Pengarang :
Michio Kaku
Penerbit :
Anchor Books
Tebal : 376 halaman
Tahun : 2017
Sampai saat ini, pengetahuan manusia akan dirinya sendiri, khususnya pikiran (the mind) masih sangat terbatas dibandingkan pengetahuan tentang hal lainnya. Perkembangan cukup pesat baru terjadi setelah ditemukannya Magnetic Resonance Imaging (MRI) pada pertengahan 1990-an dan 2000, yang memungkinkan kita dapat melihat aktivitas otak saat seseorang sedang berpikir secara real time. Selanjutnya sinergi pengetahuan mengenai cara bekerja otak dan ilmu komputer diprediksi akan memungkinkan manusia di masa depan dapat melakukan hal-hal yang di masa lalu hanya merupakan khayalan, seperti telepati, telekinesis, pembuatan pikiran dan memori sesuai pesanan, peningkatan kecerdasan, mengubah mimpi, mengendalikan pikiran orang lain, pikiran artifisial, dan pikiran sebagai energi murni. Untuk melihat seberapa jauh perkembangan hal-hal tersebut, Michio Kaku mewawancarai ratusan ilmuwan serta mengunjungi laboratorium mereka dan menetapkan syarat sebagai berikut untuk prediksi dalam buku ini: (1) Prediksi harus mematuhi hukum fisika secara ketat, (2) Telah terdapat prototipe untuk menunjukkan secara prinsip terbukti dan dapat direalisasikan.
Buku ini terbagi dalam 15 bab, terdiri dari 3 bagian.
Bagian pertama menjelaskan tentang sejarah singkat neuroscience, susunan otak (yang terdiri
dari reptilian brain, mammalian brain
dan human brain atau prefrontal cortex) dan fungsi masing-masing,
jenis-jenis peralatan untuk meneliti aktivitas otak saat bekerja (MRI, EEG, PET
Scans, TES, MEG, NIRS, Deep Brain Simulation, Optogenetics), serta model
terakhir tentang cara bekerja otak, yang dapat dianalogikan seperti bekerjanya
sebuah perusahaan, dengan prefrontal
cortex sebagai CEO yang membuat keputusan-keputusan penting secara sadar, dan
reptilian serta mammalian brain sebagai organisasi di bawahnya yang bekerja sendiri
secara otomatis di bawah sadar (unconscious), serta uraian mengenai teori kesadaran, yang
membagi kesadaran dalam empat tingkat, terdiri dari tingkat tanaman, reptil,
mamalia, dan manusia.
Bagian kedua mengenai hubungan
antara pikiran dan benda material, yaitu telepati, telekinesis, pikiran dan
memori pesanan, dan peningkatan kecerdasan atau kemampuan otak manusia.
Telepati
Otak adalah listrik. Setiap kali electron dipercepat, ia menghasilkan
radiasi elektromagnetik, demikian pula elektron yang melakukan pergerakan di
otak, yang memancarkan gelombang radio. Sinyal ini tidak dapat ditangkap oleh manusia,
namun komputer dapat menangkapnya. Ilmuwan dapat mengetahui apa yang dipikirkan
seseorang melalui EEG scans. Dalam penelitian, subyek mengenakan helm dengan
EEG sensor dan diminta berkonsentrasi memikirkan suatu gambar, misalnya
mobil. Sinyal EEG kemudian direkam untuk
setiap gambar hingga tercipta kamus dasar pikiran, dengan hubungan one-to-one antara
sinyal atau pikiran seseorang dan gambar EEG. Kelak, apabila seseorang ditunjukkan
gambar mobil lain, komputer akan mengenali pola EEG sebagai mobil. Namun
kekuatan gelombang elektromagnetik jauh menurun apabila melewati tulang
tengkorak, sehingga meskipun komputer dapat mengenali bahwa seseorang
memikirkan mobil, namun tidak dapat memunculkan gambar mobil.
Penelitian lain yang lebih maju dilakukan di Universitas California
yaitu memindahkan pikiran seseorang ke dalam sebuah video. Untuk itu subyek
direbahkan di atas tandu yang kemudian dimasukkan dalam mesin MRI, lalu
ditunjukkan klip film selama beberapa jam. Ketika subyek menonton film, mesin
MRI membuat gambar 3 dimensi aliran darah dalam otak. Gambar tersebut
menyerupai tiga puluh ribu titik atau voxel, setiap voxel mewakili pinpoint
energy neural, dan warna titik berhubungan dengan intensitas sinyal dan aliran
darah. Setelah beberapa tahun penelitian, tim peneliti dapat mengembangkan
formula matematis yang menemukan hubungan antara bentuk tertentu dari gambar
dengan voxel MRI. Saat penelitian berlangsung, Kaku dapat melihat apa yang
sedang dilihat oleh subyek maupun gambar yang sedang dipikirkan subyek, yang
ditampilkan dalam bentuk video. Namun demikian tampilan video untuk benda atau
gambar yang hanya dipikirkan tidak sejelas benda yang dilihat dalam bentuk
film. Mungkin karena pikiran kita tidak pernah mengingat bentuk suatu benda
sampai rinci, hanya garis besarnya saja.
Penelitian lain menggunakan ECOG (electrocorticogram) scan membuahkan
hasil yang lebih akurat, karena alat dipasang langsung di atas otak melalui
pembedahan, sehingga sinyal langsung direkam dari otak dan tidak melalui
tengkorak, berupa 64 elektroda 8x8 grid. Ketika pasien mendengar kata-kata, sinyal dari otak melewati elektroda dan dicatat, hingga terbentuk kamus
yang mencocokkan antara kata dengan sinyal yang terpancar dari otak. Nanti,
jika suatu kata diucapkan, seseorang dapat melihat pola sinyal yang sama.
Hubungan ini berarti apabila seseorang
memikirkan suatu kata, komputer dapat menangkap karakteristik sinyal dan
mengidentifikasinya. Hal ini berarti adalah mungkin untuk melakukan percakapan
secara telepati. Penemuan ini juga dapat membantu pasien stroke yang lumpuh
total untuk berbicara melalui synthesizer suara yang dapat mengenali pola otak
dari kata-kata individu dengan menggunakan teknik otak-ke-komputer.
Penelitian lain di Minnesota mencatat sinyal dari otak ke komputer
secara huruf per huruf untuk membentuk kamus sebagaimana teknik sebelumnya.
Dengan teknik ini, seseorang dapat mengetik hanya dengan pikiran.
Di masa depan, apabila kamus yang terbentuk telah mencapai ribuan
kata, pikiran seseorang dapat langsung ditulis dan diprint. Perintah kepada
robo sekretaris juga dapat disampaikan melalui pikiran untuk mengatur segala
hal, bahkan musik juga dapat diprint dalam bentuk notasi musik. Mesin MRI juga
diprediksi dapat mengecil sebesar ponsel.
Sejauh mana keberhasilan riset-riset ini di masa depan? Semua
penelitian ini disponsori oleh DARPA, yaitu Defense
Advanced Research Project Agency dari Pentagon. DARPA memiliki rekam jejak
yang telah terbukti, antara lain sebagai pencipta Arpanet yang kemudian menjadi
internet, peletak fondasi GPS, ponsel, satelit cuaca. Di masa depan, DARPA
menegaskan untuk menuju interface
otak-mesin.
Telekinesis
Telekinesis atau menggerakkan suatu benda hanya dengan pikiran telah
menjadi kenyataan pada tahun 2012. Profesor John Donoghue dari Universitas
Brown menciptakan sensor mungil
berukuran empat millimeter yang ditanam pada permukaan otak, dimana
terdapat Sembilan puluh enam rambut atau elektroda yang mengambil impuls otak,
yang kemudian menarik (pick up) sinyal
seseorang yang bermaksud menggerakkan lengannya. Kunci dari hal ini
ialah menerjemahkan sinyal neuron dari chip ke perintah yang berarti yang dapat
menggerakkan obyek di dunia nyata, dimulai dari kursor di layar komputer. Hal
ini dilakukan dengan meminta orang tersebut membayangkan menggerakkan kursor ke
kanan, misalnya. Dalam beberapa menit komputer mencatat sinyal otak untuk tugas
ini. Dengan cara ini, komputer dapat mengenali bahwa kapan saja sinyal otak
terdeteksi seperti itu, maka ia harus menggerakkan kursor ke kanan. Dengan
demikian terdapat peta one-to-one antara tindakan tertentu yang dibayangkan
orang tersebut dan tindakan nyata itu sendiri. Neuroprosthetic memungkinkan seseorang yang lumpuh dapat
menggerakkan lengan, berselancar di internet, menulis email, dan mengendalikan
kursi rodanya. Neuroprosthetic juga dapat dihubungkan dengan kaca mata,
sebagaimana dimiliki Stephen Hawking, sehingga ia dapat menghubungkan
pikirannya dengan komputer sehingga dapat berhubungan dengan dunia luar.
Seorang pasien akan dapat melakukan apa saja, karena komputer ini dapat
dihubungkan dengan toaster, mesin pembuat kopi, tombol lampu, atau saluran
tivi.
Selain hal di atas, para ilmuwan telah dapat membuat chip elektroda
yang dipasangkan di otak monyet, yang dapat berhubungan langsung dengan anggota
tubuh yang mengalami kelumpuhan. Chip ini memiliki kamus sinyal otak untuk
setiap gerakan anggota tubuh, dengan demikian lengan dapat digerakkan
berdasarkan pikiran dari otak. Kelak,
seseorang yang mengalami kelumpuhan karena kerusakan tulang belakang dapat
melakukan aktivitas sehari-hari. Proyek ini juga dibiayai dan diprakarsai oleh
DARPA.
Di masa depan, teknologi ini akan dilengkapi dengan brain-machine-brain-interface
(BMBI). Pesan akan dikirim dari otak ke lengan mekanis yang memiliki sensor,
yang kemudian akan mengirimkannya kembali langsung ke otak, memotong (by pass)
batangnya. BMBI akan memungkinkan mekanisme feedback langsung yang memungkinkan
sensasi sentuhan. Hal ini akan
berkembang menjadi haptic technology,
yang akan memungkinkan seseorang mengembara di dunia
virtual namun merasakan sensasi seperti di dunia nyata. Selain itu BMBI juga
akan memungkinkan Internet of the mind
atau brain-net, dimana sinyal dapat
dikirimkan dan diinterpretasikan antara dua otak. Kelak hal ini akan
memungkinkan orang bertukar pikiran, emosi, dan gagasan melalui telepati secara
real time. Di pertengahan abad, orang akan berhubungan dengan komputer melalui
pikiran saja, sehingga keyboard dan mouse mungkin akhirnya akan menghilang.
Memori
Saat ini ilmuwan tengah melakukan penelitian merekam memori, yang
dilakukan terhadap tikus. Memori diciptakan dari berbagai pengalaman sensori,
kemudian disimpan di beberapa tempat di neocortes dan limbik system, namun
semua memori jangka panjang disimpan di hippocampus. Dengan meneliti
hippocampus tikus, diketahui bahwa terdapat dua set neuron yang berkomunikasi
satu sama lain jika suatu tugas dipelajari. Dengan mempelajari komunikasi kedua
set neuron ini, peneliti dapat menetapkan input elektris apa yang menghasilkan
suatu output, selanjutnya peneliti dapat
merekam signal antara kedua set neuron ini ketika tikus mempelajari suatu
tugas tertentu. Kemudian mereka menginjeksi tikus dengan bahan kimiawi yang
membuat tikus melupakan tugas tersebut. Selanjutnya mereka mengembalikan memori
ke otak tikus tadi. Hal yang luar biasa, memori tikus akan tugas tersebut
kembali lagi. Hal ini berarti mereka telah menciptakan hippocampus artifisial
dengan kemampuan menduplikasi memori digital.
Penelitian lanjutan di MIT menunjukkan bahwa false memori juga dapat ditanam dalam otak. Hal ini berarti di masa depan memori akan peristiwa yang tidak
pernah terjadi/dialami juga dapat
ditanam dalam otak. Di masa depan, teknik ini dapat digunakan untuk menanamkan
ketrampilan baru pada pekerja, atau menciptakan hiburan jenis baru. Selanjutnya
jika memori dapat direkam dan didownload,hal
tersebut dapat memberikan manusia memori akan liburan yang tak pernah dijalani,
kekasih yang tak pernah dimiliki, atau penghargaan yang tak pernah diterima,
suatu memori sempurna atas kehidupan sebenarnya yang penuh kekurangan. Namun sebagaimana
kemajuan teknologi lainnya, selalu terdapat implikasi sosial yang tidak
diharapkan, yaitu mungkin manusia akan lebih menyukai kehidupan imajiner ini
daripada mengalami hidupnya yang sebenarnya. Memori mungkin juga dapat diupload
dan dibagi ke jutaan orang di internet untuk dirasakan dan dialami. Di masa
depan, orang akan merekam memori hidupnya agar turunannya dapat merasakan
pengalaman yang sama. Sisi negatifnya, sebagaimana saat ini data pribadi dapat
diakses melalui internet dari database media sosial atau lembaga keuangan,
demikian pula kelak memori akan dapat
diakses dengan mudah, sehingga perlu ada hukum yang mencegah akses terhadap
memori seseorang tanpa persetujuan orang bersangkutan.
Penelitian lain adalah mengenai savant,
atau mereka yang memiliki kemampuan khusus atau kecerdasan luar biasa.
Berdasarkan penelitian, limapuluh persen dari savant adalah penyandang autis, Asperger (autism yang lebih ringan), dan memiliki
masalah dalam berinteraksi sosial. Sebagian ilmuwan berpendapat, bahwa semua
kemampuan savant (autism dll) muncul dari kerusakan pada spot tertentu temporal
lobe kiri, yang berfungsi sebagai sensor yang membuang memori tidak relevan
secara berkala, atau defisiensi dalam kemampuan untuk melupakan. Oleh karena
itu, apabila ilmuwan dapat mengetahui hal yang menyebabkan savant, maka
kemampuan luar biasa ini dapat diberikan kepada banyak orang untuk meningkatkan
kecerdasan atau kemampuan khusus mereka, misalnya dalam seni.
Bagian ketiga mengenai kemampuan mengubah dan mengendalikan kesadaran,
mimpi, dan pikiran, termasuk mengubah pikiran dan kesadaran dari benda material
berupa otak menjadi energi murni non material.
Saat ini banyak harapan diberikan kepada Artificial Intelligence (AI) maupun peringatan akan bahaya yang
akan dihadapi apabila AI melampaui kemampuan manusia. Namun benarkah hal
tersebut? Menurut Kaku, jalan menuju AI atau robot yang dapat menyamai manusia
masih jauh. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu: pengenalan pola dan akal
sehat (common sense). Komputer atau robot dapat melakukan tugas-tugas spesifik
jauh lebih baik dari manusia apabila dibuatkan program yang tepat dan data yang
memadai, namun membuat program untuk dapat mengenali pola dan akal sehat tidak
mudah. Sebagai contoh, manusia dapat mengenali suatu benda sebagai kursi dengan
mudah apapun variasi bentuknya, namun komputer tidak dapat mengenalinya apabila
bentuk sebuah kursi sangat berbeda dari kursi pada umumnya atau dilihat dari
sudut yang berbeda, kecuali dibuatkan program dan data yang sangat banyak. Kedua
hal ini dilakukan dengan mudah oleh otak manusia, yang cara bekerjanya berbeda
dengan komputer yang terdiri dari input, output dan prosesor. Otak tidak
memiliki programming, system operasi, atau prosesor pusat. Sebaliknya, jaringan
syarafnya bersifat paralel, dengan seratus miliar neuron memancarkan sinyal
pada saat yang bersamaan untuk mencapai satu tujuan: untuk belajar. Berdasarkan
hal ini, maka kini robot dibuat meniru otak manusia, yang bekerja melalui
belajar, misalnya belajar menelusuri ruangan dengan terbentur pada benda-benda
yang dilewatinya. Berdasarkan hal tersebut, jalan masih panjang untuk robot
menyamai kemampuan manusia. Yang lebih mudah ialah menggabungkan syaraf otak
dengan komputer.
Upaya manusia untuk memahami cara kerja otak saat ini dilakukan tiga
pihak yaitu oleh Brain Research Through
Advancing Innovative Neurotechnologies (BRAIN) Innitiative, yang
diprakarsai pemerintah AS, Human Brain
Projects (HBP) oleh Komisi Eropa, dan oleh Paul Allen dari Microsoft. BRAIN
menggunakan metode pemetaan jaringan syaraf (neural) otak hidup dalam jangka
waktu 15 tahun, dengan memonitor aktivitas puluhan ribu neuron pada lima tahun
pertama, ratusan ribu neuron pada sepuluh tahun, dan jutaan neuron setelah lima
belas tahun. Sementara itu HBP selama sepuluh tahun akan melakukan simulasi
komputer terhadap otak beberapa jenis binatang dimulai dari tikus, kelinci, dan
kucing. HBP akan menggunakan transistor sehingga akan terdapat modul komputer
yang dapat bertindak seperti bagian-bagian otak. Sementara itu metode ketiga
dilakukan dengan mendecipher gen yang mengendalikan perkembangan otak. Metode
dari ketiga proyek berbiaya miliaran dollar tersebut masing-masing memiliki
kelemahan tersendiri. Misalnya pada metode HBP, simulasi komputer tidak melibatkan
lingkungan luar dan hanya interaksi antara thalamus dan neocortex, sehingga
sulit mengetahui bagaimana otak kucing belajar menangkap mangsa, selain itu jumlah
komputer dan energi yang diperlukan juga sangat besar. Sementara itu metode
BRAIN yang dimulai dari lalat buah, dengan mengiris otaknya (150 ribu neuron) per neuron, setiap iris berukuran seperlima
puluh miliar meter, memotretnya, lalu menyimpannya dalam komputer yang dengan
program tertentu kemudian akan menyusunnya kembali neuron demi neuron,
memerlukan tempat penyimpanan data yang sangat besar dan memakan waktu lama
jika dilakukan tanpa otomasi. Untuk
sampai kepada otak manusia, proyek ini diperkirakan memerlukan waktu seratus
tahun. Paralel dengan ini terdapat Human Connectome Project, yang
merekonstruksi jalur yang menghubungkan semua bagian otak. Namun pemetaan dan reverse engineering saja tidak cukup,
karena ilmuwan harus mengetahui bagaimana sebenarnya neuron tersebut bekerja.
Tujuan dari semua upaya ini adalah untuk menemukan pengobatan penyakit-penyakit
mental dari depresi hingga schizoprenia,
dengan mengetahui kluster dari neuron yang melakukan kesalahan; membantu pengembangan intelijensia
artifisial, dan mengetahui bagaimana memori jangka panjang disimpan, sedangkan
tujuan yang tersirat adalah untuk mengetahui kunci dari kesadaran dan mencapai imortalitas. Jika kita mengetahui cara bekerja
otak, pikiran atau kesadaran dan dapat menduplikasi atau menyimpannya dalam
komputer, bukankah kita akan dapat menyimpan kesadaran kita selamanya?
Topik berikutnya yang menjadi penelitian adalah, bisakah kesadaran
atau pikiran (minds) lepas dari benda material? Untuk menjelaskan hal ini
penulis memulai dengan menguraikan penelitian tentang out of body experience serta pengalaman mendekati kematian yang banyak
digambarkan sebagai dapat melayang dan melihat tubuh sendiri, melalui lorong
panjang yang gelap dan berakhir dengan melihat cahaya terang. Pengalaman ini
juga banyak diceritakan oleh mereka yang mengalami pingsan. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh para ahli syaraf otak, stimulasi pada area
temporal lobe kanan dapat menyebabkan perasaan meninggalkan tubuh, sedangkan
penurunan aliran darah ke otak, yang pada umumnya dialami mereka yang pingsan
atau mendekati kematian, menyebabkan pengalaman seolah keluar dari tubuh.
Demikian pula ketika aliran darah ke mata jauh menurun, maka pinggiran
penglihatan meredup atau gelap, sehingga membentuk pemandangan lorong sempit di
depan.
Namun demikian, inventor terkenal Dr. Ray Kurzweil dan para praktisi
intelijensia artifisial memprediksi bahwa pada akhirnya akan tercapai singularity. Apabila ini terjadi, maka pikiran
atau kesadaran dapat disimpan dalam superkomputer, dengan demikian dilepaskan
dari benda material (otak). Namun mengingat pikiran berasal dari manusia yang
selama hidupnya terbiasa berinteraksi dengan lingkungan sekitar, maka agar
dapat tetap berfungsi sebagaimana mestinya - seseorang yang diisolasi total
dari lingkungan setelah beberapa waktu fungsi otaknya akan terganggu - pikiran
ini harus terhubung dengan lingkungan sekitar pula. Oleh karena itu pikiran ini
kelak akan diunduh ke sebuah robot atau exoskeleton,
bahkan clone (klon). Orang yang sudah
mati dapat dihidupkan kembali.
Kemungkinan mengklon orang yang telah tiada cukup besar, mengingat
kebun binatang San Diego pernah mengirimkan sel banteng yang telah mati dua
puluh lima tahun yang lalu kepada Dr. Robert Lanza dari Advanced Cell
Technology, yang kemudian mengekstraksi sel-sel yang masih dapat digunakan dan
mengirimkannya ke sebuah peternakan untuk ditanamkan dalam seekor sapi betina,
yang kemudian melahirkan banteng. Apabila seekor banteng dapat diklon, tidak
tertutup kemungkinan hal serupa dapat dilakukan terhadap manusia. Kesadaran atau
pikiran dapat diunduh dari superkomputer atau jika superkomputer belum ada ketika
orang tersebut meninggal, dilakukan dengan memasukkan data-data digital, memori
atau data lainnya yang tersedia yang sesuai dengan ketika seseorang tersebut
masih hidup. Apabila teknologi telah lebih maju lagi, pikiran atau kesadaran
murni dapat dikirimkan kemana saja, termasuk ke luar angkasa, terlepas dari
materi. Pada tahap ini maka kesadaran menjadi immortal.
Terkait imortalitas, saat ini sedang dilakukan penelitian tentang
proses penuaan. Penuaan disebabkan oleh bertumpuknya kesalahan pada tingkat
genetic dan selular. Namun sel memiliki mekanisme koreksi kesalahan, meskipun
demikian mekanisme ini pun makin menurun, sehingga tujuannya adalah memperkuat
mekanisme perbaikan sel, yang dapat dilakukan melalui terapi gen dan penciptaan
enzim baru. Di masa depan hal ini
dilakukan dengan cara lain, yaitu melalui nanobot
assemblers. Nanobot adalah mesin atomik yang mengawasi aliran darah,
melawan sel kanker, memperbaiki kerusakan dari proses penuaan, dan menjaga
kemudaan dan kesehatan kita. Namun demikian masih terdapat perdebatan mengenai
apakah Nanobot dapat direalisasikan mengingat ukurannya yang atomik.
Buku ini memberikan banyak informasi berharga tentang
penelitian-penelitian mengenai pikiran, otak atau kesadaran yang sedang
dilakukan para ilmuwan saat ini. Michio Kaku menguraikannya dengan rinci namun
mudah diikuti, sehingga pembaca dapat mengerti mengapa teknologi tertentu
diprediksi akan menjadi kenyataan di masa depan. Apabila Yuval dalam Homo Deus
menulis bahwa tujuan manusia di masa depan adalah menuju kesempurnaan dan
imortalitas, dalam buku ini Kaku menjelaskan penemuan dan penelitian apa saja yang
sedang dikerjakan saat ini untuk mencapai hal itu.
Bagi negara-negara berkembang, penelitan semacam ini tentulah
merupakan suatu kemewahan yang tak terjangkau, baik dari sisi sumber daya
manusia maupun dana. Namun hasil penelitian segelintir ilmuwan inilah yang akan
menentukan masa depan peradaban kita, sebagaimana di masa lalu mereka telah
menemukan internet, GPS, smartphone, dan lain sebagainya. Dari buku ini pembaca dapat menarik pelajaran
bahwa kepercayaan akan kemampuan ilmu pengetahuan, ketekunan, dan kerja keras
selama bertahun-tahun dalam melakukan riset dasar adalah kunci kemajuan teknologi, yang hingga saat ini masih
didominasi oleh Barat, dalam hal ini AS dan Eropa. Ironisnya, generasi muda negara-negara berkembang seperti
Indonesia lebih banyak menggunakan teknologi modern untuk meniru sikap dan mempelajari
ajaran kuno dari masyarakat pengembara tanpa sains daripada mempelajari ilmu
pengetahuan dan sikap yang mendasari penemuan dari teknologi yang mereka
gunakan sehari-hari. Mungkin karena
evolusi manusia yang berjalan lambat tidak dapat mengikuti perubahan teknologi
yang demikian cepat.
No comments:
Post a Comment