Judul : Half of a Yellow Sun
Pengarang : Chimamanda Ngozi Adichie, penerjemah Rika Affiti
Penerbit : Hikmah
Tahun : 2008, Agustus
Tebal : 761 hal.
Judul : Things Fall Apart
Pengarang : Chinua Abebe, penerjemah Cahya Wiratama
Penerbit : Hikmah
Tahun : 2007, Juli
Tebal : 267 hal.
Nigeria kerap disamakan dengan Indonesia: negeri yang kekayaan alamnya seolah menjadi kutukan, karena sebagian besar rakyatnya tetap sangat miskin dan para pemimpinnya gemar korupsi. Bahkan Jared Diamond dalam bukunya Collapse menyamakan kota Lagos dengan Jakarta. Jadi, membaca novel Nigeria tentu sesuatu yang menarik.
Things Fall Apart mengisahkan hancurnya adat istiadat asli suku Ibo ketika misionaris dan kolonialis memasuki Nigeria.
Tersebutlah Okonwo, seorang pria yang berusaha keras mempertahankan tradisi suku Ibo dan meraih kebesaran sesuai adat sukunya, antara lain dengan menjadi juara gulat, mengerjakan ladang untuk menghasilkan sebanyak mungkin ubi rambat, mengalahkan musuh dalam perang suku, bersikap keras terhadap istri-istrinya, dan mempertahankan kepercayaan lama.
Usahanya cukup berhasil, sehingga Okonwo menjadi orang yang terpandang dalam sukunya, meskipun kemudian ia diasingkan selama delapan tahun karena suatu ketika secara tidak sengaja menembak salah seorang anggota sukunya.
Usahanya cukup berhasil, sehingga Okonwo menjadi orang yang terpandang dalam sukunya, meskipun kemudian ia diasingkan selama delapan tahun karena suatu ketika secara tidak sengaja menembak salah seorang anggota sukunya.
Selama pengasingannya ke rumah kerabat ibunya – sesuai adat sukunya tersebut - masuklah misionaris dan pemerintah asing ke desanya, sehingga ketika ia kembali, keadaan sudah jauh berubah. Pemimpin suku kehilangan kekuasaan, anak laki-lakinya masuk Kristen, anggota suku tidak dapat dipersatukan seperti dulu, bahkan ia dan beberapa pemimpin suku yang menunjukkan ketidaksetujuan terhadap kondisi tersebut ditahan dan dihinakan pemerintah baru yang kini lebih berkuasa. Tak dapat menahan perlakuan tersebut, Okonwo membunuh petugas yang memintanya menghentikan pertemuan yang sedang dipimpinnya untuk mempersatukan kembali sukunya.
Kisah ini berakhir tragis, karena kejadian diatas mengakibatkan Okonwo mengakhiri hidupnya. Hal ini diungkapkan dengan baik sekali pada akhir novel, ketika sahabatnya berkata kepada Komisaris Wilayah, “Lelaki itu salah seorang lelaki terbesar di Umuofia. Kau membuatnya bunuh diri; dan sekarang dia akan dikubur seperti anjing…”
Adat menganggap bunuh diri adalah suatu aib sehingga mereka tidak dapat menyentuhnya, karena itu mereka meminta Komisaris sebagai orang asing untuk mengurus dan menguburkannya.
Adat menganggap bunuh diri adalah suatu aib sehingga mereka tidak dapat menyentuhnya, karena itu mereka meminta Komisaris sebagai orang asing untuk mengurus dan menguburkannya.
Half of a Yellow Sun menceritakan masa ketika terjadi perang saudara antara Nigeria Utara dan Selatan (Biafra) pada tahun 1967-70.
Tokoh-tokohnya terdiri dari keluarga pengusaha yang dekat dengan penguasa dan sering memberi suap, kedua anak keluarga tersebut yang masing-masing menjadi dosen dan pengusaha serta kedua suaminya – satu diantaranya orang kulit putih dari Inggris – dan teman-teman mereka, kerabat keluarga tersebut yang menjadi pedagang miskin, pembantu laki-laki dari desa, dan pejabat militer.
Novel ini menggambarkan perjalanan hidup mereka menghadapi perubahan kondisi yang diakibatkan oleh perang saudara.
Perang tersebut bermula dari adanya pemberontakan oleh suku Ibo di selatan terhadap pemerintahan yang dikuasai suku Hausa dan Fulani di utara. Namun pemberontakan berhasil diatasi dan terjadi pembalasan dendam berupa pembantaian terhadap suku Ibo, yang kemudian menyatakan diri merdeka menjadi Negara Biafra. Hal ini tak dapat dibiarkan oleh pemerintah, sehingga diperangi sampai akhirnya menyerah, kembali berada di bawah Nigeria.
Perang tersebut bermula dari adanya pemberontakan oleh suku Ibo di selatan terhadap pemerintahan yang dikuasai suku Hausa dan Fulani di utara. Namun pemberontakan berhasil diatasi dan terjadi pembalasan dendam berupa pembantaian terhadap suku Ibo, yang kemudian menyatakan diri merdeka menjadi Negara Biafra. Hal ini tak dapat dibiarkan oleh pemerintah, sehingga diperangi sampai akhirnya menyerah, kembali berada di bawah Nigeria.
Keadaan di atas tidak dapat dilepaskan dari sejarah Nigeria sejak masa kolonial. Inggris mempercayakan pemerintahan ke suku Hausa dan Fulani di utara karena mereka feudal dan muslim, sedangkan suku di selatan beragam, yaitu Kristen dan bermacam animisme sehingga lebih sulit diatur. Namun pendidikan yang diperoleh suku di selatan kemudian, membuat mereka tidak puas terhadap pemerintah yang mayoritas dikuasai orang utara yang dianggap kurang pandai dan korup, sehingga menimbulkan perang saudara.
Membaca novel ini memberkan gambaran kehidupan kelas bawah hingga kelas atas Nigeria dan keadaan negara di Afrika jika terjadi perang saudara: masalah etnis/klan/suku dan agama serta pembagian kekuasaan yang tidak merata selalu merupakan sumber masalah utama, dan perang disana merupakan sesuatu yang dilakukan dengan sangat kejam.
Novel ini dibagi dalam empat bagian. Bagian pertama terdiri dari 6 bab (Awal Tahun Enam Puluhan) berjalan agak lamban, lebih banyak menggambarkan kehidupan tokoh-tokohnya. Bagian kedua terdiri dari 12 bab (Akhir Tahun Enam Puluhan) menggambarkan keadaan saat awal terjadinya kudeta dan perang yang berlangsung kemudian. Bagian ketiga, bab 19 s.d. 24 (Awal Tahun Enam Puluhan) menggambarkan kehidupan keluarga tokoh dalam novel sebelum perang. Bagian empat, bab 25 s.d. 35 kembali menggambarkan keadaan perang sampai selesai, yaitu takluknya Biafra atau Nigeria selatan, dan bagaimana keluarga dalam novel ini mempertahankan hidup hingga akhir perang.
Secara keseluruhan , novel ini cukup menarik.
No comments:
Post a Comment