Manusia Digital |
Judul : Manusia Digital – Revolusi 4.0 Melibatkan
Semua Orang
Pengarang :
Chris Skinner
Penerjemah :
Kezia Alaia
Penerbit :
Elex Media Komputindo, Jakarta
Tebal : 416 halaman
Tahun : 2019
Digitalisasi telah merambah semua bidang, dari perbankan hingga
kehidupan sehari-hari. Buku ini memberi gambaran singkat tentang perkembangan tersebut dan prediksi untuk dua hingga tiga dekade mendatang, yang terbagi atas 7 bab sebagai berikut:
Bagian pertama membahas tentang tahap-tahap evolusi manusia hingga
mencapai tahap Manusia Digital. Penulis membaginya dalam 5 tahap. Tahap pertama
yaitu penciptaan keyakinan bersama, tahap kedua penciptaan uang, tahap ketiga
revolusi industri, tahap ke empat era jaringan, dan terakhir adalah masa depan,
dimana manusia akan mengkolonisasi angkasa luar dan hidup lebih dari serratus
tahun.
Bagian kedua buku membahas mengenai evolusi dalam digitalisasi. Era
pertama yaitu penciptaan komputer dan pengembangan web, berupa proyek ARPANET
yang merupakan cikal bakal internet dan penciptaan dasar-dasarnya yaitu HTML, URI,
HTTP oleh Barnes Lee pada tahun 1990. Selanjutnya era kedua ditandai dengan
dimulainya jaringan, dengan munculnya situs web pertama pada tahun 1991, yang
kemudian memunculkan perdagangan melalui internet, ditandai oleh munculnya
Amazon (1995), PayPal dan Alibaba (1999). Era ketiga ditandai dengan munculnya
jaringan sosial yaitu blog (2003), Facebook (2004) dan Youtube (2005). Masa ini
bersamaan dengan munculnya telepon pintar (2007). Era ke empat atau Web 3.0
adalah internet pasar. Pada masa ini muncul bank terbuka, yaitu bank-bank yang menuju struktur
layanan mikro, pasar terbuka, dan berfokus pada pengembangan digital. Akhirnya
era ke lima atau Web 4.0 yang akan datang pada tahun 2020-an, dimana kecerdasan
buatan akan mulai mencapai tingkat kesadaran.
Bagian ketiga membahas mengenai perkembangan dan kebangkitan platform
dan marketplace. Penulis menjelaskan bagaimana hanya dalam waktu dua puluh
tahun, kapitalisasi perusahaan-perusahaan digital (Apple, Microsoft, Amazon,
Fb, Airbnb, PayPal, Ant Financial) telah melampaui perusahaan-perusahaan
tradisional yang berusia ratusan tahun (Exxon, Citi, Braclays, Deutsch Bank).
Selanjutnya berdasarkan data tersebut penulis menyarankan agar bank-bank
tradisional mengubah system informasinya yang tertutup dengan sistem terbuka
yang dapat dirancang ulang arsitekturnya setiap beberapa tahun sekali dan
terbuka terhadap kecerdasan buatan sehingga dapat memberi informasi lebih
banyak bagi nasabahnya dan diri sendiri, dengan demikian memberikan pelayanan
lebih baik dan memberikan pendapatan lebih besar. Hal ini juga agar bank dapat
bersaing dengan platform keuangan (fintek) yang akan semakin berkembang di masa
depan.
Bagian ke empat membahas mengenai kebangkitan robot, dimana setiap
peralatan yang kita miliki akan dapat saling berhubungan, sehingga hanya
sedikit sekali yang perlu kita lakukan. Hal ini terkait dengan semakin majunya
kecerdasan buatan, yang akan mencapai tahap ketiga yaitu kecerdasan buatan
super, dimana mesin lebih pintar dari satu kesatuan umat manusia. Pekerjaan
akan banyak diotomasi.
Bagian kelima khusus membahas tentang teknologi finansial, antara
lain Regtech untuk teknologi regulasi,
insurtech untuk asuransi, dan tekfin untuk pembayaran, pinjaman, identitas
digital, keamanan siber, inklusi keuangan, analitik, roboadvice, buku besar
tersebar blockchain, dan lain-lain. Munculnya tekfin dapat menjadi ancaman bagi
bank tradisional, karena sebagian dari mereka telah mampu mendirikan bank pula,
meskipun masih terbatas memberikan kredit kecil dan menengah. Namun mereka
berusaha menyatukan usaha perbankan mereka dengan tekfin yang mereka miliki.
Bagian ke enam berisi uraian mengenai perkembangan tekfin terutama di
negara-negara berkembang dalam meningkatkan inklusi keuangan. Di Afrika Tekfin
berhasil membuat identitas digital dan melayani pembayaran non tunai serta
transfer dengan biaya murah, melalui penggunaan telepon pintar. Demikian pula
di India. Sedangkan di Cina tekfin mengurangi penggunaan tunai hingga tingkat
minimal.
Bagian ke tujuh adalah mengenai perlunya bank-bank mengubah
teknologinya apabila tidak ingin ketinggalan zaman, dan bagian ke delapan
tentang sekilas mengenai masa depan.
Selain itu, terdapat bab khusus mengenai Ant Financial di bagian akhir
buku, yang menurut penulis adalah perusahaan keuangan pertama untuk era manusia
digital. Pada bagian ini diuraikan sejarah berdirinya Ali Baba, yang merupakan
e-commerce. Tidak adanya kepercayaan terhadap penjual e-commerce dan tidak
lazimnya penggunaan kartu kredit kemudian membuat didirikannya Alipay.
Selanjutnya untuk memanfaatkan dana yang terdapat dalam Alipay, didirikan Yu’e
Bao, platform untuk melakukan pembelian reksadana. Kemudian didirikan pula
Taobao dan Tmall sebagai cabang Taobao untuk memasarkan produk para pengusaha
kecil Cina. Akhirnya untuk melengkapi layanan pinjaman, didirikan MYbank pada
tahun 2015. Alipay, Yu’e Bao dan MYbank menjadi Ant Financial. Tidak hanya di
Cina, dalam jangka panjang Ant Financial memiliki tujuan untuk mendigitalkan
semua layanan di seluruh dunia, dan sasaran pertama adalah Asia Tenggara.
Buku ini cukup memadai untuk mendapatkan pengetahuan dasar mengenai
perkembangan ekosistem digital dan memahami perusahaan keuangan terbesar di
Asia yaitu Ant Financial, yang mulai masuk ke Indonesia. Kesimpulannya, ekonomi
digital lebih cepat berkembang di negara-negara dimana inklusi keuangan rendah,
yaitu negara-negara miskin dan berkembang. Hal ini akan menguntungkan
masyarakat apabila digunakan dengan baik, misalnya mengurangi biaya pencetakan
uang, memudahkan transaksi perdagangan, dan meningkatkan dana untuk keperluan
produktif. Di sisi lain, kecerdasan buatan dan data analitik akan menggantikan
sebagian besar pekerjaan manusia, sehingga muncul tantangan bagaimana
mempekerjakan tenaga yang digantikan oleh otomasi.