mutasi gen menunjukkan adanya lingkaran berulang, sehingga digunakan kombinasi beberapa obat.
d. Mutasi protein Duffy
Selain itu, terdapat mutasi yang menghilangkan protein Duffy, yaitu tempat parasit memasuki sel darah merah, yang terjadi pada seluruh populasi (100%) Afrika, namun tidak terdapat di Asia/Kaukasia.

6. EVO DEVO dan Pembuatan serta Evolusi Kompleksitas
Bagaimana terbentuknya spesies dan evolusi feature kompleks di atas level spesies (makroevolusi)?
(1) Kesamaan Prinsip
Penemuan mengenai gen pembentuk mata Pax-6 menunjukkan bahwa terdapat kesamaan prinsip dalam pembuatan mata pada semua makhuk hidup, terlihat dari miripnya sekuens protein pembentuk Pax-6 antara lalat buah, tikus dan manusia, dan kesamaan antara tikus dan manusia. Berdasarkan penelitian, hal ini karena adanya hubungan dan kesamaan prinsip, terlihat dari:
a. Pax-6 tikus dan lalat dapat saling bertukar dalam pengembangan mata lalat.
Pengaktifan Pax-6 lalat di tempat-tempat lain (kaki dll) dapat menumbuhkan selaput mata, gen Pax-6 tikus dapat menumbuhkan selaput mata lalat.
b. Pax-6 yang diisolasi dari dari cumi, cacing pita dapat digunakan untuk pengembangan mata binatang tersebut.
Hal di atas menunjukkan: gen tersebut selain memiliki kesamaan sekuens juga kesamaan kemampuan, dan leluhur dari binatang-binatang tersebut menggunakan Pax-6 untuk pengembangan mata yang sangat primitif, dan keturunan leluhur ini mengembangkan mata yang lebih kompeks berdasarkan fondasi ini.
Fondasi dan bahan yang tersedia untuk ini adalah:
· Sel pendeteksi cahaya
· Sel pigmen yang mengatur angle cahaya yang mencapai sel fotoreseptor
Mata tersebut juga dibangun dengan menggunakan bahan lain, yaitu protein opsin.
Sebagaimana fotoreseptor adalah jenis sel purba, demikian pula jenis sel-sel yang membentuk banyak selaput dan organ lain. Penemuan evo devo menunjukkan bahwa pembangunan hati, otot, system syaraf, pencernaan dan anggota tubuh segala jenis binatang juga berdasarkan alat genetik (tool-kit) dan gen pembentuk organ yang mirip, yaitu tool kit purba dan telah terdapat juga pada leluhur awal (common ancestor) sebeum berkembangnya sebagian besar binatang.

(2) Keanekaragaman
Keanekaragaman makhluk hidup dapat dihasilkan dari penggunaan gen pembentukan tubuh yang mirip dengan cara berbeda. Mutasi tool kit fisiologi, seperti opsin, reseptor, dapat mempengaruhi berfungsinya organ, misalnya mempengaruhi kemampuan melihat. Oleh karena itu evolusi bentuk cenderung dengan mengubah cara penggunaan tool kit protein daripada mengubah tool kit protein itu sendiri, sebab tool kit pembentuk umumnya mengatur pembentukan beberapa bagian tubuh, sehingga jika terjadi mutasi pada satu bagian (misalnya mata) dapat menghilangkan mata seluruhnya atau mempengaruhi bagian tubuh lain.
Contoh perubahan cara penggunaan tool kit adalah perubahan bentuk pelvic pada ikan dan anggota badan pada mamalia. Perubahan gen Pitxl pada ikan stickleback di danau Amerika memperkecil tulang pelvic ikan di dasar danau, yang didorong oleh seleksi alam karena pelvic yang panjang merugikan, sebab larva dragonfly memangsa ikan stickleback muda dengan cara menangkap/grab spine mereka.
Pengecilan ukuran tulang pelvic dilakukan dengan pengaturan aktivasi dan non aktivasi switch yang terdapat pada sekuens DNA yang dapat diatur. Switch menentukan kapan dan dimana setiap gen digunakan atau tidak digunakan dengan cara mengaktifkan dan menonaktifkan sekuens tertentu. Jadi dengan sekuens yang sama namun penempatan pengaktifan dan penonaktifan switch yang berbeda saja, dapat dihasilkan variasi warna bulu, motif atau bentuk anggota tubuh sehingga menghasilkan keanekaragaman tak terbatas.

Uraian terinci mengenai pembentukan keanekaragaman dengan pengaturan switch terdapat dalam buku penulis sebelumnya Endless Forms Most Beautiful: The New Science of Evo Devo, finalis 2005 Los Angeles Times Book Prize.
Penulis buku ini, S.B. Carrol (46 tahun) adalah investigator pada Institut Medis Howard Hughes dan professor genetika di Univ. of Wisconsin, merupakan salah satu biologist terkemuka saat ini dan salah satu pendiri ilmu baru evolutionary developmental (evo devo) biology.

The Making of the Fittest merupakan buku terbaru yang terbaik mengenai evolusi, yang diuraikan dengan susunan dan bahasa Inggris yang relatif mudah dibandingkan buku sejenis, namun dengan lebih banyak informasi termutakhir.

Monday, October 22, 2007

An Illusion of Harmony



Judul : An Illusion of Harmony: Science and Religion in Islam
Pengarang : Taner Edis
Penerbit : Prometheus Books, NY
Tahun : 2007
Tebal : 251 hal

Buku ini hendak menjawab pertanyaan: mengapa setelah lebih dari seratus tahun, umat Islam tetap tidak mampu mengejar ketinggalannya dalam sains dengan bangsa Barat? Bukankah umat Islam selalu mengumandangkan hadis yang mendorong agar menuntut ilmu, bahkan hingga ke negeri Cina, dan umat Islam juga selalu mengenang kejayaan ilmuwan Islam pada zaman pertengahan (abad kegelapan di Eropa)? Apakah sebabnya hanya karena negara-negara Islam saat ini pada umumnya miskin dan korup, sehingga tidak memiliki dana untuk mengembangkan ilmu? Tapi mengapa di negara kaya – seperti Arab – sains juga tidak berkembang?
Penulis, fisikawan berdarah Turki-Amerika yang dibesarkan di Turki dan kini mengajar di universitas di Amerika, mencoba menguraikan permasalahan di atas terutama berdasarkan kondisi di Turki, yang cukup baik diketahuinya. Meskipun demikian, pembahasannya relevan untuk negara-negara mayoritas Islam lainnya, termasuk Indonesia. Turki adalah negara berkembang yang relatif miskin, korup, berusaha untuk sekuler namun kini mengalami kebangkitan agama, suatu kondisi yang tidak beda jauh dengan Indonesia atau negara Islam lainnya.
Menurut Taner Edis, anggapan umat Islam bahwa kejayaan ilmuwan Islam seperti zaman pertengahan dulu akan dapat dicapai adalah tidak relevan, karena sains di zaman tersebut sangat berbeda sifatnya dengan sains modern, sehingga apabila dibandingkan, hampir tidak ada yang tersisa dari “sains” di zaman tersebut. Sains modern sangat bersifat empiris, eksperimental, dan memerlukan peralatan yang mahal, disamping itu untuk melakukannya harus berada dalam kerangka teori yang mendasarinya. Hal ini tidak ada dalam zaman pertengahan dulu. Sayangnya, kerangka teori yang mendasari ilmu murni sebagian besar tidak dapat diterima oleh umat Isam, karena dianggap tidak sesuai dengan agama (Qur’an dan hadits). Sains modern berusaha menjelaskan segala sesuatu berdasarkan sebab alami, bersifat materialis dan reduksionis, sementara negara Islam selalu memberi batasan bahwa sains harus menunjukkan bahwa segala sesuatu adalah rancangan dan pemeliharaan Tuhan. Tidak heran bahwa aliran creationism dan intelligent design mendapat dukungan besar. Namun sebagai akibatnya, umat Islam tidak pernah melakukan penelitian ilmu-ilmu murni – seperti biologi, fisika, neuroscience – dan hanya bersedia mempelajari ilmu-ilmu terapan, misalnya teknik dan kedokteran. Selama hal ini terjadi, maka umat Islam akan harus mengimpor teknologi, karena tidak mengembangkan sendiri ilmu murninya.
Penulis mengambil contoh, bahwa teori evolusi tidak dapat diterima oleh umat Islam, padahal teori ini telah menjadi dasar untuk banyak ilmu-ilmu lain, tidak hanya terbatas pada biologi, sehingga mengabaikannya akan berakibat cukup fatal untuk mengembangkan sains. Demikian pula penelitian neuroscience dll untuk menyelidiki mengapa seseorang beragama tidak akan mungkin dilakukan di negara Islam, karena dianggap sudah seharusnya. Hal ini karena negara selalu membatasi sains yang dapat dilaksanakan oleh ilmuwan, dan karena negara Islam lebih bersifat komunal, maka ilmuwannya pun pada umumnya religius dan mendukung pembatasan yang diberikan. Mereka berusaha mencari sesuatu yang khas Islam, tapi selalu akhirnya kembali kepada doktrin tradisional yang penuh pembatasan. Hal ini berbeda dengan di negara Barat, dimana kaum beragama terdiri dari kaum konservatif dan liberal. Adanya penganut agama yang liberal memungkinkan pemisahan antara agama dan sains, sehingga tidak ada pembatasan terhadap penelitian yang dapat dilakukan, dan ilmuwan dapat berpikir merdeka tanpa harus mendukung agama tertentu. Oleh karena itu penulis menyarankan, jika umat Islam ingin memajukan sains, maka tumbuhkanlah kaum liberal di negara Islam agar ilmuwan memperoleh kebebasan. Namun jika umat Islam merasa harga yang harus dibayar untuk itu terlalu mahal dan tetap ingin mempertahankan komunalisme dan konservatisme, maka jangan berharap terlalu banyak untuk dapat mengembangkan ilmu murni, sehingga mungkin selamanya harus bergantung ke Barat, karena teknologi saja tidak dapat berkembang tanpa didukung ilmu-ilmu murni, dan ilmu-ilmu murni tak dapat dikembangkan tanpa kerangka teoritis - yang umat Islam tidak bersedia menerimanya.
Tampaknya analisis Taner Edis benar adanya, karena selama ini saya belum pernah melihat ilmuwan Indonesia yang tidak religius, bahkan ada biologist dan fisikawan yang menentang teori evolusi, dan buku-buku Harun Yahya bertebaran dimana-mana dan dipuji-puji di internet. Sementara buku penyeimbangnya... hanya satu dua dan tidak jelas ada di toko mana.

Friday, October 19, 2007

Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur



Judul : Tuhan, Izinkan Aku Menjadi Pelacur - Memoar Luka Seorang Muslimah
Pengarang : Muhidin M. Dahlan
Penerbit : ScriPta Manent
Tahun : 2007 (Cet. 11)
Tebal : 261 hal


Novel ini mengisahkan seorang mahasiswi alim dan cerdas bernama Kirani, yang kemudian tertarik dan masuk menjadi anggota Jemaah, yaitu suatu organisasi rahasia yang bertujuan menegakkan syariat Islam dengan mendirikan negara Islam di Indonesia.

Setelah menjadi anggota Jemaah, mula-mula Kirani bersemangat melakukan dakwah dan menyumbangkan dana secara teratur dalam jumlah cukup besar, sampai ia berani mengajak keluarga dan teman-teman sekampungnya untuk mengikuti jejaknya. Namun tindakannya ternyata diketahui oleh aparat keamanan yang kemudian memburunya, sehingga ia dibenci oleh orang sekampungnya dan harus bersembunyi di sebuah tempat kos selama beberapa bulan. Meskipun demikian, Kirani harus menghadapi kekecewaan yang semakin besar, karena ternyata anggota Jemaah lainnya tidak melakukan dakwah sebagaimana dirinya dan hanya bersantai. Sementara itu sebagai gadis yang cerdas dan bersemangat juang, upayanya untuk membahas strategi perjuangan, mengetahui luasnya jaringan dan arah serta kondisi organisasi selalu kandas karena ternyata tidak seorangpun diantara rekan-rekan anggota jemaah yang tinggal bersamanya atau dikenalnya mengetahui hal tersebut, bahkan mereka tidak berusaha untuk mengetahuinya serta menegurnya jika ia teralu banyak bertanya.

Setelah tiga tahun, keadaan di atas membuatnya frustrasi. Kirani merasa imannya, perjuangannya, pengorbanannya selama ini tidak dihargai dengan sepantasnya. Ia merasa berdosa kepada keluarganya karena selama ini – sesuai anjuran Jemaah – telah memberikan banyak dana yang seharusnya untuk hal lain kepada Jemaah. Ia telah dibenci orang sekampungnya karena mengajak mereka masuk Jemaah. Namun ia tetap tidak boleh mengetahui apapun tentang organisasi tersebut dan hanya diminta menjadi anggota dan menunggu serta menunggu tanpa berbuat apa-apa. Hal ini membuatnya merasa sia-sia menjadi anggota Jemaah, sehingga pada suatu hari, bersama dengan tiga orang sahabatnya anggota Jemaah, mereka melarikan diri. Setelah melarikan diri inilah Kirani kemudian mengalami kekecewaan yang sangat, sehingga ia berontak, dengan menolak semua hal yang dulu diperjuangkannya di Jemaah. Sebaliknya, kini ia mempertanyakan kembali semuanya: agama, Tuhan, standar moralitas yang diterima masyarakat sekelilingnya, dan status perempuan.
Pemberontakan Kirani yang menjadi pelacur mengingatkan pada novel Nawal El Sadaawi, Perempuan di Titik Nol. Namun dalam novel Sadaawi, pemberontakan tersebut terutama disebabkan kondisi masyarakat patriarki – dengan didukung oleh agama - yang terus-menerus menghinakan dan menindas tokoh perempuan di dalamnya. Meskipun demikian, dari profesi tersebut kesimpulan keduanya sama: masyarakat patriarki yang tampaknya religius sebenarnya penuh kemunafikan, dan korbannya adalah perempuan. Dengan demikian novel ini juga menyuarakan feminisme.
Hal yang menarik bagi saya adalah gambaran mengenai Jemaah. Kisah ini dapat mengingatkan kita untuk waspada, karena gerakan ini mungkin saja ada di sekitar kita namun kita tidak menyadarinya, karena saya pernah juga membaca tentang pengakuan seorang mantan anggota gerakan semacam ini, yang kemudian tersadar setelah membaca buku tulisan Nawal El Sadaawi dan kemudian beralih haluan menjadi feminis. Sama seperti digambarkan dalam novel ini, gerakan tersebut seperti sel-sel, anggota tidak mengetahui apa-apa tentang jaringan organisasi, strategi serta pemimpinnya, dan jika anggota tersebut keluar, segalanya terputus. Namun tidak masalah, karena anggota biasa tidak mengetahui apapun.

Selain gambaran mengenai Jemaah, bagian yang menarik adalah ketika Kirani telah memberontak dan kemudian mempertanyakan hal-hal yang selama ini diterimanya begitu saja. Kirani kemudian mempertanyakan, untuk apa Tuhan menciptakan manusia? Mengapa Tuhan membuat ciptaanNya menderita? Mengapa Tuhan menciptakan manusia untuk saling bermusuhan karena itu merupakan kekejaman? Untuk apa manusia beribadah jika tidak tahu untuk apa ia diciptakan, untuk apa beribadah jika hanya karena takut, mengapa Tuhan senang menakuti manusia? Apa artinya orang-orang bertitel dan terpandang yang tak pernah berpikir dan melakukan pencarian makna hidup dan hanya beribadah saja?
Pertanyaan-pertanyaan di atas menarik, karena itulah yang selalu ditanyakan oleh mereka yang berpikiran bebas; hanya mereka yang berpikiran bebas yang berani bertanya seperti itu, dan di Indonesia, jumlahnya tidak banyak, kalau bisa dibilang hampir tidak ada. Mengapa? Karena setiap orang wajib beragama, dan jawaban semua itu ada di agama. Sehingga menanyakan hal-hal di atas akan dianggap tidak beragama. Tapi sebenarnya pertanyaan-pertanyaan di atas adalah ungkapan seseorang yang jujur dan rasional. Tidak harus merupakan pertanyaan seorang perempuan yang kecewa dan marah. Namun agama memang selalu melarang pertanyaan yang terlalu jauh, karena kejujuran dan rasionalisme akan mengarah pada skeptisisme dan perlunya pembuktian. Itu sebabnya agama diajarkan sedini mungkin dalam bentuk indoktrinasi dan ancaman, karena jika tidak, dapat diruntuhkan oleh pikiran rasional, kritis, jujur dan bukti-bukti empiris. Itu sebabnya pula sebagian besar ilmuwan dan pemikir besar tak percaya agama.
Hal menarik lainnya adalah gambaran ketika Kirani mengingat-ingat hal yang membuatnya dulu taat beribadah. Ternyata hal itu disebabkan ketika ia kecil guru mengajinya menguraikan keadaan neraka yang sangat mengerikan – tentang api, pemotongan dan penusukan tubuh seperti sate, yang diperjelas dengan gambar-gambar – sesuatu yang tentu mengingatkan kita akan pendidikan agama di masa kecil kita sendiri. Ini mungkin menyadarkan pembaca: ternyata ketaatan itu bermula dari rasa takut akan neraka yang ditanamkan ketika masa kanak-kanak. Dan hal ini sangat efektif, terbukti setelah dewasa sebagian besar orang tidak lagi berani berpikir karena ingatan akan hal ini. Dan ini tidak hanya dialami penganut agama Islam.
Di tengah-tengah kebangkitan konservatisme agama, maka novel ini memberikan alternatif kepada pembaca untuk merenungkan kembali keyakinannya, meskipun harus melalui seorang pelacur, sehingga kisah mengenai hubungan bebas agak terlalu banyak terdapat dalam novel ini. Akan lebih baik jika tidak terlalu banyak, sehingga pertanyaan-pertanyaan di atas akan tampak lebih berarti dan wajar, tidak seperti pertanyaan yang hanya pantas disuarakan oleh seseorang yang terlalu putus asa dan merasa terpinggirkan.
Muhidin adalah penulis muda yang menjanjikan. Jika ia tetap berpikiran bebas dan terus belajar berbagai hal, tidak hanya yang berkaitan dengan agama, ia akan menjadi penulis yang dapat memberikan banyak hal kepada pembacanya.

Sunday, September 30, 2007

EVOLUTION FOR EVERYONE



Judul : Evolution for Everyone - How Darwin's Theory Can Change the Way We Think About
Our Lives
Pengarang : David Sloan Wilson
Penerbit : Bantam Dell, NY
Tahun : 2007
Tebal : 376 hal


Buku ini mencoba memperkenalkan teori evolusi kepada masyarakat awam dengan cara yang sederhana dan contoh konkrit, dipadu dengan kisah penulisnya dalam menekuni karir sebagai ilmuwan. Pada intinya penulis ingin mengemukakan bahwa mengenal prinsip teori evolusi adalah wajib jika kita ingin memahami kehidupan kita dengan lebih baik dan mendapatkan penjelasan yang memuaskan dari semua kejadian yang kita alami atau alam sekitar kita. Untuk itu kita harus memahami prinsip dasar dari teori evolusi, yaitu seleksi alam. Seleksi alam berkaitan erat dengan adaptasi.

Uraian penulis dibagi dalam 35 bab pendek yang masing-masing tidak selalu berkaitan, namun sebaiknya dibaca berurut. Penulis antara lain menjelaskan mengenai perbedaan kemampuan adaptasi antara hewan dengan manusia, bagaimana homicide dan infantisida pada masyarakat manusia dapat dipahami jika kita mengerti bahwa hal tersebut juga terjadi pada makhluk lainnya, bahwa hewan juga memiliki kepribadian yang berbeda-beda, seperti manusia, bagaimana satu kelemahan genetik dapat dipahami berdasarkan prinsip seleksi alam, dan seterusnya.

Dalam menjelaskan hal-hal di atas, penulis menggunakan contoh konkrit antara lain bagaimana ia meneliti kumbang untuk menemukan sebab perilaku mereka dengan menggunakan kerangka seleksi alam, bagaimana ia mengajarkan mahasiswanya untuk memahami evolusi, dan bagaimana berpikir secara evolusionis akan membuat seseorang semakin cerdas dan tidak ingin kembali, alias akan membuatnya ingin terus memperdalamnya karena demikian menarik.

Ditulis dengan bahasa yang segar dan tidak banyak menguraikan teori yang terinci, namun tetap menarik bagi yang telah sering membaca buku mengenai evolusi sekalipun, karena gaya penulisan dan sudut pandang yang berbeda.

OUR INNER APE






Judul : Our Inner Ape – A Leading Primaologist Explains Why We Are Who We Are
Pengarang : Frans de Waal
Penerbit : The Berkeley Publishing Group
Tahun : 2005
Tebal : 270 hal




Frans de Waal, psikolog sekaligus ahli primata Belanda terkemuka yang telah mempelajari perilaku simpanse dan bonobo selama lebih dari 30 tahun dan menulis beberapa buku tentang penelitiannya, menguraikan bagaimana pengetahuan tentang perilaku primata dapat membuat kita lebih memahami perilaku manusia, karena kedua jenis primata di atas paling dekat hubungannya dengan kita diantara mahkluk hidup lainnya. Apakah manusia pada dasarnya kejam dan kompetitif, seperti simpanse? Ataukah sebaliknya, kooperatif dan pencinta damai, seperti bonobo?
Selama ini simpanse lebih sering dihubungkan dengan manusia: masyarakat simpanse sangat hirarkis, kompetisi diantara jantan sangat ketat untuk menjadi alfa (pemimpin), mereka memiliki “politik” mirip manusia, setiap kelompok memiliki wilayah sendiri yang tidak boleh dilalui kelompok lainnya jika tidak ingin terjadi perang hingga pembunuhan, para jantan berburu monyet secara berkelompok dan membunuhnya dengan kejam, serta terdapat infanicide atau pembunuhan bayi jika jantan yang menang menggantikan kedudukan jantan yang kalah dan mengambil alih haremnya. Simpanse juga dapat menggunakan alat, misalnya menggunakan tongkat untuk mengeluarkan termite dari lubang pohon, batu untuk memecah kulit kacang, atau membersihkan kentang dengan air sebelum dimakan, yang dilakukan melalui belajar, artinya suatu kelompok yang tadinya tidak mengetahuinya kemudian dapat melakukannya setelah berinteraksi dengan kelompok lainnya yang telah melakukan lebih dulu.
Berlawanan dengan simpanse, kehidupan bonobo – yang baru belakangan diketahui ternyata berbeda spesies dengan simpanse - jauh lebih damai. Berbeda dengan lingkungan simpanse dimana jantan menjadi penguasa, kelmpok bonobo dipimpin oleh betina, yang cenderung kurang suka berebut kekuasaan dan menghargai senioritas, sehingga kehidupan kelompok bonobo lebih egaliter dan santai. Hasil penelitian menunjukkan, hal itu tampaknya berkaitan dengan lingkungan hidup mereka, yaitu lingkungan bonobo merupakan hutan yang menyediakan cukup banyak makanan, sehingga mereka tidak perlu mencari makan jauh-jauh dan merasa cukup dengan menjadi vegetarian. Hal ini memungkinkan para betina dapat berkumpul di satu tempat bersama-sama membesarkan keturunan mereka, dan dengan adanya kerjasama yang lebih baik diantara mereka, para jantan tidak memiliki banyak kekuasaan. Penulis mengemukakan bahwa perilaku seksual bonobo yang cenderung jauh lebih bebas dari simpanse merupakan strategi betina untuk mencegah infantisida, agar para jantan tidak dapat mengenali anak mereka masing-masing. Hal ini juga membuat mereka merasa tidak perlu berebut kekuasaan seperti simpanse, yang biasa menjatuhkan alfa jantannya setiap empat tahun sekali dan menyebabkan banyaknya infantisida pada kelompok simpanse. Melihat ke masyarakat manusia, penulis menyatakan bahwa ketika manusia masih berupa kelompok-kelompok kecil di hutan-hutan yang luas kehidupan cenderung egaliter, namun ketika kerjasama diantara para laki-laki semakin erat karena mereka harus menempuh bahaya berburu bersama-sama meninggalkan keluarga dalam jangka waktu lama, maka monogami menjadi penting untuk menjamin bahwa mereka memberi makan perempuan dan keturunan mereka sendiri. Selanjutnya ketika masyarakat mulai menetap dan memiliki kekayaan, hal ini semakin penting, agar kekayaan hanya diberikan kepada keturunannya sendiri, yang mengakibatkan pembatasan lebih ketat lagi kepada perempuan. Namun demikian, monogami memungkinkan manusia membangun kebudayaan dan menguasai dunia, karena dunia publik dan privat dipisahkan, tidak seperti bonobo.



Banyak hal menarik yang dikemukakan penulis dalam buku ini, yang merupakan salah satu hasil risetnya selama bertahun-tahun terhadap kedua jenis primata ini. Selain pengamatan mengenai sifat-sifat kedua jenis primata, juga renungan filosofis berdasarkan pengamatan tersebut. Menarik, karena mempelajari mereka dapat membantu kita untuk mencoba memahami bagaimana leluhur manusia berevolusi, yang berarti untuk lebih mengenal diri sendiri. Hal ini mungkin tidak banyak disadari banyak orang, karena banyak yang masih belum mengetahui atau dapat menerima evolusi, sehingga perburuan terhadap primata dan pembabatan hutan tempat mereka tinggal terus berlangsung, dan kepunahan mereka tinggal menunggu waktu. Jika demikian, maka manusia akan kehilangan kesempatan untuk mempelajari sebagian evolusinya dan akan menjadi satu-satunya spesies yang tersisa.

Monday, August 27, 2007

THE VARIETIES OF SCIENTIFIC EXPERIENCE - A Personal View of the Search for God



Pengarang : Carl Sagan
Penerbit : The Penguin Press, NY
Tahun : 2006
Tebal : 273 halaman, hard cover

There is an enormous amount we do not know; there is a tiny amount that we do. But what we do understand brings us face-to-face with an awesome cosmos that is simply different from the cosmos of our pious ancestors.”

Buku ini adalah kumpulan kuliah Natural Theology yang diberikan Carl Sagan di Glasgow pada tahun 1985 atau Gifford Lectures, dan merupakan tradisi yang telah dimulai sejak ratusan tahun sebelumnya oleh para ilmuwan ternama lainnya seperti Niels Bohr dan lain-lain di tempat yang sama. Ann Druyan sebagai editor menyebutkan bahwa buku ini diterbitkan selain untuk memperingati 10 tahun berpulangnya Sagan juga karena pemikirannya dirasa relevan di tengah kondisi dunia yang semakin terancam oleh fundamentalisme.

Bagi penggemar Carl Sagan, membaca kembali tulisannya tetaplah mengesankan, meskipun itu hanya berupa kumpulan kuliah yang diberikan 22 tahun yang lalu. Menarik karena selain belum pernah diterbitkan, kumpulan kuliah ini menjelaskan lebih spesifik pandangan Sagan mengenai Tuhan beserta proses yang dilaluinya untuk sampai kesana. Kita telah mengetahui bahwa Sagan sangat rasional, anti superstition, mencintai sains dan menyebarkannya dengan semangat kepada sebanyak mungkin orang, namun mengapa Sagan bersikap demikian, baru secara rinci terdapat dalam buku ini.
Bagi yang belum pernah membaca tulisannya, buku ini dapat merupakan perkenalan yang baik karena mudah dibaca, disertai dengan banyak ilustrasi berupa foto-foto galaksi, bintang, planet dan lainnya, serta memberikan pengetahuan dan pencerahan dengan cara yang halus dan menawan.
Dalam bab pertama, Sagan menguraikan luasnya alam semesta dan tidak berartinya bumi di dalamnya dengan 15 gambar. Diuraikan bahwa di alam semesta terdapat paling sedikit miliaran dan mungkin ratusan miliar galaksi yang masing-masing berisi sejumlah bintang sebanyak di galaksi Bima Sakti, sedangkan di galaksi Bima Sakti sendiri terdapat 400 miliar bintang, dimana matahari hanya salah satunya, dan setiap bintang memiliki beberapa planet. Dengan demikian jumlah bintang adalah 100 miliar triliun. Pengetahuan ini, menurutnya, tidak pernah tergambarkan dalam semua kitab suci. Ini hanyalah sebagian penemuan ilmiah yang menurut Sagan sama sekali tidak pernah dapat kita ketahui dari kitab suci, bahkan dalam bentuk paling samar sekalipun. Sebaliknya, kitab-kitab itu menggambarkan alam semesta demikian kecil dan Tuhan demikian membumi, seolah-olah bumi demikian penting. Hal lain, alam semesta juga “hidup” dan berevolusi. Bintang-bintang lahir, mati, dan setiap kematian diiringi dengan ledakan yang menghancurkan planet-planet di sekitarnya, sehingga jika di planet tersebut terdapat kehidupan, maka setiap saat terjadi kehancuran atau kematian besar-besaran. Dengan demikian, sama seperti kehidupan di bumi, maka kehidupan di seluruh alam semesta adalah penuh penderitaan. Semua hal ini, menurut Sagan, tidak sesuai dengan konsep Tuhan dalam agama samawi yang disebutkan pemelihara dan penuh kasih. Selain itu, Tuhan yang digambarkan hanya mengurusi bumi menjadikan Tuhan tersebut tidak sesuai dengan luasnya alam semesta sebagaimana kini kita ketahui. Oleh karena itu, sulit bagi Sagan untuk menerima konsep tradisional tentang Tuhan sebagaimana terdapat dalam agama samawi.
Selanjutnya penulis menguraikan mengapa beberapa argumen yang mendasari keberadaan Tuhan sesuai gambaran agama samawi, yaitu argumen kosmologikal, argumen dari hukum kedua termodinamika, argumen atas dasar rancangan, argumen moral, argumen ontologikal, argumen atas dasar kesadaran, dan argumen berdasar pengalaman kurang meyakinkan. Demikian pula argumen berdasarkan anthropic principle. Anthropic principle adalah pendapat yang mengatakan bahwa semua hukum fisika dan kimia adalah demikian adanya karena untuk memungkinkan manusia dapat hidup dan memiliki intelegensi. Misalnya tingkat gravitasi adalah sebesar tertentu dan bukan besaran lain karena jika berbeda, alam semesta tidak seperti saat ini dan bumi serta makhluk hidup tidak akan pernah dapat exist dan berkembang.
Masalah di atas masih ditambah lagi dengan adanya problem of evil, masalah yang juga menjadi perhatian kaum agamawan sejak ratusan tahun lalu dan tidak terpecahkan dengan baik. Masalah lainnya adalah: mengapa tidak ada pembuktian yang lebih jelas, misalnya dalam kitab suci dituliskan,”Matahari adalah bintang”, atau “Thou shalt not travel faster than light.” Lebih jelasnya: mengapa kitab suci (Tuhan) dapat menguraikan tindakan yang harus dilakukan manusia – misalnya cara berdoa, bertindak kepada sesama - secara terinci (jelas) namun dalam hal pengetahuan mengenai alam semesta (fisika,biologi) demikian samar bahkan tidak sesuai dengan fakta ilmiah?

“ It is possible to design religions that are incapable of disproof. All they have to do is to make statements that cannot be validated or falsified. .. that means you cannot make any statements on how old the world is, ..about evolution, about the shape of earth, and so on. But it is a very rare religion that avoids the temptation to make pronouncements on matters astronomical and physical and biological.”

Membaca buku ini membuat kita memahami mengapa semakin berkualitas seorang ilmuwan semakin hilang kepercayaan kepada agama samawi. Namun kepercayaan tersebut digantikan dengan perasaan kekaguman kepada keluasan dan kompleksitas alam semesta disertai rasa rendah hati yang dalam dan kecintaan kepada bumi sebagai sesuatu yang sangat berarti sehingga harus dipelihara baik-baik dari kerusakan. Hal ini jugalah yang ditawarkan Sagan dalam buku ini; untuk memberikan perasaan yang sama kepada pembaca. Pengetahuan, daya kritis, itulah hal yang berharga. Meskipun sains membuat kita sulit mempercayai kepercayaan tradisional sepenuhnya, namun hal itu justru membuat kita semakin menyadari pentingnya kebersamaan untuk memelihara dan menyelamatkan bumi. Karena bumi dan manusia hanyalah satu titik kecil tak berarti yang hilang di tengah keluasan alam semesta!