Monday, December 31, 2007

Has Science Found God?



Judul : Has Science Found God? The Latest Results in the Search for
Purpose in the Universe
Pengarang : Victor J. Stenger
Penerbit : Prometheus Books, NY
Tahun : 2003
Tebal : 357 hal




"Perhaps science can teach us humility and self reliance, and the need to live our lives within the universe as it really, not as we might wish it to. The universe is not populated by mysterious forces, beyond our comprehension, that control our lives and destinies for some unseen purpose."

Apakah kesimpulan dari penemuan terakhir dalam bidang fisika dan kosmologi mengenai alam semesta? Apakah ada tanda-tanda bahwa alam semesta ini diciptakan dengan suatu tujuan? Apakah sains menemukan bukti atau tanda bahwa alam semesta ini diciptakan atau dirancang?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sejak bab-bab awal penulis menyebutkan satu demi satu pernyataan-pernyataan mengenai ditemukannya tanda bahwa sains mendapatkan bukti alam semesta ini diciptakan untuk manusia oleh perancang atau pencipta. Baik pernyataan dari suatu konferensi ilmiah, pendapat beberapa ilmuwan, hingga anthropic principle. Namun menurut penulis, semua itu tidak benar, karena berdasarkan teori fisika termutakhir yang cukup teruji keandalannya, alam semesta tidak menunjukkan adanya rancangan atau tujuan. Hal ini berdasarkan teori fisika terakhir yang dapat diringkas sebagai berikut:
1. Ruang dan waktu tidak memiliki batas – tiada awal maupun akhir.
2. Waktu tidak memiliki arah tertentu pada tingkat fundamental.
3. Alam semesta material kita timbul dari fluktuasi kuantum dalam ruang hampa pada titik ruang-waktu arbitrary, yang mengarah kepada ekspansi eksponensial (inflasi) dan kemudian big bang. Entropi alam semesta adalah maksimum pada saat fluktuasi tersebut, sehingga setiap informasi yang mungkin ada telah dihancurkan.
4. Terdapat kemungkinan lebih dari satu alam semesta terjadi dengan cara di atas. Paling tidak, kita tidak memiliki dasar untuk mengandaikan bahwa alam semesta terjadi hanya satu kali.
5. Hukum konservasi global fisika dan prinsip relativitas adalah property simetri ruang hampa yang secara lamai meluas ke alam semesta material. Hukum dan prinsip ini sama di semua alam semesta.
6. Tak satupun dari hukum-hukum ini disimpangi oleh penampakan matter dari ruang hampa.
7. Hukum fisika tambahan, non global berasal dari pecahnya simetri lokal spontan pada awal alam semesta karena kebetulan.
8. Struktur seperti galaksi, bintang, planet, dan organisme hidup berkembang dari struktur kompleks system material yang terbentuk di bawah pecahnya simetri secara spontan. Urutan pembentukan tidak menyalahi hukum kedua termodinamika karena entropi maksimum alam semesta yang dimungkinkan meningkat saat alam semesta mengembang, memungkinkan meningkatnya ruang untuk terbentuknya keteraturan.

Selain itu, hal di atas didukung oleh bukti lainnya :
1. Teori evolusi, yang menunjukkan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya berkembang dari bentuk yang kurang kompleks melalui proses alami tanpa arahan dari atas (mengutip filsuf Daniel Dennet). Bahkan jika teori evolusi terbukti salah, hal itu tidak berarti bahwa kreasionisme otomatis menjadi benar dan membuktikan adanya tujuan atau rancangan sebagaimana digambarkan agama samawi. Stenger menganggap hal ini kekanakan, “to seek evidence for purpose in the thin layer of carbon that coats the surface of a minor planet”.
2. Teori informasi.
3. Pernyataan kitab suci tidak sesuai dengan temuan kosmologi modern, antara lain : tidak bergeraknya bumi dan bintang-bintang, bahwa bumi exist sebelum matahari, bulan dan bintang-bintang, adanya kata-kata “ujung dunia”, “empat sudut bersandarnya pilar” untuk menerangkan bumi.
4. Kita tidak dapat mengandalkan akal sehat (common sense) dalam menyimpulkan realitas, karena dapat menyesatkan. Contohnya: kita melihat/merasakan bahwa bumi itu datar, tak bergerak, di pusat alam semesta, dapat mengetahui kapan kita bergerak, interval waktu dan ruang adalah sama bagi semua pengamat, makhluk hidup dan bintang-bintang tetap bentuknya dan tak bergerak. Berdasarkan ilmu pengetahuan, semua itu salah, sehingga kita tak dapat mengandalkan akal sehat untuk menentukan kebenaran ilmiah.
5. Pernyataan-pernyataan akan kebenaran kekuatan supernatural tidak pernah dapat dibuktikan secara ilmiah melalui sekumpulan data yang dapat dipercaya dalam jumlah memadai. Dengan demikian, tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Sebagian besar penjelasan berdasarkan teori fisika, sehingga buku ini tidak begitu mudah kecuali mungkin bagi mereka yang memiliki background di bidang tersebut. Namun demikian, tetap cukup menarik untuk mengetahui, bagaimana pandangan ilmuwan fisika pada umumnya mengenai alam semesta: sains tidak dapat menunjukkan atau memberi bukti bahwa ada tujuan dalam alam semesta atau bahwa alam semesta diciptakan, apalagi dengan tujuan tertentu bagi manusia Jadi, kesimpulan dari fisika dan biologi modern sama: no design, no purpose, only indifferent universe.

Tidak semua ilmuwan fisika secara tegas menyatakan bahwa bukti-bukti cukup memadai untuk menyatakan bahwa tidak ada apapun yang membuktikan adanya tujuan, karena sebagian berpendapat bahwa masih cukup banyak yang belum diketahui sehingga terlalu dini untuk mengambil kesimpulan mutlak sebagaimana penulis buku ini. Namun demikian, menurut Stenger sikapnya dapat dianggap mewakili ilmuwan fisika pada umumnya, khususnya ilmuwan top anggota Akademi Nasional Sains AS. Menegaskan pandangannya, Stenger telah menulis buku baru sejenis pada tahun 2006, dengan tema hampir sama.

Penulis adalah professor emeritus fisika Univ. Hawaii, dan ajun profesor filsafat di Univ. Colorado, yang selama puluhan tahun terlibat langsung dalam penelitian dan penemuan-penemuan baru bidang fisika partikel.

No comments: