Tuesday, November 05, 2013

The Bridge on the Drina




Judul : The Bridge on the Drina
Pengarang: Ivo Andric
Penerbit: The University of Chicago Press
Tahun : 1977
Tebal : 314 hal

Wilayah Balkan, yang terdiri dari Bosnia Herzegovina, Kroasia, Serbia, Macedonia, Montenegro, Albania, Hungaria dan Bulgaria terkenal sebagai wilayah yang penuh kekerasan: perang Bosnia baru terjadi sekitar 20 tahun yang lalu, dan pemicu Perang Dunia I terjadi disini. Menurut W.H. McNeill yang menulis pengantar buku ini, The Bridge on the Drina adalah pengantar terbaik untuk mengenal sejarah Bosnia, lebih daripada yang dapat disampaikan oleh uraian sejarah atau antropologi, karena pengarang dapat menggambarkan karakter, budaya dan perubahan sejarah yang terjadi pada bangsa yang mendiami wilayah tersebut, khususnya yang berada di sekitar jembatan Drina.


Berbeda dengan novel pada umumnya, yang menjadi tokoh utama novel ini sebenarnya adalah jembatan Drina, yang didirikan pada tahun 1516. Jembatan Drina berada di kota Visegrad, yang terletak di perbatasan antara Bosnia dan Serbia, dan menjadi saksi kehidupan masyarakat disana sampai dengan awal Perang Dunia I. Kehidupan penduduk disanalah yang dikisahkan dalam novel ini, sejak jembatan mulai didirikan sampai dengan tibanya Perang Dunia Pertama.

Wilayah Balkan khususnya Bosnia berbeda dengan bagian Eropa lainnya karena berbatasan dengan Asia dan antara tahun 1386-1463 ditaklukkan Turki. Sebelum masa tersebut, Bosnia memisahkan diri dari Kerajaan Serbia pada tahun 960, kemudian pada abad kedua belas menjadi Bogomil, yaitu suatu aliran agama yang terkait dengan Manichaeism, sehingga dianggap heretik di mata negara tetangganya yang menganut Kristen Ortodoks atau Latin. Setelah penaklukan Turki, terjadi konversi agama sehingga sebagian besar penduduk Bosnia menganut Islam. Selanjutnya sejak tahun 1500-an Turki merekrut penduduk Bosnia menjadi tentara untuk menyerang wilayah Kristen di utara dan barat. Selain sebagai Janissary, Turki juga merekrut petani-petani Kristen conscript untuk mengisi pekerjaan di rumah tangga sultan ataru pekerjaan manual lainnya. Rekrutan ini dianggap sebagai budak. Namun demikian beberapa orang dapat meningkatkan diri dan menjadi Grand Vizier, yang turut memerintah kerajaan. Salah satunya adalah Muhammad Sokollu (Sokolovic), dan pembangunan jembatan di atas sungai Drina merupakan satu gagasannya agar dikenang di tempat kelahirannya.
Keadaan di Bosnia menjadi rumit sejak terjadinya penaklukan oleh Turki, karena dalam masyarakat terdapat tiga keyakinan berbeda yaitu Islam, Katolik Roma dan Kristen Ortodoks. Islam dapat mendominasi selama Turki atau kesultanan Ottoman berkuasa, namun apabila Turki lemah, kerajaan-kerajaan Kristen tetangganya mendukung pemberontakan penganut Kristen di Bosnia, yaitu dari Rusia (Ortodoks) dan Austria (Katolik).

Pada awal abad 19, kaum Muslim Bosna melakukan pemberontakan terhadap Konstantinopel untuk membela hak-hak istimewanya. Setelah ditindas oleh tentara Turki pada tahun 1850, giiran petani Kristen yang melakukan pemberontakan, dibantu kekuatan Kristen Eropa, sehingga pada Kongres Berlin tahun 1878 Bosnia dan Herzegovina berada di bawah protektorat Austria, dan pada tahun 1908 Austria resmi menduduki kedua wilayah ini. Hal ini mempercepat krisis diplomatik, yang menjadi bagian pembuka Perang Dunia I, dengan terbunuhnya Archduke Franz Ferdinand di Serajevo, ibukota Bosnia oleh pejuang Bosnia yang ingin wilayahnya menjadi bagian dari Serbia, Setelah tahun 1918 Bosnia akhirnya menjadi bagian dari kerajaan Slavia yang terdiri dari Serbia, Kroasia dan Slovenia. Selanjutnya setelah Perang Dunia II Bosnia menjadi bagian dari Yugoslavia.

Kelebihan dari novel ini dibandingkan uraian sejarah ialah adanya karakter dan kejadian-kejadian yang mampu menunjukkan konflik, pergeseran maupun perasaan ketiga golongan yang hidup bersama di Bosnia: yaitu kaum Muslim, Kristen Ortodoks dan Katolik, selama perubahan sejarah sejak pendudukan Turki, di bawah protektorat Austria-Hongaria, hingga pendudukan Austria secara resmi.

Jembatan Drina

Bagian pertama menggambarkan kondisi masyarakat Bosnia, khususnya kaum ibu yang merasa sedih setiap kali tentara Turki datang untuk mengambil anak-anak dari orang tua mereka guna dididik menjadi tentara Janissary dan penganut Islam. Kesedihan mereka sedikit berkurang setelah beberapa tahun kemudian anak-anak tersebut muncul kembali sebagai tentara kesultanan Ottoman.

Bagian berikutnya mengisahkan pembangunan jembatan Drina, yang melintasi sungai Drina. Pembangunan tersebut mula-mula tidak berjalan lancar, antara lain karena pimpinan proyek yang dikirim oleh Vizier melakukan korupsi, kemudian terdapat penduduk yang menentang pembangunan jembatan tersebut, sehingga pimpinan proyek diganti dan penentang pembangunan dihukum mati dengan siksaan sebagai contoh bagi penentang selanjutnya. Setelah jembatan berdiri, bangunan tersebut menjadi tempat favorit penduduk untuk bersantai, mengadakan janji pertemuan atau melakukan transaksi. Jembatan menjadi pusat berbagai kegiatan, baik untuk markas tentara di kala perang, tempat berjudi atau persinggahan sebelum acara pernikahan. Berbagai peristiwa yang terjadi pada penduduk kota Visagred yang terkait dengan jembatan tersebut dikisahkan oleh pengarang. Misalnya tentang tentara Austria yang terpedaya oleh seorang gadis pejuang Serbia yang melintasi jembatan, kisah seorang laki-laki yang biasa berjudi disana, dan kisah seorang wanita Yahudi yang mati usahanya setelah Austria membangun rel kereta dan jalan baru sehingga jembatan tersebut tidak lagi menjadi jalan utama dan ditinggalkan.

Sedikit dari tokoh sentral dalam novel ini adalah Hodja, yang mewakili karakter masyarakat Turki yang pasif, religius, fanatik, statis dan santai. Hal ini kontras dengan bangsa Austria yang kemudian menduduki wilayah mereka, yang digambarkan selalu aktif, rajin, dinamis dan tidak terlalu religius.. Mungkin hal paling berhasil yang ditunjukkan oleh novel ini adalah penggambaran karakter bangsa Turki yang dianggap mewakili Timur dengan bangsa Austria sebagai bangsa Barat, yang sangat jauh berbeda. Ketika tentara Austria datang, mereka memperbaiki jembatan, membangun jalan, rel kereta api, gedung-gedung. Sementara itu penduduk bangsa Turki masih tetap bersantai setiap sore memandangi sungai dari atas jembatan, mencari nafkah dengan membuka toko kecil atau bertani, serta beribadah dengan rajin, dan merasa heran dengan keaktifan bangsa Austria. Ketika kesultanan Turki akhirnya benar-benar mundur dari wilayah tersebut, mereka merasa kehilangan,sedih dan ditinggalkan begitu saja. Mereka tidak dapat mengikuti perubahan-perubahan yang terjadi sejak pendudukan Austria, yang mengubah wilayah tersebut menjadi semakin terbuka dan komersial, sampai tiba-tiba menyadari bahwa kehidupan semakin sulit karena biaya hidup semakin tinggi sedangan usaha mereka menjadi kuno dan tidak dapat bersaing. Kemudian datanglah perang dunia pertama.

Tidak mengherankan apabila buku ini berhasil menggambarkan karakter masing-masing bangsa yang berdiam di wilayah jembatan Drina, karena penulisnya dibesarkan disana. Ivo Andric tinggal di kota Visegrad, sebelah timur Bosnia dimana terdapat jembatan Drina. Ia berkebangsaan Kroasia-Bosnia namun semasa kecil biasa bergaul dengan penduduk yang berbeda-beda agama maupun bangsanya disana, sebelum melanjutkan pendidikan tingginya di Austria kemudian menjadi Menteri dan diplomat Yugoslavia, dan akhirnya menulis novel ini, yang membuatnya menjadi pemenang Nobel sastra.

Membaca novel ini membuat saya mempelajari sejarah Balkan yang panjang, rumit dan menyedihkan. Buku terbaik dan terlengkap tentang sejarah Balkan (sampai dengan tahun 1947) adalah The Balkans Since 1453 oleh L.S. Stravianos, yang dapat dilengkapi dengan sejarah Turki The Ottoman Empire oleh Lord Kinross, serta kisah perjalanan Rebecca West di Balkan sebelum Perang Dunia II, Black Lamb and Grey Falcon. Mempelajari sejarahnya akan membuat kita mengerti mengapa wilayah tersebut tertinggal dari Eropa lainnya dan penuh konflik berdarah.