Judul : Jakarta! Sebuah Novel
Pengarang: Christophe
Dorigne-Thomson
Penerjemah: Caecilia
Krismariana
Penerbit: GPU
Tahun :
2012,
Des
Tebal :
367
hal
Ditulis dalam bentuk
fiksi, Jakarta! menceritakan seorang pemuda Prancis lulusan sekolah bisnis elit
yang mengalami shock setelah kematian adik laki-lakinya, sehingga kemudian
mengubah haluan hidupnya, dengan melakukan profesi hampir seperti James Bond
dan bertugas di Tokyo, California, Mumbai, Krakow, Marakesh, Johannesburg,
Shanghai, Abu Dhabi, Rio de Janeiro, Aberdeen, Havana, berlibur di empat negara
Asia Tenggara, dan akhirnya jatuh cinta pada Indonesia.
Meskipun demikian,
mengharapkan novel Jakarta! mengisahkan banyak hal tentang kota Jakarta atau
Indonesia akan berakibat pada kekecewaan, karena ternyata novel ini adalah
tentang kritik kepada Prancis dan perjalanan seorang pemuda Prancis dalam
mencoba menemukan jati dirinya.
Dari sisi fiksi,
kisahnya agak membosankan, karena tidak ada dialog sama sekali dan batas antara
pikiran tokoh utama (yang diceritakan sebagai pihak ketiga) dengan pengarang
nyaris tidak ada, sehingga buku ini bisa dibilang setengah fiksi dan esai.
Maksud pengarang sebenarnya adalah mengemukakan pendapat tentang keadaan di
wilayah-wilayah di atas serta membandingkannya dengan benua Eropa, khususnya
Prancis, yang baginya sangat mengecewakan karena tidak memberi kesempatan
kepada generasi muda untuk berkembang dan membangun negerinya sebagaimana
negeri-negeri lain, anti imigran sehingga menghambat kemajuannya sendiri, dan
bersikap diskriminatif kepada kaum minoritas, yang sebenarnya adalah korban
akibat penjajahan Prancis sendiri di masa lalu. Kritiknya yang cukup tajam
terhadap generasi tua Prancis sangat terasa pada banyak bab.
Buku ini membuat
pembaca lebih memahami kondisi Eropa saat ini, yang menghadapi masalah penuaan
penduduk, pengangguran generasi muda
yang cukup tinggi, meningkatnya imigran, konflik nilai dan budaya dengan imigran
muslim, disamping krisis ekonomi. Khusus
di Prancis, masalah tersebut ditambah dengan dominannya generasi tua,
birokrasi, kurangnya keberpihakan pada kaum miskin dan diskriminasi ras. Negara
Eropa lainnya seperti Inggris dan Jerman lebih baik, karena memberikan
kesempatan dan kebebasan lebih besar kepada generasi muda serta kaum minoritas.
Tampaknya berdasarkan
hal di atas maka pengarang merasa pesimis akan masa depan Eropa, apalagi
Prancis, sebaliknya merasa sangat optimis bahwa Asialah yang akan menjadi
harapan kemajuan di masa depan, disamping Amerika yang masih akan tetap penting.
Dan salah satu negara Asia yang memiliki potensi untuk menjadi negara besar adalah
Indonesia, karena orang Indonesia kreatif, memiliki kebebasan, dan suka
teknologi.
Namun kisah tentang Jakarta
dan Indonesia hanya terdapat dalam 14 halaman terakhir, lebih sedikit dari
negara-negara lain yang berkisar antara 21 s.d 36 halaman.
Seseorang yang jatuh
cinta pada umumnya memang tidak begitu memperhatikan kekurangan pada apa yang
dicintainya. Penulis menyatakan cinta pada Jakarta dan Indonesia. Mungkin itu pula
sebabnya ia tidak membahas atau menganggap penting kekurangan-kekurangan atau
masalah yang dimiliki Jakarta dan Indonesia (di dalam kisah fiksinya, tokoh
utama tidak mendukung upaya pencegahan perusakan hutan) yang membuat
penduduknya merasa pesimis, sebagaimana halnya kebanyakan orang Indonesia juga
tidak dapat melihat kekurangan Prancis dengan jelas - yang membuat pengarang merasa
pesimis akan negerinya.