Friday, January 27, 2012

Jalan-Jalan ke Antartika



Judul : Jalan-jalan ke Antartika – Kisah Peneliti Indonesia Pertama di Antartika
Pengarang: Agus Supangat
Penerbit: KPG
Tahun : 2011, Nov.
Tebal : 203 hal



Jalan-jalan ke Eropa atau Amerika merupakan hal biasa, namun tidak semua orang dapat menginjakkan kaki di daratan Antartika atau kutub Selatan, apalagi bagi orang Indonesia yang berasal dari negeri tropis.

Agus Supangat, peneliti dari ITB yang tampaknya gemar bertualang, mengisahkan perjalanannya mengikuti penelitian oseanografi dan biologi laut di Antartika bersama Muhamad Lukman dan tujuh puluhan peneliti lainnya dari berbagai negara menggunakan kapal peneliti Australia, Aurora Australis pada bulan Februari hingga Maret 2002. Selain mereka berdua, terdapat tiga peneliti Indonesia lainnya dalam misi ini, namun mereka hanya sampai di Hobart, Tasmania.

Australia memiliki tiga pusat penelitian di Antartika. Sedangkan negara Asia yang memiliki pusat penelitian disana adalah Cina, Jepang, Korea Selatan dan India. Peneliti Indonesia diikutsertakan karena ketika itu Indonesia ingin menjadi anggota Antartic Treaty, dan penulis adalah orang Indonesia pertama yang mengikuti ekspedisi kesana.

Selain mengisahkan kegiatannya selama perjalanan tersebut, Agus Supangat juga menjelaskan tentang kondisi alam di kutub Selatan dan sedikit latar belakang penelitian yang dilakukan. Misalnya, mengapa Antartika merupakan benua yang paling dingin, kering dan berangin, kaitan antara kondisi arus Sirkumpolar Antartika dengan arus lintas Indonesia. dan pengaruh kelancaran arus tersebut terhadap kestabilan atau perubahan iklim dunia.
Dikisahkan juga tentang permintaan presiden Indonesia ketika itu, yaitu Megawati, untuk membawa prasasti yang ditanda-tangani oleh presiden, guna ditempatkan di pusat penelitian Australia di Antartika, sebagai tanda persahabatan kedua negara, dan keharuan penulis melihat bendera merah putih berkibar disana untuk pertama kali.

Ketika pertama kali menaiki kapal, penulis terkejut melihat kemewahan dan besarnya kapal tersebut, yang berukuran lima kali kapal penelitian Indonesia Baruna Jaya, namun setelah mengalami sendiri bahwa di masa kini pun perjalanan ke Antartika merupakan sesuatu yang sulit dan berbahaya, ia dapat mengerti mengapa diperlukan kapal yang besar dan fasilitas seperti hotel berbintang. Agus Supangat juga menceritakan kerja sama dan kerendah hatian para peneliti yang mengikuti ekspedisi, antara lain mereka tidak segan-segan membantu pekerjaan para awak kapal.
Semua kisah selama pelayaran dan beberapa hari tinggal di daratan Antartika tersebut diuraikan dengan ringan, dilengkapi sejumlah foto.
Di akhir buku, penulis kembali mengingatkan pembaca akan pentingnya mencegah pemanasan global.

Buku ini ditulis dengan sederhana, namun dapat mendorong minat pembaca muda yang menyukai laut dan alam bebas untuk menjadi peneliti. Akan lebih menarik jika penulis juga sedikit memasukkan sejarah penjelajahan ke Antartika dan hasil penelitian lain yang terkait wilayah tersebut, yang berkaitan dengan penurunan kondisi lingkungan di wilayah Antartika.

1 comment:

Anonymous said...

iseng mau bikin cerpen tentang seorang mahasiswa Indonesia yang ke Antartika, ternyata muncul buku ini dan saya tiba - tiba saja ingin sekali membeli buku ini. :)