Judul : Celurit Hujan Panas
Pengarang :
Zainul Muttaqin
Penerbit :
GPU
Tebal : 147 halaman
Tahun : 2019
Banyak dari kita telah mengetahui
bahwa di Madura terdapat tradisi carok, tapi bagaimana persisnya tradisi
tersebut dijalankan? Tradisi apa saja
yang terdapat di Madura? Semua itu dapat kita ketahui dari kumpulan cerpen ini,
yang berisi 20 cerpen ringan seluruhnya tentang Madura dan ditulis oleh
pengarang Madura pula.
Membaca kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini, pembaca akan
mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari dan adat istiadat rakyat
Madura, antara lain bagaimana seharusnya memperlakukan seorang tandak (penari),
terbatasnya hidup seorang anak nelayan miskin, kelicikan lurah yang bersedia dibayar pemilik
uang dari kota untuk merayu rakyatnya menjual sawah dengan harga murah, dan
kebodohan rakyat desa yang begitu mudah menjual tanah-tanah mereka karena ingin mendapat uang dalam jumlah besar dengan cara
instan dan menghabiskannya untuk keperluan konsumtif.
Selain itu pembaca dapat mengetahui bahwa di Madura terdapat
kepercayaan bahwa adalah tabu untuk menolak pinangan pertama seorang laki-laki,
karena mereka yang melakukannya akan
menjadi gadis sangkal, yaitu tidak akan menikah untuk selamanya. Dalam cerpen Kobhung Kakek Mattasan pembaca
juga dapat mengetahui bahwa rumah tradisional Madura memiliki kobhung, yaitu
suatu ruangan yang terbuat dari kayu jati dan berdinding bambu serta menjadi
tempat peristirahatan, berkumpulnya keluarga dan kerabat, menerima tamu dan beribadah keluarga.
Cerpen Lelaki Ojung memperkenalkan pembaca pada ritual orang Madura
memanggil hujan, yaitu dengan mencambuk dua orang lelaki bertelanjang dada atau
pemain ojung hingga berdarah. Apakah ritual tersebut pasti akan berhasil, apa
yang dapat menghalangi keberhasilan ritual tersebut?
Sementara itu cerpen Celurit Hujan Panas mengisahkan tentang
kepercayaan rakyat Madura bahwa apabila terjadi hujan pada saat cuaca terang
benderang atau panas, berarti sedang terdapat seseorang yang tewas menjadi
korban carok. Carok sendiri merupakan duel antara dua orang lelaki menggunakan
celurit untuk mempertahankan kehormatan diri, antara lain apabila seorang
lelaki menganggap lelaki lain mengganggu pasangannya.
Selain cerpen tentang kehidupan sehari-hari berserta adat istiadat
rakyat Madura, terdapat pula dua cerpen tentang dongeng rakyat Madura, yaitu
kepercayaan mengenai pelangi, yang oleh rakyat Madura dinamakan Andeng, dan
asal mula gunung Pekol dan nama desa Jenangger.
Kisah dalam kumpulan cerpen ini pendek-pendek dan ringan, menggambarkan kehidupan masyarakat desa di Madura yang masih berpikiran sederhana beserta adat istiadatnya, menambah
pengetahuan pembaca tentang kehidupan sehari-hari dan adat rakyat Madura, Ini merupakan hal yang menarik,
karena selama ini cerpen maupun novel tentang masyarakat Madura tergolong
langka bahkan nyaris tidak ada. Namun demikian
dalam buku ini belum ada cerpen yang mengisahkan orang Madura modern yang hidup
di kota dengan segala permasalahannya termasuk penyesuaian diri atau konflik
antara adat lama dengan nilai-nilai maupun cara hidup yang dibawa oleh
perubahan kehidupan modern maupun arus global, sebagaimana para penulis Bali
telah menuangkannya dalam cerpen maupun novel-novel mereka. Mudah-mudahan pada
tahap berikutnya Muttaqin akan sampai kesana.
2 comments:
Kak Mampir ke sini yaaa Review Buku
kak mampir ke sini yaa Review Buku
Post a Comment