Pengarang : Homer W. Smith, dengan kata pengantar oleh Albert Einstein
Tebal : 624 halaman
Banyak dari kita hanya menerima informasi dari satu sisi, dan hanya mengetahui apa yang terjadi dan dipercaya pada saat ini. Pengetahuan kita akan sejarah seringkali sangat minim, sehingga kita percaya saja apapun yang diajarkan tanpa mengetahui fakta sebenarnya.
Munculnya buku-buku fiksi ala Da Vinci Code yang memberikan sedikit informasi sejarah, cukup baik untuk menyebarkan pengetahuan kepada masyarakat, namun mungkin membingungkan pembaca, karena batasan antara fiksi dan fakta tidak jelas.
Buku Man and His Gods, sebaliknya, adalah sejarah, yang datanya berasal dari tulisan-tulisan kuno yang diperoleh para arkeolog dari penggalian-penggalian di wilayah Mesir, Mesopotamia, Babilonia, Jerusalem dan wilayah sekitarnya. Buku ini menguraikan latar belakang dan perkembangan kepercayaan manusia sejak zaman 10.000 ribu tahun sebelum Masehi (S.M) sampai awal abad 20, dan menunjukkan bahwa agama-agama saat ini pun sebenarnya masih banyak dipengaruhi oleh kepercayaan kuno tersebut. Saya akan menguraikan tentang kepercayaan dan mitologi yang mendasari tiga kebudayaan kuno saja.
1. MESIR
Peradaban kuno Mesir, Mesopotamia dan Babilonia berkembang antara lain karena kepercayaan mereka, yang didasari mitologi. Pada zaman tersebut, agama memegang peranan sentral, sehingga posisi kuil dan pendeta sangat penting.
Di Mesir, pendeta (shaman) menyelenggarakan ritual di kuil, memimpin umat, membuat persembahan, menginterpretasikan keinginan Dewa berdasarkan gerakan lembu suci Apis yang terdapat di kuil, menentukan saat musim tanam dengan menghitung tibanya musim banjir sungai Nil dengan melihat pergerakan bintang-bintang, dan dari kegiatan ini memunculkan kalender pertama di dunia.
Pada awalnya bangsa Mesir percaya kepada Dewa Pthah sebagai Cause of Causes dan Pencipta semua hal: bumi, binatang, manusia dan dewa-dewa lain, yang tercipta hanya dengan memikirkannya saja. Pthat terdiri dari Horus (hati, pikiran) dan Thoth (kata), sebagai pengatur kosmos, sumber kebijaksanaan dan pengetahuan, dan pemberi mantra bagi peyihir untuk menguasai alam dan dunia supra natural. Namun kepercayaan ini terlalu abstrak bagi rakyat kebanyakan, sehingga kemudian muncul dewa-dewa lain yang lebih populer.
Dewa tersebut adalah empat bersaudara, yaitu Osiris dan istrinya Isis (dewi cinta, kelahiran dan kesuburan tanah), Set (dewa pembunuh, pemburu) , Horus (dewa langit, terdiri dari Ra (matahari) dan Thoth (bulan) yang masing-masing menjadi mata kanan dan kirinya) dan Nephty. Osiris dan Isis memiliki anak yaitu Horus si anak, yang merupakan reinkarnasi Osiris.
Dewa-dewa lainnya yaitu Hathor (dewi langit), Apis (reinkarnasi Osiris), Anubis, penjaga orang mati dan pemandu ke pengadilan Osiris, dan Atum.
2. MESOPOTAMIA
Mesopotamia yang terletak di sungai Tigris dan Eufrat, Irak, dahulu adalah daerah yang subur dengan kanal-kanal irigasi, sehingga disini terdapat taman yang kemudian dikenal dengan nama Taman Eden. Daerah ini menjadi padang pasir setelah banjir merusakkan kanal-kanal buatan tersebut, sehingga tanah tidak terairi, tumbuhan hilang dan soil mengering.
Dasar dari pemujaan disini adalah pemberian kurban. Semua memberikan kurban masing-masing, berupa budak, hasil pertanian, ternak, kain, rempah-rempah, emas; budak antara lain untuk dipekerjakan di kebun, peternakan dan industri milik kuil, sedang hasil pertanian untuk dipinjamkan oleh pendeta dengan bunga tinggi. Selain mengendalikan ekonomi, pendeta juga mengatur hukum perkawinan, perbudakan, kepemilikan, dan lain-lain. Dari kisah (lore) Babilonia dan Semit diketahui bahwa banjir besar terjadi pada sekitar tahun 4200 sebelum Masehi yang menutup dataran rendah setinggi 20 kaki, kemudian pada tahun 2500 S.M bangsa Sumeria dan Semit bersatu di bawah pimpinan Sargon membentuk kerajaan. Sargon dilahirkan dalam kerahasiaan, dilarutkan dalam keranjang di sungai Eufrat, diselamatkan dan dibesarkan oleh Akki si peternak, kemudian Dewi Ishtar jatuh cinta, asal muasal Sargon terbuka, dan ia dinobatkan menjadi raja. Di kemudian hari kerajaan ini menjadi besar di bawah Hammurabi.
Berdasarkan 30.000 ribu clay berasal dari tahun 2.000 S.M. yang ditemukan di reruntuhan perpustakaan raja Ashurbanipal pada tahun 1845, diperoleh pengetahuan mengenai kepercayaan bangsa Sumeria, yang dikenal dengan Seven Tablets of Creation, sebagai berikut :
Pada mulanya adalah Tiamat, yaitu substansi primordial, dan Apsu, atau benda (matter) yaitu orang tua segala hal. Dari keduanya muncul Mummu atau chaos, yang mingled dalam massa tunggal tak berbentuk, dan melahirkan dewa-dewa. Namun adanya dewa-dewa mengganggu ketenangan Tiamat dan Apsu, sehingga Mummu menawarkan diri untuk menghancurkan mereka untuk Tiamat. Sebelum hal itu terjadi, dewa-dewa antara lain Ea dan Marduk telah mengetahuinya, sehingga Ea segera melakukan tipu muslihat dengan menjadikan Apsu tertidur kemudian membunuhnya, demikian pula Mummu dipotong bagian penting tubuhnya dan dilenyapkan cahayanya. Sementara itu Marduk membunuh Tiamat, dan mengurung Kingu, suami kedua Apsu dalam tempat gelap serta mengurbankannya. Darah Kingu membentuk fashioned manusia untuk pelayanan kepada dewa-dewa dan menjadikan dewa bebas. Kini dewa-dewa merasa bosan, karena tidak memiliki pemuja, sehingga Marduk, sebagai pemimpin dewa-dewa berkata,”Aku akan menciptakan manusia”. Darahnya berasal dari dewa sedangkan tulangnya dari bumi, dan nasibnya ditentukan oleh Marduk. Manusia, yang merasa bersyukur pada Marduk sebagai pahlawan dan pencipta mereka, membangun kuil untuknya, yaitu kuil Babel, atau The Gate of God.
Bangsa ini juga percaya kepada Dewa Bulan, Sin, dan hari ke tujuh adalah hari suci dewa ini, dimana mereka tidak berani memasak daging, mengganti pakaian atau memulai suatu kegiatan karena akan membawa nasib buruk.
Terdapat pula kepercayaan akan Aralu, yaitu tempat bagi orang mati, yang berada di bawah kekuasaan Dewi Allat, yang mudah melakukan kekerasan, dan Nergal, Dewa demam dan wabah; keduanya tinggal di sebelah barat dunia yang dikelilingi 7 dinding. Dewi Allat menghakimi orang-orang mati, yang nasibnya ditentukan oleh persembahan dan pengurbanan yang dibuat semasa hidup. Mereka yang kurang memenuhi syarat akan terkena lepra selama-lamanya, sedangkan yang cukup memenuhi syarat akan mengalami keadaan yang menyedihkan : memakan debu bumi, haus dan lapar, menggigil kedinginan, dan diganggu setan kegelapan. Dengan demikian kematian adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan.
3. BABILONIA
Mitologi lainnya adalah kisah Gilgamesh, yang berasal dari 12 tablet di perpustakaan kerajaan di Nineveh serta ditemukan pula di Ashur dan Asia Minor, dari masa sebelum 2500 S.M.
Kisah Gilgamesh berkaitan dengan pencarian Pohon Kehidupan, banjir besar, kapal dan kehancuran manusia, serta seorang yang diselamatkan dewa-dewa (Uta Napishtim) dan karenanya memperoleh keabadian. Dalam kisah ini tokoh sentralnya adalah Ishtar, dewi utama bangsa Mesopotomia yang dipuja tidak jauh berbeda dengan dewa Marduk. Para ahli memperkirakan bahwa asal muasal Ishtar adalah dewi bangsa Semit (Yahudi) Ashtar atau Astarte, karena bangsa ini semula merupakan masyarakat matriarkal. Pemujaan terhadap Ishtar atau dewi tampak dari temuan benda-benda berbentuk wanita hamil di wilayah yang luas, dari peninsula Italia, Nil, Tigris, Eufrat dan teluk Persia.
Dalam Gilgamesh, dikisahkan bahwa Gilgamesh adalah seorang muda yang kuat dan tampan sehingga mengalahkan semua orang di kota Erech. Hal ini meresahkan penduduk kota tersebut, sehingga mereka berdoa kepada dewa-dewa. Dewi Ishtar kemudian memerintahkan dewi Aruru untuk menciptakan pesaing Gilgamesh. Dari tanah liat, dengan tangannya Aruru membentuk makhluk laki-laki yang dinamakan Engidu, dan tinggal di hutan. Engidu seorang yang kuat, sehingga sebenarnya dapat mengalahkan Gilgamesh, namun dewa Shamash berkeinginan mengubah kedua prajurit tersebut menjadi sahabat. Untuk membujuk Engidu, Shamash mengirim seorang pemburu ke kuil Ishtar untuk mendapatkan seorang pendeta perempuan cantik. Pendeta ini berhasil membujuk Engidu untuk ke Erech, dan setelah perkelahian memperebutkan pendeta tersebut, keduanya menjadi sahabat. Selanjutnya Ishtar jatuh cinta kepada Gilgamesh, setelah diselamatkan dari penawanan Humbaba, namun Gilgamesh menolaknya, karena Ishtar sebelumnya telah mencintai elang, singa, stallion (kuda), gembala, tukang kebun, namun kemudian menyengsarakan mereka semua. Hal ini membuat Ishtar marah, dan mengadu kepada ayahnya dan membuat ayahnya menciptakan lembu khusus untuk menghancurkan Gilgamesh. Namun Gilgamesh dan Engidu dapat membunuh lembu tersebut, memotongnya dan melemparkan pallusnya ke Ishtar.
Kisah selanjutnya adalah Gilgamesh menemani Engidu berhari-hari dalam keadaan sekarat. Untuk menyelamatkan sahabatnya, Gilgamesh kemudian pergi mencari Pohon Kehidupan, yang dapat menghindarkan kematian sahabatnya. Setelah melalui perjalanan berat, mendapatkan Tree of Life yang kemudian hilang dicuri serpent, Gilgamesh akhirnya mencapai tanah leluhurnya, Uta Napistim, yang telah menjadi imortal, dan menceritakan tentang banjir besar, kapal dan pengangkutan seluruh binatang.
Kisah penting tentang Ishtar adalah yang berikut. Di masa mudanya Ishtar memiliki kekasih bernama Tammuz, kemudian Tammuz terluka parah dan dibawa ke kerajaan Allat. Ia dapat diselamatkan jika lukanya dibersihkan dengan air dari air mancur kemudaan, yang mengalir di tanah kematian. Ishtar kemudian pergi ke wilayah tersebut dengan sedih, namun dewi Allat tidak berkenan. Sementara itu dunia berduka karena kematian Ishtar. Kemudian dewa Ea akhirnya memutuskan perkecualian atas hukum kematian, sehingga ia mengirim utusan kepada Allat memerintahkan dilepaskannya Ishtar dan Tammuz. Keduanya kembali ke bumi. Selanjutnya setiap tahun Ishtar harus memandikan Tammuz dalam air suci, memberinya pakaian duka dan memainkan nyanyian duka. Dalam kisah ini terdapat kebangkitan dari kematian.
Disebutkan dalam buku ini, “Di Babilonia kuil Ishtar dipelihara oleh para perempuan, orang kasim dan laki-laki yang berpakaian sebagai perempuan, dan kaum pria yang bertemu dengan kependetaannya mengalami komunion dengan Dewi Keberkahan, The Divine Mother. Di kemudian hari kaum pria menganggap pemujaan terhadapnya hal yang buruk, namun mereka melanjutkannya dengan puasa, penyiksaan diri, menari, menyanyi, pengurbanan darah dan bentuk lainnya untuk membangun komunion dengan deity.”
Dewi Ishtar adalah dewi yang memiliki sifat-sifat kontradiktif, ia dapat bersikap baik, dapat dipercaya, dingin, namun juga dapat bersikap kejam, berkhianat, pemarah, namun tetap dipuja sebagai Mother of All Living. Dengan demikian, sejak zaman kuno manusia sudah terbiasa dengan sifat dewa yang kontradiktif; pengasih, pemurah, namun juga kejam, pemarah dan memberikan kesengsaraan.
Bagian selanjutnya dari buku ini membahas pengaruh mitologi di atas terhadap agama Yahudi, yang menjadi dasar agama Kristen dan Islam; perkembangan agama Kristen, asal mula konsep setan dan permasalahannya, serta kondisi kepercayaan manusia saat ini. Inti dari buku ini adalah, semua yang kita percayai saat ini berawal jauh sekali, dimulai dari mitologi yang diciptakan bangsa-bangsa kuno di atas, mungkin sejak 5.000 tahun S.M. atau sebelumnya. Apakah kita akan bersedia menelitinya kembali, ataukah akan melanjutkan saja terus modifikasi mitologi-mitologi kuno tersebut tanpa melihat sejarah, tanpa berpikir?
Buku ini sangat bagus, karena memberikan pengetahuan dari sisi lain, yang tidak mudah kita dapatkan. Mungkin karena dalam hal kepercayaan definisi dari kebaikan adalah “percaya, dan jangan sangsikan atau selidiki apapun”.