Pengarang: Margaret Atwood
Penerbit: Folio Society
Tahun : 2012
Tebal : 318 hal
The Handmaid’s Tale adalah kisah tentang masyarakat teokrasi di masa depan, dimana kebebasan tidak ada lagi, teknologi dan ilmu pengetahuan lenyap digantikan ayat-ayat dari kitab suci, dan perempuan kembali tidak memiliki hak apapun di masyarakat.
Terinspirasi oleh novel-novel dystopia seperti 1984, Fahrenheit 451 dan Brave New World, sebagian keadaan yang digambarkan dalam novel telah terjadi di beberapa bagian dunia.
Cerita dituturkan oleh Offred, seorang handmaid, yaitu perempuan yang tugasnya memberi keturunan pada pasangan suami istri elit penguasa. Penguasa baru, yaitu pendiri republik Gilead mengambil-alih pemerintahan demokratis Amerika setelah ada serangan besar dari teroris Islam, dengan mendasarkan pemerintahan pada keyakinan Kristen fundamentalis. Sejak masa pemerintahan ini, maka semua perempuan dilarang bekerja, dilarang memiliki rekening dan property, membaca, menulis, dan tidak dapat bepergian ke luar rumah sendiri. Setiap orang wajib mengenakan pakaian yang sesuai dengan kelasnya dalam masyarakat, yang dibedakan warnanya, dan semua perempuan wajib mengenakan gaun panjang yang tertutup penutup kepala, sepatu tanpa hak, serta berjalan menunduk. Film, majalah, musik, buku selain kitab suci dan barang-barang lain yang kurang berguna dilarang, dan ilmuwan serta dokter kehilangan pekerjaan karena univesitas dan rumah sakit ditutup.
Negara masih terus menghadapi perang dan pertumbuhan populasi sejak beberapa waktu sebelumnya telah negatif. Kondisi ini dan banyaknya radiasi kimia akibat perang mengakibatkan kemampuan reproduksi merupakan barang langka. Oleh karena itu pemerintahan baru membuat peraturan yang memaksa perempuan yang menikah untuk kedua kalinya atau tidak terikat pernikahan namun pernah memiliki anak menjadi handmaid, dengan membunuh pasangan mereka dan mengambil anak mereka sendiri untuk dididik negara, serta menempatkan mereka dalam rumah para pasangan penguasa yang tidak dapat memiliki anak. Offred adalah salah satu diantara perempuan tersebut. Suaminya mungkin dibunuh dan anak perempuannya diambil oleh negara. Sementara itu, perempuan lanjut usia, dan mereka yang tidak dapat bereproduksi dibuang ke koloni, untuk membersihkan bahan-bahan berbahaya sisa perang yang terkena radiasi, sedangkan perempuan penurut yang tidak menjadi istri penguasa atau Commander bertugas mengindoktrinasi perempuan-perempuan muda untuk patuh pada ideologi baru negara.
Novel ini menggambarkan kehidupan Offred yang membosankan di rumah Commander. Dari seorang perempuan bekerja yang mandiri dan memiliki keluarga menjadi perempuan yang setiap hari tidak melakukan apa-apa kecuali pergi berbelanja makanan di pagi hari bersama Offglen, seorang handmaid lain, menyerahkan barang belanjaan kepada dua pembantu perempuan, dan berdoa bersama keluarga Commander di sore hari, di dekat istri yang tidak menyukai kehadirannya. Hiburan satu-satunya adalah melewati Dinding, yang memajang orang-orang yang baru dihukum gantung, untuk melihat siapa yang dihukum hari itu.
Negara masih terus menghadapi perang dan pertumbuhan populasi sejak beberapa waktu sebelumnya telah negatif. Kondisi ini dan banyaknya radiasi kimia akibat perang mengakibatkan kemampuan reproduksi merupakan barang langka. Oleh karena itu pemerintahan baru membuat peraturan yang memaksa perempuan yang menikah untuk kedua kalinya atau tidak terikat pernikahan namun pernah memiliki anak menjadi handmaid, dengan membunuh pasangan mereka dan mengambil anak mereka sendiri untuk dididik negara, serta menempatkan mereka dalam rumah para pasangan penguasa yang tidak dapat memiliki anak. Offred adalah salah satu diantara perempuan tersebut. Suaminya mungkin dibunuh dan anak perempuannya diambil oleh negara. Sementara itu, perempuan lanjut usia, dan mereka yang tidak dapat bereproduksi dibuang ke koloni, untuk membersihkan bahan-bahan berbahaya sisa perang yang terkena radiasi, sedangkan perempuan penurut yang tidak menjadi istri penguasa atau Commander bertugas mengindoktrinasi perempuan-perempuan muda untuk patuh pada ideologi baru negara.
Novel ini menggambarkan kehidupan Offred yang membosankan di rumah Commander. Dari seorang perempuan bekerja yang mandiri dan memiliki keluarga menjadi perempuan yang setiap hari tidak melakukan apa-apa kecuali pergi berbelanja makanan di pagi hari bersama Offglen, seorang handmaid lain, menyerahkan barang belanjaan kepada dua pembantu perempuan, dan berdoa bersama keluarga Commander di sore hari, di dekat istri yang tidak menyukai kehadirannya. Hiburan satu-satunya adalah melewati Dinding, yang memajang orang-orang yang baru dihukum gantung, untuk melihat siapa yang dihukum hari itu.
Selain keluarga Commander dan dua pembantu, terdapat pula penjaga merangkap pengemudi bernama Nick yang masih muda. Perlahan-lahan Offred mengenal siapa sebenarnya Offglen, Commander dan Nick. Commander tidaklah demikian kaku, Offglen tidaklah sesoleh penampilannya, dan Nick tampaknya bersedia menolongnya.
Apakah akhirnya ia memang bisa keluar dari negeri tersebut ke negara lain yang masih demokratis? Inggris misalnya, atau Jepang, yang digambarkan warganya berkunjung sebagai turis dan terheran-heran melihat Offred memakai gaun merah panjang tertutup di musim panas sehingga meminta pemandu menanyakan,”Apakah engkau bahagia?” Sementara Offred dengan iri melihat kebebasan dan pakaian turis tersebut sambil terkenang akan masa-masa ia sendiri memiliki kebebasan seperti itu. Ia juga mengingat dengan sedih kebenaran kata-kata ibunya – yang telah dibuang ke koloni – yang selalu memperingatkan dirinya akan ancaman tibanya masa rezim tersebut, dan kekecewaan ibunya karena ia tidak pernah menganggapnya dengan serius, sehingga tidak membantu perjuangan ibunya mempertahankan kebebasan yang mereka miliki saat itu. Offred mengira gerakan keagamaan tersebut tidak akan bisa menguasai negerinya, bahwa jumlah mereka kecil sehingga tidak akan dapat mempengaruhi atau mengubah kondisi negerinya secara drastis. Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa segalanya berjalan secara perlahan-lahan, tanpa ia sadari semua berubah secara perlahan, dan ketika ia menyadarinya, semua sudah terlambat. Tidak hanya dia, tapi banyak orang yang menganggap remeh gerakan tersebut terlambat menyadarinya, sehingga rezim tersebut dapat menguasai mereka. Hanya orang-orang seperti ibunya, yang mengetahui keadaan di zaman yang lebih lama, yang bisa menyadari ancaman tersebut.
Apakah akhirnya ia memang bisa keluar dari negeri tersebut ke negara lain yang masih demokratis? Inggris misalnya, atau Jepang, yang digambarkan warganya berkunjung sebagai turis dan terheran-heran melihat Offred memakai gaun merah panjang tertutup di musim panas sehingga meminta pemandu menanyakan,”Apakah engkau bahagia?” Sementara Offred dengan iri melihat kebebasan dan pakaian turis tersebut sambil terkenang akan masa-masa ia sendiri memiliki kebebasan seperti itu. Ia juga mengingat dengan sedih kebenaran kata-kata ibunya – yang telah dibuang ke koloni – yang selalu memperingatkan dirinya akan ancaman tibanya masa rezim tersebut, dan kekecewaan ibunya karena ia tidak pernah menganggapnya dengan serius, sehingga tidak membantu perjuangan ibunya mempertahankan kebebasan yang mereka miliki saat itu. Offred mengira gerakan keagamaan tersebut tidak akan bisa menguasai negerinya, bahwa jumlah mereka kecil sehingga tidak akan dapat mempengaruhi atau mengubah kondisi negerinya secara drastis. Tapi ia tidak memperhatikan, bahwa segalanya berjalan secara perlahan-lahan, tanpa ia sadari semua berubah secara perlahan, dan ketika ia menyadarinya, semua sudah terlambat. Tidak hanya dia, tapi banyak orang yang menganggap remeh gerakan tersebut terlambat menyadarinya, sehingga rezim tersebut dapat menguasai mereka. Hanya orang-orang seperti ibunya, yang mengetahui keadaan di zaman yang lebih lama, yang bisa menyadari ancaman tersebut.
Sebagian orang berpendapat bahwa kejadian di atas tidak mungkin dapat terjadi di Amerika. Mungkin tidak disana. Tapi bagaimana dengan di tempat lain? Bagaimana dengan di Iran, Afghanistan, Sudan? Indonesia? Atwood menulis novelnya pada tahun 1985. Pada tahun tersebut telah terjadi revolusi Iran, namun belum muncul pemerintahan Taliban (1996-2001), belum terjadi peristiwa 9/11, 2001, belum terlalu banyak terjadi terorisme dan radikalisme.
Revolusi Iran mewajibkan kembali pemakaian hijaab, Taliban menghapus semua hak perempuan, teknologi dan seni, gerakan keagamaan sekelompok kecil orang di Indonesia mengubah pikiran dan pakaian yang dikenakan perempuan muda hanya dalam dua puluh tahun – yang tak dapat dipahami atau terbayangkan oleh dua generasi di atasnya…
Apakah The Handmaid’s Tale berlebihan, ataukah ia ramalan buruk yang perlahan menjadi kenyataan?
Mungkin itu sebabnya, novel ini terus diterbitkan dan dibaca. Ia mengingatkan kita, terutama perempuan, apa yang akan terjadi jika pemerintahan teokrasi berkuasa – dari agama monoteis apapun. Dan bahwa perubahan dapat terjadi perlahan-lahan tanpa kita sadari jika kita selalu menganggap segalanya kecil dan tidak mungkin, sampai tiba-tiba segala sesuatunya sudah terlambat. Namun masih ada sedikit harapan – tidak semua tempat mengalami hal itu. Masih ada tempat-tempat, negara, dimana hal tersebut tidak terjadi. Paling tidak demikian pesan novel ini: jika di suatu tempat ada pemerintahan diktator teokrasi yang menindas perempuan, tidak berarti di semua tempat seperti itu, masih ada negara lain yang bersifat liberal.
Edisi baru novel ini yang diterbitkan oleh Folio Society dilengkapi dengan pengantar baru dari pengarang, dan ilustrasi yang sangat bagus dan sesuai dari Anna dan Elena Balbusso. Dalam pengantarnya, Atwood menyatakan, bahwa ia tidak mengarang sesuatu yang belum pernah dilakukan manusia. Semua yang ditulisnya pernah dilakukan manusia di masa yang lalu di dunia Barat, sehingga dalam novelnya tidak ada sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Namun demikian, ia sendiri tidak mengira bahwa ciptaannya akan sedemikian populer dan di beberapa wilayah mendekati kenyataan.
Edisi baru novel ini yang diterbitkan oleh Folio Society dilengkapi dengan pengantar baru dari pengarang, dan ilustrasi yang sangat bagus dan sesuai dari Anna dan Elena Balbusso. Dalam pengantarnya, Atwood menyatakan, bahwa ia tidak mengarang sesuatu yang belum pernah dilakukan manusia. Semua yang ditulisnya pernah dilakukan manusia di masa yang lalu di dunia Barat, sehingga dalam novelnya tidak ada sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Namun demikian, ia sendiri tidak mengira bahwa ciptaannya akan sedemikian populer dan di beberapa wilayah mendekati kenyataan.