Thursday, September 21, 2006

THE GHOST IN THE UNIVERSE



Judul : The Ghost in the Universe - God in the Light of Modern Science
Pengarang : Taner Edis
Tebal : 325 halaman
Tahun : 2002
Penerbit : Prometheus Books, NY

Apabila anda pernah sedikit saja meragukan keyakinan anda, karena merasa apa yang diajarkan sebagai kebenaran dan suci tidak pas atau kontradiktif dengan logika, tapi kemudian akhirnya anda berkata, “Baiklah, mungkin rasio saya memang tidak akan pernah menjangkaunya. Untuk hal ini saya akan percaya saja (namun sebenarnya tetap bertanya-tanya), meskipun banyak yang tetap tidak bisa saya mengerti,” maka buku ini adalah buku yang sangat bagus. Mungkin anda akan ingat kembali pertanyaan-pertanyaan lama yang anda simpan karena menurut guru agama hal tersebut tidak patut ditanyakan.

Penulis buku ini, ilmuwan fisika yang menyatakan dirinya seorang skeptis (dan dengan demikian adalah penganut scientific materialism), berusaha menunjukkan bahwa sains modern, antara lain fisika, kosmologi, biologi dan neuroscience (ilmu syaraf ) tidak memberi petunjuk akan adanya dunia lain di luar dunia material yang kita hadapi, dan tidak ada tanda-tanda bahwa alam dirancang dan dikendalikan oleh sosok yang kita sebut Tuhan. Sebaliknya, sains menunjukkan bahwa alam semesta bersifat kebetulan, impersonal, kejam dan tidak peduli (indifferent). Oleh karena itu semua agama adalah mitos, demikian pula dunia gaib. Namun manusia tidak dapat melepaskan agama dan kepercayaan kepada Tuhan, karena agama memberikan rasa aman, arti hidup, harapan, perasaan keadilan, keabadian, dan stabilitas sosial yang dibangun dari aturan mengenai moralitas yang legitimasinya berasal dari Tuhan, sehingga kebenaran agama/kepercayaan lainnya yang sejenis dibela dengan segala cara meskipun bertentangan dengan logika. Hal ini karena menjadi seorang skeptis berarti kehilangan semua perasaan nyaman tersebut, sehingga apabila tidak siap dapat merupakan suatu kehidupan yang sepi dan menyedihkan. Selain itu menentukan moral bagi masyarakat banyak tanpa dasar yang berasal dari Tuhan akan menjadi masalah tersendiri. Dengan demikian meskipun perkembangan sains semakin menunjukkan tidak adanya Tuhan, agama akan terus hidup karena manusia memerlukannya. Disini penulis mengajukan bahwa bersikap skeptis adalah perlu, karena bukti-bukti tidak cukup untuk mempercayai agama dan Tuhan. Namun penulis tidak sampai kepada pembahasan bagaimana menangani dunia yang penuh ketidakadilan jika tidak ada agama, terutama bagi mereka yang tidak beruntung. Seseorang yang sukses mungkin tidak memerlukan Tuhan dan surga, tapi bagi mereka yang sepanjang waktu dilingkupi kemiskinan dan kemalangan, hidup tanpa Tuhan dan agama akan menjadi benar-benar tanpa harapan dan tidak berarti.

Hal yang menarik dari buku ini adalah penulisnya memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang agama Kristen, Islam dan Yahudi. Selain itu setiap kritik terhadap agama atau keyakinan tradisional lain selalu dimulai dari sudut pandang penganut agama tersebut. Misalnya dalam melakukan kritik terhadap agama Islam, penulis mengemukakan terlebih dulu hal-hal yang menjadi keyakinan umat Islam, seperti bahwa Tuhan itu satu, Muhammad adalah rasul terakhir yang mendapat firman langsung dari Allah, dan seterusnya, kemudian membedah hal di atas satu persatu dengan berdasarkan logika, bukti-bukti sejarah, dan fakta yang berhasil diperoleh dari sains. Karena itu untuk dapat memahami buku ini dengan baik diperlukan pula pengetahuan dasar yang cukup memadai tentang fisika, kosmologi dan teori evolusi.

Buku ini tidak memberi informasi baru mengenai kemajuan sains, namun memberikan pandangan dan pengetahuan untuk bersikap kritis terhadap hal-hal yang bersifat atau tidak dapat dibuktikan secara ilmiah, dengan membedah keyakinan-keyakinan tradisional berdasarkan rasio dan sains. Dengan demikian pada setiap bab pembahasan berpijak dari pendapat dan pembelaan kaum beragama/penganut kepercayaan dunia gaib yang berlanjut kepada argumen penulis yang berdasarkan logika, sejarah, dan penemuan sains terakhir, sehingga pembahasan yang diberikan dalam buku ini menjadi lengkap dan cukup meyakinkan, tanpa kesan yang bersifat memaksa atau emosional seperti penulis atheis lainnya.

Bagi umat beragama yang berpikiran terbuka (yang tentunya tidak mudah begitu saja kehilangan kepercayaan) buku ini patut dibaca, karena dapat mengingatkan untuk lebih menghargai rasio yang dimiliki dan bersikap lebih kritis dalam beragama. Buku ini tidak untuk mereka bersifat dogmatis.

No comments: