Thursday, May 30, 2013

Satu Bumi


             Judul : Satu Bumi: Etika dalam Era Globalisasi
             Pengarang: Peter Singer
             Penerjemah: Pranoto Iskandar
             Penerbit: IMR Press
             Tahun : 2012
             Tebal : 197 hal






Globalisasi menuntut suatu etika baru, karena kita hidup di satu bumi. Artinya, setiap tindakan seseorang di suatu tempat secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan orang lainnya di tempat lain. Oleh karena itu penduduk atau negara kaya tidak dapat mengabaikan begitu saja kondisi penduduk atau negara-negara termiskin, apabila tindakan mereka dapat menyebabkan kehidupn penduduk negara-negara termiskin semakin sengsara. Tidak saja hal ini merupakan sesuatu yang tidak patut, namun akibat yang ditimbulkan dari buruknya kondisi mereka dapat membahayakan kehidupan mereka yang berada di negara-negara yang lebih maju, dalam bentuk kejahatan, terorisme dan sejenisnya.

Penulis mengemukakan bahwa terdapat 4 hal yang perlu diperhatikan oleh semua pihak, khususnya penduduk dan negara kaya, yaitu:
a. Satu atmosfer: perlunya negara dan masyarakat kaya mempertimbangkan akibat konsumsi mereka terhadap kerusakan bumi yang dapat menghancurkan iklim maupun ekosistem, yang akibatnya terutama akan dirasakan oleh rakyat negara-negara termiskin dalam bentuk perubahan cuaca, yang dapat berupa kegagalan panen, banjir, longsor, dan lenyapnya wilayah karena meningkatnya permukaan air laut.

b. Satu ekonomi: globalisasi hendaknya tidak saja menguntungkan rakyat atau negara-negara kaya, tetapi juga meningkatkan kesempatan dan kesejahteraan rakyat dan negara-negara miskin. Rakyat negara kaya dapat membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat negara-negara termiskin dengan pengorbanan kecil saja, misalnya menyumbangkan beberapa dollar yang kurang berarti nilainya bagi mereka namun sangat berarti bagi mereka yang berada dalam kemiskinan absolut.

c. Satu hukum: kejahatan kemanusiaan seperti genosida, yang dilakukan oleh suatu negara seharusnya dapat diadili oleh pengadilan internasional. Namun masih terdapat beberapa kendala untuk pelaksanaan hal ini.

d. Satu komunitas: penduduk negara kaya hendaknya tidak hanya memikirkan bangsa atau negaranya sendiri, karena pemberian bantuan kepada mereka yang berada jauh di bawah garis kemiskinan – misalnya penduduk negara miskin di Afrika – jauh lebih berarti nilainya dibandingkan dengan memberi bantuan kepada penduduk miskin di negara maju, yang bagaimanapun lebih baik kondisinya dari mereka yang berada di negara miskin. Apabila setiap penduduk negara kaya bersedia mengorbankan sedikit saja sejumlah uang yang bagi mereka tidak berarti untuk membantu penduduk negara-negara termiskin, maka kemiskinan akan dapat dikurangi atau bahkan dilenyapkan lebih cepat. Hal ini tidak mudah, karena manusia cenderung lebih suka membantu atau mementingkan pihak-pihak yang dekat dengan dirinya, seperti keluarga, tetangga, teman dekat, sesuku, sebangsa, satu ras, dari pada pihak yang kurang dikenal atau jauh letaknya.

Sebenarnya isi buku ini cukup bagus, meskipun terutama ditujukan untuk masyarakat AS, hampir sejenis dengan Hot, Flat and Crowded.. Namun apabila yang pertama terjemahannya terasa mengalir, terjemahan Satu Bumi sangat kaku, sehingga rasanya lebih baik membaca aslinya. Tampaknya hal ini karena tidak ada editor yang menyunting terjemahan tersebut, karena penerbit demikian percaya dengan penerjemah, yang dianggap ilmuwan yang sangat menguasai topik buku maupun bahasa Inggris, sehingga dianggap bahasa Indonesianya juga bagus.

Sebagai contoh,terdapat kalimat,”Ia menemukan bila ketika sebuah negara miskin dengan manajemen yang baik diberikan bantuan yang setara dengan1 persen dari PNBnya, kemiskinan dan kematian anak turun sampai 1 persen.” Mengapa tidak menggunakan kata bahwa untuk bila, sehingga kalimat tersebut akan menjadi,”Ia menemukan bahwa ketika sebuah negara miskin dengan manajemen yang baik diberikan bantuan yang setara dengan1 persen dari PNBnya, kemiskinan dan kematian anak turun sampai 1 persen.” Bukankah kalimat terakhir lebih jelas? Namun tidak ada satu pun kalimat yang menggunakan kata bahwa, karena semua telah diganti dengan kata bila. Itu baru satu contoh.

Terdapat kalimat lainnya yang seharusnya menggunakan kata anda, menggunakan kata kamu, sehingga terkesan kasar. Selain itu terdapat kalimat yang seharusnya pasif menjadi aktif, misalnya:
”Maka dari itu kita bisa mengusulkan,…..bila tiap orang yang memiliki cukup uang untuk menghabiskan bagi berbagai kemewahan dan kekonyolan yang begitu umum di masyarakat yang berkecukupan wajib untuk memberikan setidaknya 1 sen….bagi orang yang memiliki kesulitan untuk bisa makan…”
Akan lebih tepat kiranya jika kalimat tersebut berbunyi,
”Oleh karena itu kita bisa mengusulkan,…..bahwa tiap orang yang memiliki cukup uang untuk dihabiskan bagi berbagai kemewahan dan kekonyolan yang lazim pada masyarakat yang berkecukupan, wajib memberikan setidaknya 1 sen….bagi orang yang kesulitan memenuhi kebutuhan makannya.”

Masih banyak lagi kalimat-kalimat yang tidak tepat seperti di atas, sehingga sangat mengganggu dan membuat saya seperti mendapat pekerjaan mengedit sebuah buku, dan menegaskan kembali kekhawatiran saya setiap menghadapi buku terjemahan: jangan-jangan malah lebih sulit dimengerti dari aslinya, atau malah menjadi buku yang tidak menarik sama sekali (jika fiksi)?

No comments: