Monday, November 11, 2019

Celurit Hujan Panas



Judul                   :   Celurit Hujan Panas
Pengarang          :   Zainul Muttaqin
Penerbit              :   GPU
Tebal                   :   147 halaman
Tahun                  :   2019


Banyak dari kita telah mengetahui  bahwa di Madura terdapat tradisi carok, tapi bagaimana persisnya tradisi tersebut dijalankan?  Tradisi apa saja yang terdapat di Madura? Semua itu dapat kita ketahui dari kumpulan cerpen ini, yang berisi 20 cerpen ringan seluruhnya tentang Madura dan ditulis oleh pengarang Madura pula.

Membaca kisah-kisah dalam kumpulan cerpen ini, pembaca akan mendapatkan pengetahuan tentang kehidupan sehari-hari dan adat istiadat rakyat Madura, antara lain bagaimana seharusnya memperlakukan seorang tandak (penari), terbatasnya hidup seorang anak nelayan miskin,  kelicikan lurah yang bersedia dibayar pemilik uang dari kota untuk merayu rakyatnya menjual sawah dengan harga murah, dan kebodohan rakyat desa yang begitu mudah menjual  tanah-tanah mereka karena ingin  mendapat uang dalam jumlah besar dengan cara instan dan menghabiskannya untuk keperluan konsumtif.

Selain itu pembaca dapat mengetahui bahwa di Madura terdapat kepercayaan bahwa adalah tabu untuk menolak pinangan pertama seorang laki-laki, karena mereka yang melakukannya  akan menjadi gadis sangkal, yaitu tidak akan menikah untuk selamanya.  Dalam cerpen Kobhung Kakek Mattasan pembaca juga dapat mengetahui bahwa rumah tradisional Madura memiliki kobhung, yaitu suatu ruangan yang terbuat dari kayu jati dan berdinding bambu serta menjadi tempat peristirahatan, berkumpulnya keluarga dan kerabat,  menerima tamu dan beribadah keluarga.

Cerpen Lelaki Ojung memperkenalkan pembaca pada ritual orang Madura memanggil hujan, yaitu dengan mencambuk dua orang lelaki bertelanjang dada atau pemain ojung hingga berdarah. Apakah ritual tersebut pasti akan berhasil, apa yang dapat menghalangi keberhasilan ritual tersebut?
Sementara itu cerpen Celurit Hujan Panas mengisahkan tentang kepercayaan rakyat Madura bahwa apabila terjadi hujan pada saat cuaca terang benderang atau panas, berarti sedang terdapat seseorang yang tewas menjadi korban carok. Carok sendiri merupakan duel antara dua orang lelaki menggunakan celurit untuk mempertahankan kehormatan diri, antara lain apabila seorang lelaki menganggap lelaki lain mengganggu pasangannya.

Selain cerpen tentang kehidupan sehari-hari berserta adat istiadat rakyat Madura, terdapat pula dua cerpen tentang dongeng rakyat Madura, yaitu kepercayaan mengenai pelangi, yang oleh rakyat Madura dinamakan Andeng, dan asal mula gunung Pekol dan nama desa Jenangger.

Kisah dalam kumpulan cerpen ini pendek-pendek dan ringan, menggambarkan  kehidupan masyarakat desa di Madura yang masih berpikiran sederhana beserta adat istiadatnya, menambah pengetahuan pembaca tentang kehidupan sehari-hari dan adat rakyat  Madura, Ini merupakan hal yang menarik, karena selama ini cerpen maupun novel tentang masyarakat Madura tergolong langka bahkan nyaris tidak ada.  Namun demikian dalam buku ini belum ada cerpen yang mengisahkan orang Madura modern yang hidup di kota dengan segala permasalahannya termasuk penyesuaian diri atau konflik antara adat lama dengan nilai-nilai maupun cara hidup yang dibawa oleh perubahan kehidupan modern maupun arus global, sebagaimana para penulis Bali telah menuangkannya dalam cerpen maupun novel-novel mereka. Mudah-mudahan pada tahap berikutnya Muttaqin akan sampai kesana.
 


2 comments:

Sukses Nulis said...

Kak Mampir ke sini yaaa Review Buku

Fita said...

kak mampir ke sini yaa Review Buku