Sunday, May 11, 2014

Kopi, Kretek, Cinta


Judul    :      Kopi, Kretek, Cinta
Pengarang:  Agus R. Sarjono
Penerbit:      Komodo Books, Depok
Tahun   :       2013, Juni
Tebal    :       91 hal


Entah kenapa, banyak pengarang Indonesia menghasilkan karya yang bagus justru ketika berada di luar negeri, seperti Umar Kayam (Kunang-kunang di Manhattan),Sitor Situmorang (Salju di Paris), Budi Darma (Orang-orang Bloomington). Mungkin suasana yang berbeda dan kesendirian, memberikan  kemampuan mengambil jarak dan ekspresi yang berbeda.
Kumpulan puisi Kopi, Kretek, dan Cinta termasuk karya yang menurut penulisnya sebagian besar ditulis di luar negeri. Mungkin karena itu, ada rasa kerinduan yang murung terhadap tanah air dalam puisi-puisinya, misalnya pada puisi berjudul Kopi Jawa:

Bijih-bijih legenda
Ada dan tiada
Seperti mutiara hitam
tersulam di jubah malam

berlayar ke manca negara
menjelma lagu dan seduhan rindu
mengikat kenangan puitis
akan ladang-ladang tropis
yang subur dibasuh air mata

Atau pada puisi berjudul Bisakah Kutulis Puisi tentang Paris?

Bukankah bait-bait tadi
hampir jadi sajak yang manis
dan mungkin ingin abadi. Ditulis di Paris
kota segala puisi. Tapi asap knalpot
dan riuh klakson Jakarta
membuatku tersedak selalu
Di bibirku masih tersisa
masam jeruk limau
yang kuperas di atas geliat tiram
yang nikmat dan klasik di Lib Brasserie
Namun tercecap pula masam keringat nasib
yang dijejalkan negeri kami ke mulut rakyatnya
maka tak kunjung dapat kutulis
puisi yang indah tentang Paris

Atau puisi berjudul Wardeilaand

Di sunyi malam, apa yang mesti kulakukan
kukenang kembali malam-malam riuh
berkabut di negeriku yang besar
dan tak putus-putus mengusir orang
dari rumah-rumah mereka yang kecil
seperti ingin memaksa seluruh warga
abadi sebagai pengembara,
hingga sebagian mereka
menghambur menjadi hamba
di berbagai negara, sebagian lainnya melata
di sekujur tanahair luka yang menganga
hanya penguasa dengan dasi berwarna-warni
menjulang tinggi di atas sana

sambil menyembunyikan air mata
akupun belajar berpuasa dari erang luka
negeriku. Biarlah kucoba melukis matahari putih
yang berpendar pada putih reranting pohonan
maka hatiku yang putih memanen kembali
butir-butir cinta dari tubuhmu

puisi lainnya yang sejenis yaitu Lagu Musim Panas

Di sunyi nasib
dekapan musim panasmu cuma
yang bisa menyuburkan kembali
kerontang padang, gersang kata-kata
yang menggantung di udara
bagai kabut gelap
yang menyergap penyair tua
dari sebuah negeri
yang nyaris terlelap
dalam derita dan lupa

Ada 42 puisi dalam buku ini, yang selain berkisah tentang kopi, cinta dan kretek juga berkisah tentang tempat-tempat yang tampaknya pernah dikunjungi penulis, misalnya ada puisi tentang pulau Komodo, Kelimutu, Hanoi, Kedah, Berlin, Koln, dan beberapa kota lain di Eropa. Namun dari puisi-puisi tersebut, terasa betapa di mana pun ia berada, penulis tidak pernah lupa memikirkan kondisi negerinya.

Puisi-puisi Sarjono sederhana dan mudah dimengerti, menunjukkan kecintaan penulisnya pada tanah air, kopi, kretek, dan cinta itu sendiri.

Agus R. Sarjono adalah pemred Jurnal Kritik dan pemimpin umum Jurnal Sajak serta pernah menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (2003-2006) serta redaktur majalah Horison (1997-2013), selain itu pernah mendapat Hadiah Sastera Mastera dari Malaysia (2012) dan Sunthom Phu Award untuk lifetime achievement dalam sastra dari Thailand (2013).


No comments: