Judul : Pondok Baca - Kembali ke Semarang
Pengarang : Nh Dini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2011
Tebal : 251 hal
Sebagai kelanjutan seri Cerita Kenangan, yang terakhir yaitu Argenteuil, Hidup Memisahkan Diri (2008), Pondok Baca adalah kisah kehidupan Dini sejak pulang ke Indonesia pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1998.
Dalam Pondok Baca dikisahkan bagaimana Dini memulai hidup baru setelah kembali ke Semarang – tempat tinggalnya di masa kecil, kemudian asal mula gagasan membangun Pondok Baca, yaitu taman bacaan untuk anak-anak dan pra remaja di sekitar tempat tinggalnya, usahanya dalam membangun dan mempertahankan Pondok Baca serta tempat tinggal yang layak, termasuk ketika harus menghadapi musibah bencana alam, dan kegiatan-kegiatannya yang lain.
Apabila diteliti, seluruh tulisan Dini, baik seri Cerita Kenangan maupun novel-novelnya, semuanya bersifat otobiografis, artinya bersumber dari pengalaman nyata dan kisah sehari-hari penulisnya yang diceritakan dengan lancar dan jujur. Mungkin ini yang menjadi daya tarik buku-bukunya selama ini. Kejujuran seorang perempuan yang menceritakan pengalaman dan perjuangan hidupnya yang tidak selalu beruntung, namun selalu dijalani dengan rasa syukur dan usaha keras, dan dibagikan kepada banyak orang secara terbuka.
Mungkin banyak perempuan yang mengalami hal-hal yang dialami Dini, seperti mendapatkan suami yang salah, mengalami kesulitan keuangan dan banyak masalah lainnya, walau telah bekerja atau berusaha keras hampir seumur hidup untuk mencapai apa yang diimpikan, namun tetap hidup dengan baik sehingga dapat mengatasi semua kesulitan, memberikan manfaat bagi sekelilingnya dan akhirnya berbahagia.
Namun berapa orang yang bersedia membagikan pengalaman hidupnya yang kurang menyenangkan serta perasaannya kepada banyak orang secara jujur dan terbuka dalam bentuk novel atau cerita kenangan? Padahal mungkin kisah-kisah tersebut dapat membantu perempuan lain yang mengalami hal yang hampir sama bahwa dia tidak sendirian, bahwa kadang demikianlah hidup: tidak selalu seperti yang dicita-citakan, tetapi harus tetap dijalani dan diatasi dengan kesungguhan.
Membaca buku-buku Dini kita tidak akan menemukan banyak hal yang bersifat fiksi, karena tokoh-tokoh maupun ceritanya hanya sekitar kehidupan pengarang sendiri, namun mungkin justru akan mengingatkan kita kepada diri sendiri, orang tua, keluarga, atau orang-orang yang kita kenal... hidup tidak selalu seperti yang dicita-citakan, tetapi apapun yang terjadi, tetap harus dijalani dan diatasi dengan baik....
Pengarang : Nh Dini
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun : 2011
Tebal : 251 hal
Sebagai kelanjutan seri Cerita Kenangan, yang terakhir yaitu Argenteuil, Hidup Memisahkan Diri (2008), Pondok Baca adalah kisah kehidupan Dini sejak pulang ke Indonesia pada tahun 1980 sampai dengan tahun 1998.
Dalam Pondok Baca dikisahkan bagaimana Dini memulai hidup baru setelah kembali ke Semarang – tempat tinggalnya di masa kecil, kemudian asal mula gagasan membangun Pondok Baca, yaitu taman bacaan untuk anak-anak dan pra remaja di sekitar tempat tinggalnya, usahanya dalam membangun dan mempertahankan Pondok Baca serta tempat tinggal yang layak, termasuk ketika harus menghadapi musibah bencana alam, dan kegiatan-kegiatannya yang lain.
Apabila diteliti, seluruh tulisan Dini, baik seri Cerita Kenangan maupun novel-novelnya, semuanya bersifat otobiografis, artinya bersumber dari pengalaman nyata dan kisah sehari-hari penulisnya yang diceritakan dengan lancar dan jujur. Mungkin ini yang menjadi daya tarik buku-bukunya selama ini. Kejujuran seorang perempuan yang menceritakan pengalaman dan perjuangan hidupnya yang tidak selalu beruntung, namun selalu dijalani dengan rasa syukur dan usaha keras, dan dibagikan kepada banyak orang secara terbuka.
Mungkin banyak perempuan yang mengalami hal-hal yang dialami Dini, seperti mendapatkan suami yang salah, mengalami kesulitan keuangan dan banyak masalah lainnya, walau telah bekerja atau berusaha keras hampir seumur hidup untuk mencapai apa yang diimpikan, namun tetap hidup dengan baik sehingga dapat mengatasi semua kesulitan, memberikan manfaat bagi sekelilingnya dan akhirnya berbahagia.
Namun berapa orang yang bersedia membagikan pengalaman hidupnya yang kurang menyenangkan serta perasaannya kepada banyak orang secara jujur dan terbuka dalam bentuk novel atau cerita kenangan? Padahal mungkin kisah-kisah tersebut dapat membantu perempuan lain yang mengalami hal yang hampir sama bahwa dia tidak sendirian, bahwa kadang demikianlah hidup: tidak selalu seperti yang dicita-citakan, tetapi harus tetap dijalani dan diatasi dengan kesungguhan.
Membaca buku-buku Dini kita tidak akan menemukan banyak hal yang bersifat fiksi, karena tokoh-tokoh maupun ceritanya hanya sekitar kehidupan pengarang sendiri, namun mungkin justru akan mengingatkan kita kepada diri sendiri, orang tua, keluarga, atau orang-orang yang kita kenal... hidup tidak selalu seperti yang dicita-citakan, tetapi apapun yang terjadi, tetap harus dijalani dan diatasi dengan baik....
No comments:
Post a Comment