Wednesday, November 06, 2019

New York Bakery


New York Bakery


Judul                     :   New York Bakery – Antologi Cerita Pendek Korea
Penerjemah           :   Koh Young Hun dan Maman S. Mahayana
Penerbit                :   GPU
Tebal                     :   372 halaman
Tahun                    :   2019, Agustus



Seperti Jepang, Korea terasa akrab bagi kita. Musik, film, kosmetik, mobil, hingga barang elektronik Korea mudah kita temui dan terlihat mengesankan. Namun tidak seperti Jepang, tidak banyak yang kita ketahui tentang sastra Korea, karena nyaris tidak ada novel Korea yang diterjemahkan ke Bahasa Indonesia. Oleh karena itu adanya terjemahan kumpulan cerpen Korea merupakan sesuatu yang menarik untuk mengetahui sikap dan permasalahan bangsa Korea yang sebenarnya.

Terdapat 14 cerpen dalam buku ini, sebagian besar bernuansa muram.  Tidak seperti cerpen karya penulis Indonesia yang pada umumnya relatif pendek dan memiliki plot cerita tertentu, cerpen-cerpen Korea cukup panjang, antara 20 sampai dengan 39 halaman, dan lebih banyak menceritakan perasaan tokoh-tokohnya dengan rinci. Hal ini berarti pembaca dapat lebih mengenal jiwa orang-orang Korea melalui tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen.  

“ Di kemudian hari, perasaan menyesal terus menerus menghinggapiku. Kehidupan memang tidak demikian. Hidup bukan tentang duduk di hadapan seorang lelaki yang lebih tua dua puluh tahun dariku di sudut New York Bakery ketika perlahan-lahan runtuh dalam bayangan sendiri. …Pada saat-saat seperti itu, fragmen hitam atau merah akan mati dan jatuh dalam diriku, seperti karat yang mengelupas dari selembar permukaan besi. Cahaya kecil akan berkilau untuk terakhir kalinya lalu lenyap selamanya ke dalam kegelapan di dalam diriku, seperti gundukan pasir yang tersapu oleh gelombang yang datang, hanya dalam periode singkat antara dilahirkan dan tumbuh dewasa.

Cerpen New York Bakery mengisahkan kenangan seorang anak pemilik toko roti terkenal yang kemudian tutup karena tidak bisa lagi bersaing dengan bakery-bakery modern, bersamaan dengan tutupnya toko-toko tradisional lain di sekitarnya. Kisah ini terasa universal, karena mengingatkan saya pada tulisan seorang teman yang bertanya, kemana toko-toko tradisional dan usaha kecil di dekat rumahnya di Bandung yang kini semuanya sudah tidak ada lagi? Usaha-usaha kecil tersebut terlindas zaman dan tidak bisa bersaing sehingga tutup. 

Cerpen lainnya berkisah tentang seorang pekerja perempuan yang hidup sendiri dan mengira orang-orang, antara lain penjaga toko langganannya cukup mempunyai perhatian pada hidupnya. Kenyataan bahwa ia dianggap sama saja dengan semua pembeli lainnya dan tidak diingat sama sekali memberikan kesan kehidupan yang penuh kesepian dan ketakpedulian di kota besar. 

Selanjutnya dalam cerpen Kisah Mi, secara tidak sadar tokoh aku membuat mi karena terkenang masa kecilnya bersama ibu tiri yang biasa membuatkan mi untuknya, namun saat itu sedang menjelang kematian.  Kisah-kisah  lainnya adalah tentang dilemma antara mempertahankan rumah adat Korea yang sulit perawatannya dan tinggal disana atau menempati apartemen yang modern dan efisien, kisah orang-orang terbuang yang tinggal di pegunungan terpencil tanpa fasilitas apapun, dan tentang seseorang yang bertemu dengan teman masa kecilnya, seorang fotografer terkenal yang tampak kesepian, membuatnya terkenang akan masa kecil mereka, dimana ia memberikan kamera yang dicuri dari ayahnya untuk menghibur temannya tersebut. Satu cerpen yang berbeda yaitu Metamorfosismu berisi kisah yang menggambarkan obsesi masyarakat Korea akan kesempurnaan fisik sesuai keinginan masing-masing individu, yang dilakukan melalui berbagai operasi.

Masih ada beberapa cerpen lainnya, namun semua bernuansa muram dan ditulis dengan rinci menggambarkan perasaan tokoh-tokohnya. Membaca cerpen Korea memerlukan kesabaran, namun pembaca akan mendapatkan rasa haru, keindahan yang diperoleh dari tulisan tentang kenangan-kenangan masa lalu, perjalanan hidup yang diwarnai kehilangan, kesedihan, kesepian…

Seperti sastra Jepang, maka sastra Korea juga cenderung muram, memberikan kesan yang berbeda dari kesan permukaan yang kita peroleh melalui produk-produknya yang lain yang lebih populer.  


No comments: