Monday, December 31, 2007

IN SEARCH OF MEMORY



Judul : In Search of Memory – The Emergence of a New Science of Mind
Pengarang : Eric R. Kandel
Penerbit : Norton, NY
Tahun : 2007 (Cet.1 th 2006)
Tebal : 430 hal + 22 hal daftar istilah, paperback

Mengapa kita bisa mengingat suatu kejadian dengan jelas untuk seumur hidup, bahkan setelah puluhan tahun kejadian tersebut berlalu? Memori atau ingatan, kenangan, yang dimiliki seseorang mendasari dan menjadi bagian dari kepribadiannya. Bayangkan seorang teman yang kehilangan seluruh atau sebagian besar memorinya, maka kita juga akan kehilangan dia sebagai teman yang kita kenal sebelumnya, dengan kepribadian tertentu. Dengan demikian mengenali bagaimana memori terbentuk, juga akan turut menguak pembentukan kepribadian, sesuatu yang membentuk individualitas sehingga membedakan satu orang dengan lainnya.
Pertanyaan di atas menjadi obsesi yang mendorong Eric Kandel – penerima Nobel bidang kedokteran tahun 2000 – untuk menemukan mekanisme yang menyebabkan adanya memori. Hal ini dipicu oleh pengalaman pahitnya sewaktu kecil, ketika harus menghadapi anti semitisme sejak kedatangan Nazi di Austria – yang memaksa keluarganya bermigrasi ke Amerika – yang hingga puluhan tahun kemudian terus dapat diingatnya dengan jelas.

Buku ini menggabungkan biografi penulis, sejarah perkembangan neuroscience (ilmu syaraf) beserta penjelasan teknisnya yang cukup rinci, penelitian dan penemuan yang dihasilkan oleh penulis, dan perkembangan terakhir serta prospek neuroscience, sehingga memberikan banyak sekali informasi menarik, sebagai berikut:

1. Biografi
Biografi Eric Kandel menceritakan bagaimana pengalaman hidupnya mula-mula membuatnya tertarik kepada sejarah dan sastra, kemudian kepada psikoanalisa Freud, yang lalu membuatnya tertarik mempelajari neuroscience, untuk membuktikan teori tersebut dengan meneliti otak secara fisik. Dari biografinya kita juga dapat mengetahui bagaimana upaya yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin menjadi ilmuwan sejati, yaitu sebaiknya selalu mengejar ilmuwan terbaik dengan belajar langsung kepada mereka, antara lain bekerja di laboratorium mereka, membuat proyek bersama, berada di lingkungan akademis yang bersuasana kondusif, memiliki keyakinan untuk memulai penelitian di suatu bidang yang baru meskipun tampaknya sulit dan penuh tantangan, memiliki rasa ingin tahu yang besar untuk memecahkan misteri alam, dan tahu bagaimana membuat pertanyaan yang tepat dan menerjemahkannya dengan mencari cara terbaik untuk melakukan riset. Dari sini kita dapat pula mengetahui bahwa suasana akademis di AS yang bersifat egaliter dibandingkan dengan di Eropa dan tempat lain sangat mendukung perkembangan para ilmuwan muda, disamping adanya dana yang cukup besar dari lembaga swasta seperti Howard Hughest Institute, yang pada tahun 2004 mendukung riset 350 investigator, 10 diantaranya pemenang Nobel.

2. Sejarah Perkembangan Neuroscience
Neurology dimulai ketika Ramon y Cajal, ilmuwan Spanyol (pemenang Nobel 1906) menemukan 4 doktrin neuron sbb:
a. Sel syaraf, sebagai unit sinyal dan blok pembentuk dasar otak disebut neuron. Neuron terdiri dari dendrit, badan sel dan axon. Dendrit adalah tunas dari badan sel yang menerima sinyal dari sel lain. Badan sel berupa selaput (membran) yang berisi nukleus (DNA). Axon yang berbentuk garis panjang dari badan sel adalah elemen yang menyampaikan informasi ke dendrit sel lain melalui terminal axon.
b. Terminal axon menyampaikan informasi ke dendrit sel lain di sinapsi, yaitu celah antara terminal axon dengan dendrit sel lain. Sinapsi sebelum celah disebut presinaptik, dan sesudahnya disebut post sinaptik.
c. Neuron membentuk sinapsis dan berkomunikasi dengan sel syaraf tertentu saja.
d. Sinyal dalam neuron berjalan ke satu arah saja, yaitu dari dendrit ke badan sel, axon, presinaptik, menyeberang celah sinaptik, dan dendrit sel berikutnya.
Selanjutnya ditemukan bahwa neuron terdiri dari neuron (syaraf) sensorik, yaitu yang menerima rangsang dari luar, neuron motorik, yang mengendalikan kegiatan sel otot, dan interneuron, yang menjadi perantara diantara kedua neuron.

Charles Sherringon menemukan bahwa neuron tidak hanya dapat bersifat aktif (mengirimkan sinyal), tapi juga ada yang menggunakan terminal untuk menghentikan sel penerima menyampaikan informasi, atau bersifat penghambat (inhibitory), sehingga tindakan sistem syaraf ditentukan oleh integrasi kedua hal ini.

Selanjutnya Luigi Galvani (1791) dan kemudian Herman von Helmhotz (1859) menemukan bahwa terdapat aktivitas listrik pada sel-sel otot binatang dan bahwa axon menggunakan listrik sebagai alat untuk menyampaikan pesan berupa informasi sensorik dari luar ke spinal cord (urat syaraf tulang belakang) dan otak dan perintah dari otak ke otot. Pengukuran Helmhotz menunjukkan bahwa kecepatan kawat metal menyampaikan pesan (sinyal) 186 ribu/detik sedangkan axon 90 kaki/detik, namun bersifat aktif, untuk memastikan bahwa sinyal akan sampai dan tidak menurun kekuatannya. Hal ini disebut action potential atau energi potensial.

Edgar Douglas Adrian (pemenang Nobel 1932 dengan Sherringon) menemukan bahwa bentuk, amplitude dan kekuatan energi potensial yang dihasilkan satu sel syaraf adalah sama, yang membedakannya hanya intensitasnya. Dengan demikian suatu stimulus yang kuat dari info sensorik akan meningkatkan jumlah energi potensial per detik.

Bernstein (1920) menunjukkan bahwa energi potensial ditimbulkan oleh perbedaan voltase karena adanya perbedaan ion antara yang terdapat di dalam dan di luar selaput sel, karena selaput sel memiliki saluran (channel) yang memungkinkan ion potassium positif mengalir dari dalam sel sehingga sel dalam membran kebanyakan ion negatif.

Berdasarkan penelitian terhadap neuron cumi, Alan Hodgkin dan Huxley (pemenang Nobel 1963) dan Katz menemukan bahwa energi potensial terbentuk karena masuknya ion sodium positif mengubah voltase internal sel dan menghasilkan upstroke, pada saat hampir sama, saluran potasium terbuka dan ion potasium keluar dari sel, menghasilkan downstroke sehingga sel kembali pada voltase semula. Setiap energi potensial menjadikan sel punya lebih banyak sodium di dalam - namun dikurangi dengan adanya protein yang mengangkut kelebihn ion sodium keluar. Setiap energi potensial menghasilkan aliran yang mengaktifkan wilayah sebelahnya secara berantai, dengan cara ini maka sinyal dari pengalaman visual, motorik, pikiran atau memori dikirim dari satu neuron ke neuron lainnya.

Terdapat 2 jenis saluran ion:
a. Voltage-gated channels: energi potensial yang membawa informasi dalam neuron.
b. Chemical transmitter-gated: meneruskan informasi antar neuron, yaitu sinyal kimia dari neuron motor diubah menjadi sinyal listrik di sel otot.
Informasi yang disampaikan ke neuron berikut adalah dalam bentuk asam amino glutamate (excitatory transmitter/pemancar pembangkit) dan GABA atau gamma-aminobutyric acid (inhbitory trans/ penghambat).

Bagaimana proses listrik di terminal presinaptik menghasilkan pelepasan transmitter kimiawi? Ketika energi potensial merambat sepanjang axon ke presinaptik terminal, hal itu membuat saluran voltage-gated terbuka, yang memungkinkan masuknya kalsium, yang membentuk serangkaian langkah molekuler menuju pelepasan neurotransmitter. Dari sini dimulai proses translasi sinyal listrik menjadi sinyal kimia.

Penemuan di atas menunjukkan bahwa bekerjanya otak – kemampuan untuk berpikir, belajar, menyimpan informasi – terjadi melalui sinyal listrik dan kimia. Dengan demikian belajar, memori dan berpikir dapat dijelaskan berdasarkan proses fisika dan kimia.

Jauh sebelumnya, Franz Joseph Gall pada sekitar tahun 1800 telah menyatakan bahwa semua proses mental bersifat biologis dan muncul dari otak, dan fungsi mental spesifik diatur dalam suatu wilayah tertentu di otak. Berdasarkan pengalaman pasiennya, Paul Broca dan kemudian Carl Wernicke pada tahun 1879 menemukan aphasia, yaitu adanya ketidakmampuan membuat atau mengerti kalimat, yang disebabkan kerusakan pada bagian sebelah kiri otak. Juga diketahui bahwa otak bekerja pada bagian yang berseberangan dan antara bagian kiri dan kanan dihubungkan oleh neural pathway.

Penelitian Kandel banyak diilhami oleh penemuan Brenda Milner berdasarkan penelitiannya terhadap H.M selama 30 tahun, seorang pasien yang karena epilepsi kemudian mengalami pengangkatan hippocampus. Sejak kehilangan hipocampus, HM tidak dapat menyimpan memori baru lebih dari 10 menit. Ia masih bisa mengingat semua hal yang terjadi sebelum saat dilakukan pembedahan, namun ia tak dapat mengingat apa yang dilakukannya kemarin atau beberapa jam yang lalu. Meskipun demikian, kemampuan motoriknya tidak hilang; ia dapat meningkatkan kemampuan menggambar.
Dari sini disimpulkan bahwa:
a. Memori adalah fungsi mental yang berbeda
b. Memori jangka pendek dan jangka panjang dapat disimpan secara terpisah; hilangnya hippocampus menghancurkan kemampuan mengubah memori jangka pendek baru menjadi memori jangka panjang baru.
c. Paling sedikit satu jenis memori dapat dilacak pada suatu tempat tertentu di otak.
d. Ada 2 jenis memori: memori sadar, atau eksplisit/deklaratif memori, terletak di hippocampus merupakan ingatan yang berkaitan dengan orang, tempat, obyek, fakta, peristiwa.; dan memori tak sadar, atau implisit/undeklaratif memori, meliputi kemampuan persepsi dan motorik, kebiasaan, sensitization dan clasical conditioning, tidak memerlukan hippocampus.

Kandel mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan eksplisit dan implisit memori, pengulangan terus menerus mengubah eksplisit memori menjadi implisit memori.

3. Penelitian dan Penemuan Penulis
Kandel ingin meneliti bagaimana stimuli sensorik yang beragam mempengaruhi pola aktivitas neuron piramidal di hippocampus. Untuk itu ia melakukan percobaan dengan aplysia, yaitu siput laut yang memiliki hanya 20 ribu neuron dan neuronnya cukup besar. Penulis melihat bahwa siput yang diberikan stimuli berupa kejutan (shock) pada ekornya memberi respons dengan menutup insang. Oleh karena itu untuk mengukur kekuatan sinaptik ia memberikan tiga jenis situasi kepada siput sesuai percobaan Pavlov, yaitu pembiasaan (habituation), sensitization, dan classical conditioning. Pada pembiasaan, Kandell memberikan stimuli lunak secara berulang, pada sensitization diberikan stimuli keras, dan pada classical conditioning keduanya dipasangkan. Hasilnya menunjukkan bahwa pada pembiasaan kekuatan sinaptik berkurang, karena neuron (syaraf) sensorik melepaskan lebih sedikit transmitter kimiawi yaitu glutamate, sedangkan pada sensitization dan classical conditioning sebaliknya. Sensitization memperkuat energi potensial di syaraf motorik namun syaraf sensorik melemah, karena syaraf sensorik mengaktifkan syaraf antara. Syaraf antara ini mengeluarkan serotonin dan meningkatakan pelepasan glutamate oleh syaraf sensorik ke syaraf motorik. Dengan demikian pelepasan serotonin meningkatkan refleks penarikan insang oleh siput.
Berdasarkan hal di atas maka terdapat 2 sirkuit syaraf otak dalam belajar dan perilaku:
1. Sirkuit mediasi : menghasilkan perilaku secara langsung, terdiri dari syaraf sensorik dan syaraf motorik.
2. Sirkuit modulatory: syaraf antara, yang mengaur respons perilaku dalam belajar dengan memodulasi kekuatan koneksi sinaptik antara syaraf sensorik dan motorik.

Berdasarkan penemuan Earl Sutherland diketahui bahwa terdapat reseptor di permukaan sel yang berespons terhadap hormon, yaitu ketika reseptor mengikat pengirim pesan kimiawi di luar sel (1st messenger), mereka mengaktifkan enzim dalam sel yang disebut aderytyl cyclose, yang membuat ribuan molekul cyclic AMP (2nd messenger) selama beberapa menit. Cyclic AMP kemudian mengikat protein utama yang memicu respons seluruh molekul dalam sel. Karena berlangsung beberapa menit, metabotropic reseptor lebih kuat, meluas dan bertahan dari ionotropic reseptor. Bagaimana caranya? Cyclic AMP mengikat dan mengaktifkan protein Kinase A, yang meningkatkan molekul fosfat, disebut fosforilasi. Protein Kinase A sendiri terdiri dari 4 molekul, yaitu dua molekul bertindak sebagai regulasi (penghambat) dan dua lainnya sebagai katalis.
Dengan demikian terdapat 3 bahan yang berperan dalam pembentukan memori jangka pendek dengan meningkatkan neurotranmitter glutamate, yaitu serotonin, cyclic AMP dan protein Kinase A.
Maka stimuli pada ekor yang menghasilkan respons berupa penutupan insang dapat dijelaskan sebagai berikut: stimuli pada ekor mengaktifkan neuron antara yang melepaskan serotonin ke sinapsi, setelah melewati celah sinaptik, serotonin menempel pada reseptor syaraf sensorik, yang menghasilkan cyclic AMP, yang kemudian melepaskan unit katalis protein Kinase A, yang meningkatkan pelepasan neurotransmitter glutamat ke syaraf motorik.

Penelitian pada lalat buah menunjukkan bahwa mekanisme sel yang sama juga terdapat pada semua spesies binatang, termasuk manusia, dan pada banyak bentuk belajar yang lain karena mekanisme tersebut telah dipelihara selama evolusi. Selain itu, cyclic AMP juga digunakan untuk menghasilkan perubahan metabolik yang persisten pada usus, ginjal, hati dan merupakan molekul paling primitif yang juga ditemukan juga pada organisme satu sel seperti E.coli. Hal ini menegaskan prinsip evolusi:
1. Evolusi tidak memerlukan molekul atau proses biokimia baru yang khusus untuk menghasilkan mekanisme adaptif yang baru (memori) melainkan merekrut yang ada.
2. Evolusi adalah tinkerer: menghasilkan sesuatu dari apa yang tersedia, tidak dirancang khusus.
Menurut Kandell, secara mengejutkan sains hanya menemukan sedikit protein yang unik pada otak manusia dan tidak ada sistem sinyal yang unik.

Sementara itu, dalam pembentukan memori jangka panjang, pelepasan serotonin menyebabkan protein kinase A dan MAP bergerak ke nukleus sel dan mengaktifkan CREB, yang membuat gen memproduksi protein sesuai informasi genetik tertentu yang disandi oeh DNA, yang menghasilkan pertumbuhan sinapsis baru dan dengan demikian akan menghasilkan lebih banyak glutamat.

Secara terpisah, Arvid Carlsson menemukan bahwa dopamine adalah transmitter dalam sistem syaraf, dan kekurangan dopamine dapat menimbulkan gejala Parkinson. Sedangkan Paul Greengard menemukan bahwa dopamine merangsang enzim dan meningkatkan cyclic AMP serta mengaktifkan protein kinase A di otak. Sinyal pembawa pesan kedua cyclic AMP ini diaktifkan oleh serotonin (modulatory antar neuron) selama sensitization.

Penemuan Carlsson dan Kandel memungkinkan dibuatnya obat untuk penyakit yang disebabkan kehilangan memori atau kejiwaan, misalnya Parkinson dan schizophrenia. Penemuan ini dan penelitian selanjutnya juga mengungkapkan, mengapa depresi sering diikuti dengan kehilangan memori, karena ternyata depresi ditandai oleh kurangnya serotonin, yang diperlukan untuk pembentukan memori.

4. Prospek
Perkembangan neurology yang berkaitan erat dengan biologi menimbulkan tumbuhnya industri bioteknologi untuk menghasilkan obat-obatan bagi penyakit kejiwaan termasuk peningkatan memori, dan para ilmuwan menjadi terlibat baik dalam penelitian murni maupun produksi obat-obatan baru. Kandell sendiri dan beberapa pemenang Nobel lainnya kemudian mendirikan perusahaan bioteknologi yang memproduksi obat-obatan. Namun disamping memberikan harapan kesembuhan bagi para penderita penyakit kejiwaan, di masa depan hal ini juga dapat menimbulkan masalah etika: misalnya, kapan seseorang boleh menggunakan obat untuk meningkatkan memori?

Pada bagian akhir, penulis menguraikan usaha Francis Crick, penemu DNA, yang selama 30 tahun terakhir hingga beberapa jam sebelum akhir hayatnya (2004) masih berupaya memecahkan misteri kesadaran dengan mencarinya di suatu bagian tertentu di otak. Maka usaha yang akan dicoba dipecahkan oleh para ilmuwan berikutnya adalah menemukan dari mana munculnya kesadaran. Penemuan akan hal ini tentu akan mengubah pandangan umat manusia tentang kehidupan. Misalnya, mungkinkah free will (kehendak bebas) hanya ilusi?

Uraian penulis dalam buku ini semakin menegaskan kembali bukti teori evolusi. Kita melihat bahwa pendekatan secara genetika dan reduksionis dengan kerangka evolusi mampu mengungkap banyak hal yang dapat menambah pemahaman kita mengenai bagaimana memori, yang merupakan landasan pikiran dan kesadaran terbentuk. Dengan kemajuan yang terdapat dalam biologi dewasa ini, tidak dapat dielakkan lagi bahwa di masa depan, neuroscience akan terus maju untuk berupaya membuktikan bahwa pikiran, watak, moralitas, kehendak bebas, dapat ditelusuri asalnya dari benda material yang disebut otak, dan tidak ada lain di luar itu. Jika hal tersebut dapat dibuktikan lebih lanjut, maka pemahaman kita akan arti hidup akan kembali harus ditata ulang, dan ah, lagi-lagi akan banyak yang tetap tidak percaya dan semakin membenci sains.
Dari sini kita juga dapat mengerti, mengapa diperlukan pemikiran naturalistik untuk memajukan ilmu pengetahuan, karena apabila sebelumnya ilmuwan telah berpendapat bahwa memori, perilaku, kepribadian, moralitas berasal dari jiwa dan tidak dapat diselidiki asalnya secara materalistik, maka tidak akan ada penelitian mengenai hal-hal tersebut. Padahal penelitian-penelitian yang pada mulanya tampak seperti hanya untuk memuaskan rasa ingin tahu dan bahkan tampak demikian sulit atau tidak mungkin, di kemudian hari ternyata dapat bermanfaat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit kejiwaan atau kehilangan memori.
Hal ini membenarkan pernyataan Taner Edis (lihat\: An Illusion of Harmony), bahwa selama suatu negara tidak melakukan riset ilmu murni berdasarkan suatu kerangka teori tertentu dan membebaskan ilmuwannya untuk berpikir dan meneliti apapun, apalagi melarang suatu teori hanya karena tidak sesuai dengan ideologi tertentu, maka selamanya negara tersebut hanya akan menjadi pengimpor teknologi dan semakin tertinggal dalam sains, meskipun telah mengeluarkan banyak dana.

Buku ini bagus, karena disamping berisi biografi, menguraikan secara cukup rinci sejarah neuroscience, cara melakukan penelitian, penemuan yang dihasilkan, dan implikasinya, disertai dengan gambar-gambar dan foto yang sangat menolong untuk memahami uraian penulis. Selain itu dilengkapi dengan daftar istilah, sehingga merupakan pengantar yang baik sebelum membaca buku-buku lain tentang neuroscience, yang menurut penulis, pada abad 21 akan menjadi seperti DNA dalam biologi pada abad 20.

Seperti biologi, maka neuroscience adalah ilmu yang sangat menarik, karena berupaya menjawab pertanyaan-pertanyaan besar dan mendasar tentang kehidupan.

Has Science Found God?



Judul : Has Science Found God? The Latest Results in the Search for
Purpose in the Universe
Pengarang : Victor J. Stenger
Penerbit : Prometheus Books, NY
Tahun : 2003
Tebal : 357 hal




"Perhaps science can teach us humility and self reliance, and the need to live our lives within the universe as it really, not as we might wish it to. The universe is not populated by mysterious forces, beyond our comprehension, that control our lives and destinies for some unseen purpose."

Apakah kesimpulan dari penemuan terakhir dalam bidang fisika dan kosmologi mengenai alam semesta? Apakah ada tanda-tanda bahwa alam semesta ini diciptakan dengan suatu tujuan? Apakah sains menemukan bukti atau tanda bahwa alam semesta ini diciptakan atau dirancang?
Sebelum menjawab pertanyaan di atas, sejak bab-bab awal penulis menyebutkan satu demi satu pernyataan-pernyataan mengenai ditemukannya tanda bahwa sains mendapatkan bukti alam semesta ini diciptakan untuk manusia oleh perancang atau pencipta. Baik pernyataan dari suatu konferensi ilmiah, pendapat beberapa ilmuwan, hingga anthropic principle. Namun menurut penulis, semua itu tidak benar, karena berdasarkan teori fisika termutakhir yang cukup teruji keandalannya, alam semesta tidak menunjukkan adanya rancangan atau tujuan. Hal ini berdasarkan teori fisika terakhir yang dapat diringkas sebagai berikut:
1. Ruang dan waktu tidak memiliki batas – tiada awal maupun akhir.
2. Waktu tidak memiliki arah tertentu pada tingkat fundamental.
3. Alam semesta material kita timbul dari fluktuasi kuantum dalam ruang hampa pada titik ruang-waktu arbitrary, yang mengarah kepada ekspansi eksponensial (inflasi) dan kemudian big bang. Entropi alam semesta adalah maksimum pada saat fluktuasi tersebut, sehingga setiap informasi yang mungkin ada telah dihancurkan.
4. Terdapat kemungkinan lebih dari satu alam semesta terjadi dengan cara di atas. Paling tidak, kita tidak memiliki dasar untuk mengandaikan bahwa alam semesta terjadi hanya satu kali.
5. Hukum konservasi global fisika dan prinsip relativitas adalah property simetri ruang hampa yang secara lamai meluas ke alam semesta material. Hukum dan prinsip ini sama di semua alam semesta.
6. Tak satupun dari hukum-hukum ini disimpangi oleh penampakan matter dari ruang hampa.
7. Hukum fisika tambahan, non global berasal dari pecahnya simetri lokal spontan pada awal alam semesta karena kebetulan.
8. Struktur seperti galaksi, bintang, planet, dan organisme hidup berkembang dari struktur kompleks system material yang terbentuk di bawah pecahnya simetri secara spontan. Urutan pembentukan tidak menyalahi hukum kedua termodinamika karena entropi maksimum alam semesta yang dimungkinkan meningkat saat alam semesta mengembang, memungkinkan meningkatnya ruang untuk terbentuknya keteraturan.

Selain itu, hal di atas didukung oleh bukti lainnya :
1. Teori evolusi, yang menunjukkan bahwa manusia dan makhluk hidup lainnya berkembang dari bentuk yang kurang kompleks melalui proses alami tanpa arahan dari atas (mengutip filsuf Daniel Dennet). Bahkan jika teori evolusi terbukti salah, hal itu tidak berarti bahwa kreasionisme otomatis menjadi benar dan membuktikan adanya tujuan atau rancangan sebagaimana digambarkan agama samawi. Stenger menganggap hal ini kekanakan, “to seek evidence for purpose in the thin layer of carbon that coats the surface of a minor planet”.
2. Teori informasi.
3. Pernyataan kitab suci tidak sesuai dengan temuan kosmologi modern, antara lain : tidak bergeraknya bumi dan bintang-bintang, bahwa bumi exist sebelum matahari, bulan dan bintang-bintang, adanya kata-kata “ujung dunia”, “empat sudut bersandarnya pilar” untuk menerangkan bumi.
4. Kita tidak dapat mengandalkan akal sehat (common sense) dalam menyimpulkan realitas, karena dapat menyesatkan. Contohnya: kita melihat/merasakan bahwa bumi itu datar, tak bergerak, di pusat alam semesta, dapat mengetahui kapan kita bergerak, interval waktu dan ruang adalah sama bagi semua pengamat, makhluk hidup dan bintang-bintang tetap bentuknya dan tak bergerak. Berdasarkan ilmu pengetahuan, semua itu salah, sehingga kita tak dapat mengandalkan akal sehat untuk menentukan kebenaran ilmiah.
5. Pernyataan-pernyataan akan kebenaran kekuatan supernatural tidak pernah dapat dibuktikan secara ilmiah melalui sekumpulan data yang dapat dipercaya dalam jumlah memadai. Dengan demikian, tidak dapat dibuktikan kebenarannya.

Sebagian besar penjelasan berdasarkan teori fisika, sehingga buku ini tidak begitu mudah kecuali mungkin bagi mereka yang memiliki background di bidang tersebut. Namun demikian, tetap cukup menarik untuk mengetahui, bagaimana pandangan ilmuwan fisika pada umumnya mengenai alam semesta: sains tidak dapat menunjukkan atau memberi bukti bahwa ada tujuan dalam alam semesta atau bahwa alam semesta diciptakan, apalagi dengan tujuan tertentu bagi manusia Jadi, kesimpulan dari fisika dan biologi modern sama: no design, no purpose, only indifferent universe.

Tidak semua ilmuwan fisika secara tegas menyatakan bahwa bukti-bukti cukup memadai untuk menyatakan bahwa tidak ada apapun yang membuktikan adanya tujuan, karena sebagian berpendapat bahwa masih cukup banyak yang belum diketahui sehingga terlalu dini untuk mengambil kesimpulan mutlak sebagaimana penulis buku ini. Namun demikian, menurut Stenger sikapnya dapat dianggap mewakili ilmuwan fisika pada umumnya, khususnya ilmuwan top anggota Akademi Nasional Sains AS. Menegaskan pandangannya, Stenger telah menulis buku baru sejenis pada tahun 2006, dengan tema hampir sama.

Penulis adalah professor emeritus fisika Univ. Hawaii, dan ajun profesor filsafat di Univ. Colorado, yang selama puluhan tahun terlibat langsung dalam penelitian dan penemuan-penemuan baru bidang fisika partikel.

Saturday, December 15, 2007

Mother Teresa: Come Be My Light



Judul : Mother Teresa : Come Be My Light – The Private Writings
of the “Saint of Calcutta”
Editor : Brian Kolodiejchuk, M.C
Penerbit : Doubleday, NY
Tahun : 2007
Tebal : 400 hal

"Where is my faith? – even deep down, right in, there is nothing but emptiness & darkness. – My God – how painful is this unknown pain. It pains without ceasing – I have no faith – I dare not utter the words & thoughts that crown in my heart - & make me suffer untold agony. So many unanswered questions live within me – I am afraid to uncover them – because of the blasphemy – If there be God, - please forgive me. "

Banyak orang mengagumi Bunda Teresa karena kepedulian dan kasihnya kepada orang-orang paling miskin dan terabaikan, sehingga ia mendapatkan Nobel Perdamaian pada tahun 1983. Namun tidak banyak yang mengetahui perasaan atau pikirannya.
Buku ini disusun oleh Father Kolodiejchuk - yang mengenal Bunda Teresa selama 20 tahun dan untuk pengusulannya sebagai Santo - berdasarkan surat-surat Bunda Teresa kepada para pimpinan/penasihatnya di gereja dengan pesan agar kemudian dihancurkan. Namun gereja tetap menyimpan bahkan menerbitkannya dalam sebuah buku. Menurut Father Kolodiejchuk, tujuan dari penulisan buku ini adalah untuk memberikan informasi bagi para pengagum Bunda Teresa mengenai motif tindakan, sumber kekuatan, alasan kegembiraan, dan intensitas cintanya.
Bunda Teresa dilahirkan pada tahun 1910 di Albania. Pada usia 18 tahun, ia berangkat ke Irlandia untuk memasuki kehidupan misionaris di Institut Blessed Virgin Mary (Loreto order). Ia telah tertarik bekerja untuk orang miskin sejak berumur 12 tahun, dan memikirkannya selama 6 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk menjadi misionaris,”From the age of 5,5 years – when first I received Him, the love for souls has been within, it grew with the years, until I came to India, with the hope of saving many souls.” Ia tiba di Calcutta pada tanggal 6 Januari 1929.
Pada bulan Mei 1937, Suster Teresa melaksanakan upacara pengukuhan komitmen kesetiaan kepada Yesus di sebuah kapel di Darjeeling, India dan sesuai tradisi Loreto sejak itu disebut Bunda Teresa.
Selama itu, Bunda Teresa mengajar murid-murid perempuan di sekolah St Mary dan dapat dikatakan tidak sepenuhnya hidup seperti orang India karena Ordo Loreto menjamin semua keperluan hidupnya dan berada di tempat yang relatif aman dari segala pergolakan yang tengah terjadi di India pada waktu itu. Namun, pada bulan September 1946 Bunda Teresa menyatakan mendapatkan panggilan untuk melayani orang-orang termiskin,”It was in that train, I heard the call to give up all and follow Him in the slums – to serve Him in the poorest of the poor.”
Sejak mendapatkan panggilan, Bunda Teresa berusaha untuk mewujudkan cita-citanya, namun ditolak oleh gereja. Pada tahun 1947, atas permintaan gereja, ia mengajukan bluepint Ordo barunya, yaitu misi dan penjelasan mengenai kegiatannya kelak. Bunda Teresa ingin membentuk Ordo untuk membantu orang-orang termiskin dan hidup sebagaimana orang India. Akhirnya pada bulan Januari 1948, gereja mengizinkannya membentuk Missionary Sisters of Charity, yang akan membantu orang-orang miskin.

Missionary yang dibangun oleh Bunda Teresa mengalami kemajuan cukup pesat, sebagaimana tertulis dalam suratnya,”I went visiting and nursing the people in their dark homes and holes. So many neglected poor children surrounded me everywhere. Slowly with some lay helpers I gathered the children in two slums. Then in March the first Bengali girls joined. Now we are seven. We work in five different centres.” (hal 137)


Missionary yang dibangun oleh Bunda Teresa mulai menunjukkan hasil. Sebaliknya, Bunda Teresa merasakan hal sebaliknya sejak kegiatan tersebut dimulai, sebagaimana tulisnya pada tahun 1953,”Please pray specially for me that I may not spoil His Work and that Our Lord may show Himself-for there is such terrible darkness within me, as if everything was dead. It has been like this more or less from the time I started ‘the work’.” (hal 148)

Setahun lebih berikutnya Bunda Teresa bahkan merasakan kesepian yang dalam, keterpisahan dari Yesus. “There is so much contradiction in my soul – Such deep longing for God – so deep that is painful – a suffering continual – and yet not wanted by God – repulsed – empty- no faith – no love – no zeal.- Sous hold no attraction – Heaven means nothing – to me it looks like an empty place – the thought of it means nothing to me and yet this torturing longing for God. – Pray for me please that I keep smiling at Him in spite of everything. For I am only His – so He has every right over me.” (hal. 169)
Kehampaan dan penderitaan Bunda Teresa berlanjut pada tahun-tahun selanjutnya, sebagaimana surat pada tahun 1959 kepada Father Picachy “…Where is my faith? – even deep down, right in, there is nothing but emptiness & darkness. – My God – how painful is this unknown pain. It pains without ceasing – I have no faith – I dare not utter the words & thoughts that crown in my heart - & make me suffer untold agony. So many unanswered questions live within me – I am afraid to uncover them – because of the blasphemy – If there be God, - please forgive me. – Trust that all will end in Heaven with Jesus.- When I try to raise my thoughts to Heaven – there is such convicting emptiness that those very thoughts return like sharp knives & hurt my soul. – Love – the word – it brings nothing. – I am told God loves me – and yet the reality of darkness & coldness & emptiness is so great that nothing touches my soul. Before the work started – there was so much union – love – faith – trust – prayer – sacrifice.-Did I make the mistake in surrendering blindly to the call of the Sacred Heart?” Selanjutnya,”The whole time smiling - Sisters & people pass such remarks. – They think my faith, trust & love are filling my very being & that the intimacy with God and union to His will must be absorbing my heart. – Could they but know – and how my cheerfulness is the cloak by which I cover the emptiness & misery.
In spite of all – this darkness & emptiness is not as painful as the longing for God. – The contradiction I fear will unbalance me. – What are You doing My God to one so small?”

Sejak tahun itu pula Bunda Teresa tidak lagi berdoa, sebagaimana tulisnya pada bulan September, ”They say people in hell suffer eternal pain because of the loss of God – they would go through all that suffering if they had just a little hope of possessing God. – In my soul I feel jus that terrible pain of loss – of God not wanting me – of God not being God – of God not really existing (Jesus, please forgive my blasphemies – I have been told to write everything). That darkness that surrounds me on all sides – I can’t live my soul to God – no light or inspiration enters my soul. – I speak of love for souls – of tender love for God – words pass through my words – and I long with a deep longing to believe in them. – What do I labor for? If there be no God – there can be no soul. –If there is no soul then Jesus – You also are not true. – Heaven, what emptiness- not a single thought of Heaven enters my mind – for there is no hope. – I am afraid to write all those terrible things that pass in my soul. – They must hurt You.
In my heart there is no faith – no love – no trust – there is so much pain – the pain of longing, the pain of not being wanted. – I want God with all the powers of my soul – and yet there between us – there is terrible separation. – I don’t pray any longer – I utter words of community prayers – But my prayer of union is not there any longer – I no longer pray. – My soul is not one with You.”

Selanjutnya mengenai pekerjaannya, ia menulis,”The works holds no joy, no attraction, no zeal.” Meskipun demikian, ia menganggap itu adalah panggilan Jesus dan pekerjaanNya, ”That is why the work is Yours and it is You even now – but I have no faith – I don’t believe. – Jesus, don’t let my soul be deceived – nor let me deceive anyone.”
Bahkan pada hari Natal, ia menulis,”A real Christmas. – Yet within me – nothing but darkness, conflict, loneliness so terrible. I am perfectly happy to be like this to the end of life-“

Surat lainnya kepada Father Neuner, ”Darkness is such that I really do not see – neither with my mind nor with my reason. – The place of God in my soul is blank.-There is no God in me.- When the pain of longing is so great- I just long & long for God – and then it is that I feel – He does not want me – He is not there – Heaven- souls- why these are just words-which mean nothing to me.-My very life seems so contradictory. I help souls- to go where?- Why all this? Where is the soul in my very being? –Sometimes- I just hear my own heart cry out-“My God” and nothing else comes.-The torture and pain I can’t explain.-I feel nothing before Jesus.”
Selanjutnya,”I loved God with all the powers of a child’s Heart. He was the centre of everything I did & said- Now Father- it is so dark, so different and yet my everything is His- in spite of Him not wanting me, not caring as if for me.”
Dalam surat-surat selanjutnya tampak bahwa setelah mendapat nasihat Father Neuner akhirnya Bunda Teresa menerima kehampaan ini dengan pasrah, sampai akhir hayatnya.”For the first time in this 11 years- I have come to love the darkness.- For I believe now that it is a part, a very, very small part of Jesus’ darkness & pain on earth.”

Meskipun demikian hal ini bukan sesuatu yang mudah, sebagaimana tampak pada surat berikutnya
,”I have realized something these days. Since God wants me to abstain from the joy of the riches of spiritual life- I am giving my whole heart and soul to helping my Sisters to make full use of it.- As for myself, I just have the joy of having nothing- not even the reality of the presence of God.- No prayer,no love, no faith – nothing but continual pain of longing for God.”
Buku ini memberi kita informasi mengenai apa yang memotivasi Bunda Teresa bekerja keras membantu orang-orang termiskin: keinginan melayani Yesus, membalas pengorbanan Yesus dengan cara hidup menderita dan menyebarkan ajarannya, dan keinginan menjadi orang suci (Santa),”I want to become a saint according to the Heart of Jesus – meek and humble.” Itu pula sebabnya, para suster yang bekerja untuknya harus melayani orang miskin dengan hidup menderita: melakukan pekerjaan berat tanpa bantuan teknologi (misalnya mesin cuci), dan hidup sangat sederhana, karena bagi Bunda Teresa mendampingi dan membantu orang miskin bukan kerja sosial, tetapi pelayanan untuk Tuhan yang harus dilakukan dengan pengorbanan atau hidup menderita. Hal ini mungkin dapat menjawab beberapa kritik yang ditujukan kepadanya oleh beberapa penulis, yang menyatakan bahwa bantuan yang diberikan oleh banyak pengagumnya tidak digunakan untuk membeli peralatan modern yang dapat memperingan pekerjaan para susternya dan bahwa mereka bekerja terlalu berat serta berada dalam kondisi yang terlalu menyedihkan.
Surat-surat Bunda Teresa tentu mengejutkan bagi banyak orang. Mengapa ia tidak merasakan kehadiran Tuhan, bahkan meragukannya, merasa hampa, hipokrit, dan berada dalam kegelapan? Bagi penganut Katolik hal tersebut dianggap salah satu tanda kesucian, karena kegelapan (interior darkness) ini juga dialami oleh beberapa Santo dan oleh St John of the Cross disebut ‘dark night’. Hal ini bahkan dianggap sebagai penyucian yang harus dialami sebelum seseorang mencapai kesatuan dengan Tuhan. Proses ini terdiri dari dua tahap. Tahap pertama seseorang melepaskan indrawinya dan menarik diri untuk doa kontemplasi. Pada kondisi ini ketika Tuhan menyampaikan sinarNya, jiwa yang tidak sempurna tidak dapat menerimanya dan mengalami kegelapan, sakit, dan kehampaan. Tahap selanjutnya seseorang merasa ditolak dan diabaikan oleh Tuhan, akan tetapi sangat merindukan dan mencintai Tuhan namun tidak dapat mengenalinya. Pada tahap ini iman, harapan dan charity diuji. Setelah melewati pengujian ini, seseorang kemudian menuju pemisahan dari ciptaan dan meningkat kepada union dengan Kristus, menjadi alatnya dan melayaninya tanpa pamrih. Bunda Teresa dianggap telah sampai pada tahap ini.
Di sisi lain, mereka yang rasional berpendapat sebaliknya. Tidakkah itu membuktikan bahwa Bunda Teresa adalah hasil suatu iman buta, indoktrinasi yang demikian kuat, yang kemudian mengalami konflik karena kemudian rasionalitasnya meragukan indoktrinasi tersebut? Melihat bahwa konflik tersebut timbul sejak ia membentuk Ordo Charity dan harus menghadapi segala kesulitan dan penderitaan sendiri, serta setiap saat melihat penderitaan orang-orang termiskin dan terabaikan secara langsung, mungkin hal tersebut kemudian memberikan realitas dan pemahaman baru tentang kehidupan, yang baginya tidak lagi sesuai dengan doktrin yang telah diyakininya selama ini. Ketika melihat orang-orang malang di jalanan yang tidak diinginkan, tidak dicintai, ia merasakan hilangnya kehadiran Tuhan, arti doa, bahkan meragukan keberadaanNya, dan karena ia banyak bersama mereka, ia juga merasa bahwa Tuhan meninggakannya juga.“The physical situation of my poor left in the streets unwanted,unloved unclaimed – are the true picture of my own spiritual life.” (hal 232). Tidakkah hal ini mirip dengan kaum humanis yang melihat penderitaan besar menimpa manusia tak berdosa (karena bencana alam, perang, kecelakaan atau penyakit) tanpa alasan jelas, kemudian bertanya,”Dimanakah Dia? Mengapa Dia membiarkan semua (penderitaan) ini? Benarkah Dia mencintai orang-orang malang ini? Adakah Dia?” Namun dalam diri Bunda Teresa telah tertanam iman dan doktrin yang demikian dalam sehingga tidak mungkin untuk bersikap menggunggat seperti seorang humanis, sehingga terjadi konflik yang menimbulkan perasaan hampa dan kegelapan, dan satu-satunya penyelesaian adalah meneruskan apa yang telah dijalani.

Dengan kata lain, Bunda Teresa adalah hasil dari kekuatan agama yang demikian besar, yang mampu menggerakkan manusia untuk melakukan hal-hal paling baik, atau menyangkal seluruh rasionalitasnya dengan segala pengorbanan, atau melakukan hal-hal terburuk dengan alasan yang sulit diterima rasio.
Bagaimanapun, Bunda Teresa telah memberikan contoh dan penghiburan kepada orang-orang yang tidak beruntung. Ia adalah contoh bagaimana agama dapat membuat seseorang melakukan kebaikan yang tak terbayangkan, karena dimotivasi untuk menjadi orang suci, kekasih Tuhan.