Thursday, September 21, 2006

THE HISTORY OF THE DECLINE AND FALL OF THE ROMAN EMPIRE



Judul: The History of the Decline and Fall of the Roman Empire
Pengarang : Edward Gibbon
Penerbit : Folio Society
Halaman : +/- 3100 halaman (8 jilid)

Buku ini adalah buku klasik tentang sejarah Romawi, yang meskipun ditulis +/- 200 tahun yang lalu namun masih patut dibaca sampai saat ini. Apa yang membuat buku ini masih menarik dan patut untuk dibaca?
The History mencakup waktu dari tahun 98 M s.d. keruntuhan Romawi yang ditandai dengan jatuhnya Constantinople pada tahun 1453 atau meliputi waktu selama 14 abad. Di masa kejayaannya, wilayah Romawi membentang dari Inggris hingga Persia dan Mesir, termasuk wilayah tempat munculnya agama yang kini dianut mayoritas penduduk dunia, dan kebudayaan Romawi yang berakar dari kebudayaan Yunani adalah dasar kebudayaan Barat, yang kini juga menguasai dunia. Dengan demikian banyak yang bisa dipelajari dari sejarah Romawi untuk memahami keadaan dunia masa kini.
Buku ini selain berisi narasi dan kronologi para kaisar Romawi juga berisi sejarah singkat bangsa-bangsa yang menyerang Romawi seperti bangsa Jerman dan Skandinavia, yang saat itu masih merupakan bangsa barbar. Selain itu terdapat pula sejarah asal mula dan perkembangan agama Yahudi, Kristen dan Islam serta pengaruh agama-agama tersebut pada penurunan dan kejatuhan Romawi. Selain narasi yang cukup detail tentang para kaisar, sistem politik Romawi dan perkembangan agama-agama Ibrahim, juga terdapat analisis penulis mengenai penyebab jatuhnya Romawi, yaitu : menurunnya moral para kaisar dan pemimpin, dengan tidak adanya kaisar yang bijaksana setelah kaisar Marcus Antonius Aurelius, munculnya agama-agama Ibrahim khususnya Kristen yang menyebabkan menurunnya semangat militer, dan serangan bangsa-bangsa barbar yang terus menerus.
Membaca buku ini mengingatkan saya akan sejarah kita sendiri. Meredupnya Majapahit antara lain disebabkan oleh masuknya agama Islam, sedangkan dalam kerajaan selalu terjadi perebutan kekuasaan dan banyak raja yang bersifat kejam.
Dari buku ini kita bisa mengetahui bahwa kehidupan di zaman dulu sangat keras dan kejam sehingga kita sepatutnya bersyukur karena hidup di zaman kini. Kekejaman tersebut tidak hanya disebabkan oleh kaisar, dominasi militer, serangan bangsa lain yang dapat datang tiba-tiba kapan saja atau ritual agama mereka yang menyembah dewa-dewa dengan persembahan kurban atau penyelenggaraan pertunjukan, namun juga oleh penyebaran dan fanatisme agama Kristen dan Islam, yang meskipun membawa ajaran tentang moral dan perdamaian namun disebarkan dengan pedang, peperangan dan perebutan kekuasaan yang kejam. Buku ini menceritakan bahwa paganisme yang menjadi agama Romawi menyebabkan tidak adanya standar moral tertentu sehingga para Kaisar bisa menjadi sangat kejam dan kehidupan sangat tidak stabil karena sewaktu-waktu bisa dikoyakkan oleh perang atau pergantian Kaisar yang diikuti dengan kekacauan dan kekejaman. Munculnya agama Ibrahim membawa moral tertentu seperti larangan bertindak kejam, perintah berbuat baik dan sejenisnya, yang mendukung penerimaan agama tersebut dengan cepat dan luas dalam masyarakat bahkan kemudian agama Kristen menjadi agama kerajaan Romawi. Namun demikian, penyebaran agama-agama tersebut tidak luput dari kekerasan. Peperangan untuk meluaskan wilayah dan memaksakan dianutnya suatu agama tetap disertai dengan pembunuhan dan penjarahan, bahkan pertikaian intern agama juga disertai dengan peperangan. Kita membaca bagaimana Cyril, Uskup Iskandariah yang kemudian diangkat menjadi Santo (orang suci), pada tahun 370 memerintahkan pembunuhan Hypathia, seorang perempuan filsuf dan ilmuwan terakhir di perpustakaan Iskandariah yang tidak menganut agama Kristen dengan kekejaman yang luar biasa (menyeret dan menganggalkan pakaiannya, kemudian dengan kulit tiram memisahkan dagingnya dari kulitnya). Perpustakaan Iskadariah, yang saat itu merupakan pusat ilmu pengetahuan Yunani dibakar dan isinya dihancurkan, dan setelah itu mulailah zaman kegelapan karena ilmu pengetahuan digantikan dengan penindasan dogmatisme agama. Dunia baru bergerak kembali pada abad 15, setelah Constantinople jatuh, dan bangsa Eropa menggali kembali pemikiran-pemikiran ilmuwan Yunani yang tersisa serta mencari jalan baru untuk pelayaran tanpa melewati Laut Merah. Carl Sagan (astronom, penulis Cosmos) menulis bahwa masa antara tahun 500 sampai dengan 1500 M adalah masa yang terbuang sia-sia dari peradaban manusia, karena selama 1000 tahun tidak ada kemajuan barang sedikitpun dalam ilmu pengetahuan, padahal telah dimulai dengan baik oleh para pemikir Yunani. Membaca buku ini kita akan mengetahui mengapa : agama Kristen dan Islam sedang dalam tahap awal perkembangan, sehingga sangat dogmatis, menindas, serta saling bersaing berebut wilayah/pengikut (terwujud dalam Perang Salib). Kekuasaan agama menindas semua hal yang tidak sesuai dengan apa yang diyakini pada waktu itu, termasuk gagasan/penemuan ilmu pengetahuan dan pemikiran bebas.
Kita juga membaca betapa kejamnya perlakuan terhadap jasad keponakan Nabi Muhammad setelah dibunuh dan mendapat pengetahuan bahwa beberapa ritual agama (misalnya haji) sebenarnya merupakan kelanjutan/modifikasi dari ritual sejenis yang sebelumnya telah dilakukan oleh kaum pagan selama beratus tahun.
Melihat sejarah tersebut setelah beberapa abad berlalu, maka tampak betapa banyaknya darah manusia yang telah ditumpahkan untuk berebut kekuasaan, daerah, kekayaan, atau penyebaran dan pertikaian agama. Sejarah manusia adalah sejarah yang kelam, penuh darah dan sifat-sifat rendah, meskipun manusia memiliki kemampuan dan perasaan hingga dapat menciptakan monumen-monumen indah dalam bentuk kuil, gereja maupun bangunan megah lainnya. Mengetahui hal-hal di atas akan membuat kita menyadari bahwa pada awalnya kebudayaan manusia adalah berdasarkan kekejaman, dan betapa besar kemajuan yang kita capai hari ini, betapa nyamannya zaman kini karena tidak ada lagi kekerasan dan kekejaman seperti zaman dulu, meskipun terdapat ketimpangan kekayaan yang besar antar negara atau penduduk.
Membaca buku ini sangat mengasyikkan karena banyak detil cerita menarik tentang kaisar-kaisar Romawi, tokoh bangsa-bangsa penyerang Romawi maupun kejadian-kejadian pada masa itu. Sebagai sejarawan Gibbon memiliki pengetahuan dan sumber-sumber yang banyak tentang sejarah yang ditulisnya, disamping pandangannya yang sangat rasional, yang membentuk analisisnya.
Buku ini terdiri dari 3,100 halaman, namun dapat dibaca secara tidak berurutan apabila di satu bagian terasa terlalu panjang dan kita ingin segera mengetahui sejarah yang terjadi berikutnya, setelah itu kita dapat kembali lagi. Beberapa bab yang menarik misalnya masa kejayaan Romawi (jilid 1), asal mula dan perkembangan agama Kristen dan Islam (jilid 6), perang salib dan perkembangan kesultanan Turki (jilid 7), kisah bangsa Tartar terutama pada masa Gengis Khan, Tamerlane dan Kubilai Khan (jilid 8), dan saat-saat kejatuhan Constantinople oleh sultan Mohammad II dari Turki (jilid 8).
Gaya penulisan yang bagus membuat pembaca seolah mengunjungi wilayah-wilayah Romawi, menyesali keruntuhan bangunan-bangunan indah, perginya kaisar yang baik, dan merasakan kesedihan dari kematian-kematian mengerikan yang diakibatkan kekejaman kaisar, penguasa militer atau agama. Seperti sebuah novel yang luar biasa, tapi ini adalah sejarah. Buku ini sangat bagus, dan rugi sekali jika tidak pernah membacanya.



No comments: